Worried

1.5K 191 4
                                    

Karma itu tipikal mudah khawatir. Manami sudah tahu itu sejak kehamilannya yang pertama. Namun, Manami cenderung mengabaikan peringatan Karma. Karena menurutnya, Karma hanya terlalu khawatir saja.

Hasil USG terbaru dan peringatan dari dokter, membuat Manami cemas. Ia dan Karma keluar dari ruang pemeriksaan, dan berjalan beriringan menuju mobil.

Setelah keduanya duduk di kursi depan, Manami melirik sedikit pada Karma yang duduk di balik kemudi. Ekspresinya datar, pandangannya lurus, perlahan mobil pun melaju dan mulai meninggalkan area rumah sakit. Keringat mulai mengalir di pelipis Manami. Diamnya Karma itu agak menyeramkan -untuk Manami pribadi.

"Aku takkan komentar apapun tentang hasil kali ini."

Manami menelan liurnya berat. Tersenyum kaku dan mulai mengalihkan pandangan ke luar jendela. Kalimat dari Karma barusan membuat lidahnya kelu.

"Terserah padamu saja mau berbuat apa."

Lagi, suasana di dalam mobil makin berat untuk Manami. Karma mengatakannya dengan santai dan datar. Namun, itu yang mengerikan. Saat Karma mulai tidak peduli lagi pada suatu hal, ia benar-benar tidak akan pernah peduli lagi.

"... M-maaf..."

Tak ada balasan. Manami makin panik. Ia melirik sekilas ke arah Karma. Raut wajahnya tidak berubah, membuat Manami makin cemas.

"A-aku tidak akan meneliti larutan berbahaya lagi..."

Masih tidak ada balasan, Manami menahan napas sejenak. Makin panik.

"Lupakan saja. Itu pekerjaanmu juga."

Aaargh... Dia beneran marah...

Senyum kaku masih tercetak di wajah Manami. Ia kembali melirik Karma. Ia tahu, ia salah karena tetap meneliti larutan berbahaya di tengah kehamilannya. Dampaknya, semua udara yang ia hirup bercampur dengan partikel larutan yang ia teliti. Dan itu berpengaruh pada janinnya. Untungnya tidak fatal, namun tetap mengkhawatirkan.

"... Aku akan menyerahkan semua penelitian di lab pada Takebayashi-kun," kata Manami diikuti helaan napas pelan.

Keheningan kembali, membuat tekanan untuk Manami. Ia memejamkan matanya sejenak, berniat untuk beristirahat sebentar.

Lampu menunjukkan warna merah, mobil yang mereka naiki pun berhenti perlahan di belakang garis pembatas.

"Ucapanmu barusan sungguhan?"

Mata Manami langsung terbuka, mendapati Karma yang tengah memajukan tubuhnya dan menatapnya lekat. Rasa Kaget Manami perlahan terkendali, ia pun mengangguk singkat dan balas menatap Karma -menunggu reaksi Karma.

Helaan napas lega meluncur dari mulut Karma, membuat Manami ikut bernapas lega. Karma pun kembali ke posisinya, serta kembali fokus mengemudi karena lampu sudah berubah hijau.

D-dia sudah tidak marah 'kan?

Their LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang