Crush

1.9K 200 21
                                    

Kouichi dan Miyuki memasuki usia 7 tahun, kelas 2 Sekolah Dasar. Keduanya ditempatkan di kelas yang sama. Namun, pergaulan keduanya sangatlah berbeda. Miyuki yang mudah akrab dengan siapa saja, dan Kouichi yang lebih memilih diam dibangkunya dengan earphone dan ponselnya.

"Akabane."

Kouichi menoleh, menatap siswa pindahan yang duduk di sampingnya. Surai hitam dan warna mata biru cerah. Sekilas terlihat seperti blasteran.

"Panggil Kouichi saja. Nanti bisa salah panggil kalau ada Miyuki," balas Kouichi sambil melepas earphone yang sebelumnya ia pakai.

"Oh, kembaranmu? Oke, Kouichi."

Kening Kouichi sedikit mengerut. Ia tak ingat pernah memberitahu siswa di hadapannya kalau ia dan Miyuki kembar. Guru pun tidak mengatakannya.

"Dari mana kau tahu kalau kami kembar?" tanya Kouichi serius.

"Ibuku. Ia bilang, kalau nanti aku masuk kelas, minta apapun pada kalian berdua saja," jawabnya dengan senyum tipis. Kening Kouichi semakin mengerut.

"Ah, Kou! Nanti temani aku ke game center 'ya!" ucap Miyuki sambil sedikit menggebrak meja Kouichi. "Asano-kun, sedang ada urusan dengan Kouichi?" tanya Miyuki beralih pada siswa pindahan yang membalasnya dengan senyum simpul.

Asano Gou.

"Ah iya, aku ingin kalian menemui Ibuku. Ia bilang, kalau ia mengenal kalian. Dan, terakhir kali ia melihat kalian saat baru lahir," jawab Gou sambil menatap Miyuki lurus.

"Eh, memang kami kenal ibumu ya?" tanya Miyuki polos.

"Mungkin kenalan orangtua kami," sela Kouichi, mengundang senyum simpul di wajah Gou.

"Kalau begitu, aku mau ikut! Siapa tahu ibumu tahu tentang masa lalu orang tuaku," ucap Miyuki dengan senyum lebar dan semangat yang terlihat. Kouichi yakin, Miyuki akan menggunakan informasi tersebut untuk hal negatif.

"Oke, ke game center bisa lain kali. Sampai nanti ya, Asano-kun!"

Miyuki pun melenggang pergi, menghampiri sekumpulan siswi yang berdiri di depan pintu.

Kouichi menatap Gou yang masih menatap Miyuki.

"Naksir?"

Gou langsung mendelik ke arah Kouichi yang tersenyum miring.

"Menyerah saja, dia tipe yang tidak peka," saran Kouichi sambil merapikan earphonenya dan memasukkannya ke dalam tas bersama ponselnya.

"Bukan berarti tak ada kesempatan 'kan?" balas Gou sedikit tajam.

Kouichi sama sekali tak membalas ucapan Gou. Dalam hati tertawa sarkas atas ucapan Gou yang optimis.

Tapi, kenapa perasaanku tidak enak 'ya?

Their LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang