Tension

1.5K 171 8
                                    

Hari ketiga setelah Manami melahirkan, beberapa teman kantornya datang menjenguk, bersama dengan beberapa orang kantor dari Karma. Manami pikir, semua teman di tempat penelitiannya sudah tahu tentang hubungannya dengan Karma. Begitupun dengan teman-teman kantor Karma yang ikut datang.

"Ah, di mana suamimu? Aku ingin lihat dia seperti apa," ucap salah satu teman wanitanya, Shiraishi Kanon.

Rumi langsung menggeleng kuat dengan raut panik, seakan menunjukkan bahwa bertemu dengan suami Manami adalah hal buruk.

Nakanishi pun ikut tertarik mendengar pertanyaan dari Kanon.

"Aku juga ingin bertemu dengannya. Kalau dia lebih buruk dariku, akan aku rebut kamu darinya," ucap Nakanishi dengan raut bangga. Yosano langsung mendengus keras, diikuti Rumi yang mulai terlihat gelisah.

"Hmm... Rumi dan Yosano-san sudah tahu suamiku 'ya?" tanya Manami dengan sedikit ragu. Yosano dan Rumi mengangguk berat.

"Hee, dia seperti apa?" tanya Kanon penasaran pada Rumi. Rumi merengut dengan alis menukik tajam. "Kamu kenal orangnya 'kok," balas Rumi enggan.

"Nakanishi, sebaiknya kau berhenti mengejar Okuda-san," nasihat Yosano sambil menepuk bahu Nakanishi. "Kecuali kau mau mati muda," tambahnya dengan senyum kecut.

Manami tertawa canggung mendengar tanggapan serta reaksi Rumi dan Yosano.

Pintu kamar terbuka, Miyuki muncul dengan senyum lebar di wajahnya. Ia hampir berteriak senang saat melihat Rumi dan Yosano yang datang berkunjung. Namun ditahan oleh Karma yang menutup mulutnya.

Nakanishi dan Kanon terdiam sesaat setelah melihat sosok Karma dengan pakaian santai dan sebuah tas di punggungnya. Miyuki dan Karma masuk, diikuti Kouichi yang menutup perlahan pintu kamar.

"Dia yang lelaki 'ya?" tanya Yosano saat melihat Kouichi yang ikut membawa sebuah tas kecil di pelukannya. Manami menjawab dengan anggukkan.

Karma meletakkan tas di punggungnya di sebuah meja di sudut ruangan, lalu mulai memasukkan pakaian Manami yang sudah terpakai, dan selimut.

"Hm... Kenapa Akabane ada di sini?" tanya Nakanishi dengan senyum kaku. Yosano yakin, kalau Nakanishi sudah tahu jawabannya, tapi tetap menanyakannya untuk memastikan.

"Nakanishi."

Pandangan teralih pada Karma yang masih berdiri memunggungi mereka. Miyuki yang duduk di samping Manami sibuk mengeluarkan kue yang dibawa olehnya dari rumah.

"Saya tambah cuti sampai minggu depan," kata Karma masih dengan posisinya. Nakanishi menatap punggung Karma kosong.

"T-tapi, banyak dokumen yang harus anda tandatangani," kata Nakanishi berusaha membujuk Karma untuk membatalkan niat Karma untuk menambah cuti.

"Persetan."

Nakanishi langsung berkeringat dingin. Yosano dan Rumi mendengus. Kanon ikut berkeringat dingin. Manami tersenyum kaku, mulai merasakan aura membunuh dari Karma.

"Tou-san, aku mau teh."

"Aku juga mauu! Sodaa!"

Kouichi memecah suasana menekan yang dibuat Karma, diikuti sahutan dari Miyuki. Karma mengacak pelan rambut Kouichi yang berdiri di sampingnya, lalu keluar ruangan.

"Terima kasih, Kou," kata Manami, Kouichi menoleh dan membalas tersenyum.

"Perasaan Tou-san sudah memburuk sejak pagi 'sih," kata Kouichi sambil berjalan mendekat, lalu duduk di samping Miyuki.

"Kalian membuatnya marah?" tanya Manami. Keduanya menggeleng pelan.

"Tapi, tadi pagi ada Ryouma-san," ucap Miyuki. Manami paham, pasti Ryouma membuatnya kesal pagi tadi.

"Okuda-san, apa Akabane-san mudah cemburu?" tanya Kanon dengan pandangan tertarik. Manami tersenyum kaku. Kanon memang sangat tertarik dengan cerita romantis, karena itu Manami sering mendapat pertanyaan dari Kanon seputar keluarganya.

"Tou-san sangat overprotective," jawab Kouichi dan Miyuki bersamaan. Senyum Kanon merekah, lalu berdiri dan berjalan mendekati Kouichi dan Miyuki yang duduk di sisi lain tempat tidur Manami.

"Kalian kembar 'kan?" tanya Kanon lagi dengan rasa penasaran yang meningkat. Miyuki mengangguk riang, Kouichi hanya menggangguk singkat.

"Mereka benar-benar berbeda 'ya," kata Yosano setelah mengamati Kouichi yang jauh lebih tenang dibanding Miyuki.

"Iya. Tapi, awalnya agak sulit membedakan mereka saat masih bayi," jelas Manami dengan tawa kecil.

"Akabane-san juga tak bisa membedakan?" tanya Rumi melanjutkan topik pembicaraan.

"Kalau Karma bisa. Sejak awal, dia yang selalu tahu perbedaan mereka berdua," jawab Manami.

"Berarti, Kaa-san tidak bisa membedakan kami?" tanya Miyuki dengan pandangan kecewa. Manami mengacak pelan rambut Miyuki. "Sekarang bisa 'kok. Tou-san saja yang bukan orang biasa," balas Manami dengan tawa.

Pintu kamar terbuka, Karma masuk dengan sekantung plastik berisi kaleng minuman di tangan. Ia menyerahkan kaleng teh dan soda pada Kouichi dan Miyuki, sisanya ia serahkan pada Yosano yang sempat mengerjap terkejut atas sodoran Karma.

"Bagikan saja."

Yosano yang mendapat instruksi dari Karma pun langsung membagikan minuman kepada Rumi, Nakanishi dan Kanon.

"Ah iya, Nakanishi."

Karma menoleh pada Nakanishi, dengan senyumnya yang biasa. Tangan kanannya terangkat, mengepal dengan ibu jari yang mengarah pada leher, menggerakkannya cepat dari arah kiri ke kanan.

Nakanishi langsung merinding saat mendapat pesan singkat dari gerak tubuh Karma.

'Mati.'

Yosano dan Rumi langsung merinding. Kanon terlihat antusias. Kouichi dan Miyuki hanya saling pandang. Manami hanya mengamati Karma yang kini duduk di sampingnya dalam diam.

Hmm, mood Karma sudah membaik 'kan ya?

Their LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang