Saturday

1.5K 176 22
                                    

Usia kandungan Manami sudah sembilan bulan, mereka hanya perlu menunggu sampai waktu melahirkan tiba. Manami pun sudah mengambil cuti untuk melahirkan, dengan sedikit paksaan dari Karma yang terlampau khawatir akan kesehatan Manami.

Sabtu pagi, Karma berangkat ke kantor dengan Miyuki yang ikut dengannya. Sebelumnya, ia mengantarkan Manami ke rumah sakit, dengan Kouichi yang menemaninya.

Sesampainya dikantor, Miyuki terus berjalan di belakang Karma, mengabaikan tatapan mata beberapa karyawan yang menatap Miyuki heran.

"Miyu, jangan jalan di belakang."

Miyuki tersadar dari lamunannya. Berlari kecil menghampiri Karma. Dan menggenggam ujung jas yang dipakai Karma.

"Pagi, Akabane-san," sapa seorang wanita cantik di balik meja receiptionist. Karma menanggapinya dengan anggukan dan senyum singkat. "Apa dia putrimu?" tanyanya kemudian, dengan kepala yang sedikit dimiringkan untuk melihat sosok mungil di balik tubuh besar Karma.

"Iya," balas Karma singkat sambil menarik lengan Miyuki agak kencang, sehingga tubuh Miyuki pun tertarik ke depan.

"M-Miyuki d-desu."

Berusaha bicara sesopan yang ia bisa, namun ia terbata-bata. Dalam hati Miyuki rasanya ingin berteriak karena gugup.

"Apa mereka sudah datang?" tanya Karma pada wanita tersebut, memotong pemikiran wanita tersebut akan keimutan reaksi Miyuki tadi.

"Ah, para peneliti itu 'ya? Mereka sudah tiba beberapa saat lalu," jawabnya langsung.

Karma berterimakasih dan kembali berjalan menuju lift. Miyuki mengekor dengan masih memegang ujung jas Karma.
.
.
.
Pintu lift terbuka, Karma dan Miyuki pun kembali berjalan menuju ruangan Karma yang terletak agak jauh dari posisi mereka saat ini. Miyuki masih tetap mengekor di belakang Karma yang berjalan dengan sedikit cepat -karena ingin secepatnya menyelesaikan masalah di kantor dan kembali ke rumah sakit untuk menemani Manami.

"Pagi, Akabane."

Langkah Karma terhenti, Miyuki yang berjalan di belakangnya hampir menabrak tubuh besar ayahnya yang mendadak berhenti berjalan. Miyuki mengintip sedikit dari balik tubuh Karma, mendapati seorang pria dewasa berada di hadapannya.

"Pagi. Tatsuhisa-san ada di ruanganya?" tanya Karma langsung. Pria di hadapannya -Yosano- mengangguk singkat.

"Ada perlu dengannya?"

"Mau mengajukan cuti untuk tiga hari kedepan," jawab Karma sambil menggendong Miyuki, membuat Yosano sedikit terkejut karena tidak menyadari keberadaan Miyuki.

"Ah, dia yang perempuan 'ya?" Senyum Yosano mengembang, Miyuki langsung mengeratkan pelukannya pada leher Karma.

"Iya. Boleh titip dia sebentar. Saya akan kembali setelah mengajukan cuti."

"Tentu."
.
.
.
Karma meninggalkan Miyuki dengan Yosano. Dalam hati, Miyuki merasa tertekan karena berada di lingkungan baru.

"Berapa usiamu?" tanya Yosano sambil ikut duduk di samping Miyuki, menatapnya dengan senyum ramah. Rasa tegang Miyuki mengendur saat melihat ekspresi lembut dari senior ayahnya.

"Delapan!"

Yosano tertawa pelan saat melihat keceriaan Miyuki yang mulai muncul.

"Kembaranmu tak ikut?"

"Mengantar Kaa-san ke rumah sakit, hari ini aku akan dapat adik!"

Yosano terdiam. Tersenyum perlahan, lalu mengacak rambut Miyuki perlahan.

"Miyuki-chan?"

Yosano dan Miyuki menoleh, mendapati seorang wanita dan seorang pria berjalan mendekati tempat mereka duduk.

"Rumi-san!" pekik Miyuki sambil berlari dan memeluk wanita yang dipanggilnya 'Rumi'. Yosano terdiam, mengamati situasi di hadapannya.

"Kenapa Miyuki-chan ada di sini?" tanya Rumi sambil berjongkok dan mengelus pucuk kepala Miyuki lembut.

"Ikut ayahmu ya?" tanya pria yang berdiri di sebelah Rumi -Koutarou.

"Kalian kenal Miyuki-chan?" tanya Yosano karena penasaran.

"Dia putri Okuda-san."

Yosano terdiam, terkejut mendengar jawaban dari Rumi. Koutarou yang melihat reaksi Yosano, hanya menghela napas kecil.

"Miyu."

Fokus Rumi dan Yosano teralih, menatap Karma yang berjalan menghampiri mereka. Miyuki berlari dan langsung memeluk Karma.

"Akabane-san," panggil Rumi. Karma menoleh, mendapati Rumi yang menatapnya dengan ragu.

"Anda... Suami Okuda-san?"

"Iya."

"Lalu... Nakanishi?"

Mereka menatap Yosano yang bersuara. Senyum Karma mengembang, diikuti aura menekan dari pria bertubuh besar itu.

"Takkan kuserahkan pada siapapun."

Karma langsung menggendong Miyuki, dan berjalan menuju lift. Koutarou, Yosano dan Rumi masih diam di tempat dalam diam.

"Memang, apa yang terjadi dengan Nakanishi-san?" tanya Rumi penasaran.

"Dia pernah menggoda Okuda-san di depan Karma," jawab  Koutarou. "Sudah lama kejadiannya," tambah Koutarou.

"Akabane tipe pencemburu 'ya?" tanya Yosano pada Koutarou.

"Sangat," jawab Koutarou langsung.

Rumi dan Yosano saling tatap mendengar jawaban Koutarou. Mereka bahkan baru mengetahui kalau Manami dan Karma itu sepasang suami-istri. Rumi yang cukup dekat Manami masih merasa gelisah. Entah mengapa, ia merasa tidak terlalu menyukai Karma.

Apa Okuda-san baik-baik saja dengan pria posesif seperti Akabane-san?

Their LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang