Chocolate

1.7K 189 6
                                    

Manik violet Kouichi memandang nanar isi loker sepatunya yang berantakan. Dipenuhi oleh coklat dan beberapa surat dengan amplop warna merah muda. Tak perlu membaca isinya, anak lelaki bersurai merah itu sudah bisa menebak isinya.

"Huaa, lebih banyak dari tahun kemarin," ucap Miyuki sambil mengintip isi loker Kouichi.

"Ini menyebalkan," balas Kouichi dengan berbisik, diikuti decakkan lidah. Miyuki mendengus pelan mendengarnya.

"Kamu tidak akan bisa memikat wanita kalau kasar begitu 'lho!" kata Miyuki sambil mengganti sepatunya dengan sepatu ruangan. Kouichi tak mengindahkan dan mulai mengeluarkan semua surat yang didapatnya, lalu membuangnya ke tempat sampah terdekat.

"Mereka hanya tertarik dengan fisik 'kan? Bukan berarti mereka menyukaiku secara menyeluruh," balas Kouichi sambil memasukkan kotak coklat yang menumpuk di loker sepatunya ke dalam kantung coklat yang sengaja ia bawa -rencananya mau ia bagikan pada seisi kelasnya nanti.

"Bagaimana kalau mereka serius?"

"Yuki, kita baru kelas 2 SD, bukan saatnya memikirkan percintaan 'kan?"

Miyuki memajukkan bibirnya, kesal dengan balasan Kouichi yang tak bisa ia sangkal.

"Oh iya, Kaa-san membuat coklat juga 'kan?" tanya Miyuki mengingat kesibukkan sang ibu kemarin sore. Kouichi mengangguk mengiyakan.

"Aku dapat satu kotak," balas Kouichi dengan senyum lebar sambil menunjukkan sebuah kotak persegi panjang dengan 4 buah coklat yang berjejer. Miyuki menatapnya terbelalak.

"Kaa-san tidak memberiku?" tanya Miyuki pada dirinya sendiri dengan nada kecewa.

"Kau terlalu terburu-buru tadi. Kaa-san ingin memanggilmu dan memberikan bagianmu, tapi kau sudah keluar lebih dulu.

Keduanya pun mulai berjalan menuju kelas mereka, dengan topik seputar hari penuh merah muda yang tengah menjadi gaya untuk hari ini.

"Kalau coklat untuk Tou-san juga sama?" tanya Miyuki sambil menatap Kouichi yang mulai memakan coklat yang diberikan sang ibu. Kouichi menatap langit-langit sejenak, lalu menggeleng pelan.

"Punya Tou-san isi 24."

Miyuki terbelalak. Mulutnya membeku. Kouichi masih santai mengunyah coklat yang tidak terlalu manis itu di dalam mulutnya. Bagi Kouichi, coklat buatan ibunya yang paling enak. Karena sang ibu membuatnya tidak terlalu manis, kesukaannya.

"T-tunggu! Itu pilih kasih 'kan? Perbedaannya terlalu mencolok! Isi 4 dengan 24?!"

Miyuki mulai bergumam penuh protes. Kouichi memilih mengabaikan. Dalam hati merasa biasa dengan yang terjadi kali ini. Toh, makanan manis itu kesukaan ayahnya. Hal wajar kalau isi kotak coklat miliknya lebih banyak.

"Membicarakan apa?"

Kouichi dan Miyuki kompak menoleh ke belakang. Mendapati sosok Gou dengan senyum simpul miliknya. Kouichi menatapnya datar, ia sudah bisa menebak apa yang diinginkan oleh anak lelaki di hadapannya ini.

Miyuki mulai bercerita, semua tentang ketidakadilan isi kotak coklat yang diberikan oleh sang ibu. Gou membalasnya dengan kekehan dan terkadang membalasnya dengan ucapan. Kouichi berjalan di belakang keduanya. Mengamati suasana yang terasa ringan di sekeliling Gou dan saudarinya.

Bukan pertama kalinya ia melihat Gou yang mencoba mendekati Miyuki. Ia juga sudah tahu kalau putra tunggal keluarga Asano itu menyukai saudarinya. Tapi, entah mengapa terasa aneh. Terkadang membuatnya sedikit iri.

Memang, seperti apa rasanya menyukai seseorang?

Their LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang