Kelopak mata Manami terbuka perlahan, melirik jam di atas meja yang menunjukkan pukul enam pagi. Ia pun bangun, menyingkap selimut yang ia pakai. Melihat ke sebelahnya dan mendapati tempat tidur yang kosong. Karma sudah tidak ada di tempatnya.
Mungkin di dapur, pikirnya sambil berjalan keluar menuju kamar Miyuki.
Membuka pintu kamar dan tidak mendapati putri pertamanya di sana. Alisnya mengeryit heran. Lalu, kembali melangkah ke kamar Kouichi. Hal yang sama pun terjadi. Ia tidak mendapati putranya di sana. Ia mulai panik. Lalu ke kamar Miku, berjalan cepat menghampiri keranjang tempat tidur Miku. Kembali kekosongan yang menyambut.
Manami makin panik. Ia berjalan cepat menuju kamarnya dan mengambil ponselnya. Mencari nama Karma dan menelponnya. Namun tidak bisa terhubung.
Ia pun menghubungi Koutarou, berharap rekan kerjanya mengetahui sesuatu.
"Takebayashi-kun?"
"Iya?"
"Apa kau ada melihat Karma?" tanyanya panik.
"Tidak. Oh iya, hari ini ada rapat pagi, bisa kau datang cepat Okuda-san?"
Manami bingung. Namun ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, mengingat ia yang menjabat sebagai salah satu ketua regu penelitian.
"Aku segera ke sana," jawabnya sambil berharap kalau Karma dan anak-anaknya sudah berada di rumah saat ia pulang nanti.
Setelah memutus sambungan telepon, ia pun segera ke kamar mandi.
.
.
.
Pukul tujuh malam, Manami langsung merapikan meja kerjanya. Memasukkan ponsel dan beberapa laporan ke dalam tas selempang yang ia bawa. Ia pun langsung membawa tasnya dan berlari kecil ke arah lift.Selama di dalam lift, ia terus memperhatikan ponselnya. Berusaha menghubungi ponsel Karma. Walau hasilnya sama dengan saat pagi, tidak bisa terhubung.
Saat pintu lift terbuka, ia pun kembali berlari kecil menuju parkiran. Menghampiri mobilnya dan segera masuk, duduk di belakang kemudi. Kunci mobil ia putar, menyalakan mesin dan segera menjalankan mobil yang dinaikinya.
.
.
.
Dengan tergesa, Manami memasukkan kunci rumah pada pintu depan rumahnya. Ia langsung melepaskan sepatu yang dipakainya, menaruhnya di rak sepatu, menutup pintu depan dan langsung menuju ke lantai dua.Ia membuka kembali pintu kamar Kouichi dan Miyuki. Namun hasilnya masih sama dengan pagi tadi. Ia pun segera menuju kamar Miku dengan panik. Hasilnya pun masih sama dengan sebelumnya.
Dengan napas berat, ia pun segera menuju ke kamarnya dan Karma. Pikiran negatif mulai muncul di pikirannya. Berharap kalau Karma dan ketiga anaknya baik-baik saja.
Kegelapan dan kesunyian menyambutnya saat ia membuka pintu kamarnya. Dada Manami menjadi sesak sesaat. Ia mengambil napas dalam. Ia kembali menghubungi ponsel Karma, dengan harapan si kepala merah akan mengangkatnya. Beberapa detik, sambungan terputus tanpa ada yang mengangkatnya.
Matanya terasa panas, air matanya mulai menggenang. Bagaimana kalau seandainya terjadi sesuatu yang buruk pada mereka?
"Happy birthday, Kaa-san!!"
Pekikkan nyaring, diikuti sosok mungil yang memeluk kaki kanannya. Air matanya langsung mengalir di pipinya saat menyadari sosok mungil tersebut. Ia pun langsung berjongkok dan memeluk Miyuki yang menatapnya dengan senyum lebar dan pandangan berbinar.
Lampu kamar menyala, Karma masuk sambil menggendong Miku di pelukkannya. Kouichi ada di sampingnya sambil memegang kue dengan lilin menyala di tengahnya.
Manami yang masih memeluk Miyuki pun mengangkat kepalanya, menatap Karma yang tengah memandangnya dengan senyum puas. Manami langsung bangun, menghampiri Kouichi dan mengelus kepalanya perlahan.
"Tiup lilinnya, Kaa-san," kata Kouichi dengan senyum simpul.
Manami membalas senyum Kouichi, ia pun kembali berjongkok dan meniup lilin. Diikuti oleh tepuk tangan riang dari Miyuki.
Setelahnya, mereka pun beranjak ke dapur dan membuat sebuah perayaan kecil dengan beberapa makanan yang dibeli Karma sebelum mereka pulang tadi.
.
.
.
"Jadi, ini idemu?""Tidak juga."
Karma tersenyum manis, Manami menatapnya dengan kedua alis menukik curiga. Karma duduk di atas tempat tidur sambil bersandar pada penyangga tempat tidur, dan Manami duduk di samping kanannya dengan wajah kesal.
"Miyuki bilang ingin buat kejutan, jadi kuikuti," lanjut Karma dengan seringai tipis, puas akan rencananya yang berhasil membuat Manami panik.
"Tetap saja, ini keterlaluan..." gumam Manami dengan pandangan ke arah lantai. Masih merasa sesak akan kejadian satu hari penuh yang membuat pikirannya kacau.
Tangan kanan Karma pun langsung merangkul bahu Manami, menarik tubuh mungil Manami ke dalam pelukkannya.
"Maaf," katanya pelan sambil menatap Manami langsung, yang dibalas oleh dengusan pelan dari Manami.
Kedua tangan Manami pun langsung menarik perlahan wajah Karma mendekat. Menciumnya singkat.
"Apa yang kau inginkan tahun ini?" tanya Karma, mengingat dirinya belum memberikan apapun karena bingung akan hadiah untuk Manami.
"Itu... Apa aku boleh mencoba posisi di atas?"
Karma sempat terdiam sesaat setelah pertanyaan Manami terlontar. Membuat Manami sedikit gugup terhadap jawaban Karma.
"Boleh."
Tak kusangka ia meminta sesuatu yang cukup vulgar dengan ekspresi semanis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Their Life
FanficKehidupan yang dialami oleh keluarga Akabane, setelah Karma berhasil menikahi Manami. Genre: Family, Slice of Life, Romance Main Pairing: KarManami Assassination Classroom © Matsui Yusei