Pamper

527 82 10
                                    

Badai salju tengah melanda Jepang di penghujung tahun, salju yang mulai memenuhi jalanan disertai angin kencang yang membuat para warga harus diam di dalam rumah. Sejak pagi, cuaca tidak berubah dan belum ada tanda angin kencang akan mereda. Matahari pun mulai tenggelam, digantikan bulan yang tertutup oleh awan gelap.

Angin kencang yang berhembus membuat kaca jendela bergetar. Miyuki pun memutuskan untuk tidur bersama Kouichi, karena kamar Kouichi tidak memiliki jendela ke arah luar rumah, berbeda dengan kamarnya yang terdapat jendela tepat di samping tempat tidurnya. Miku pun sudah pulas tertidur setelah jam makan malam di kamarnya.

Karena badai, Karma dan Manami tidak bekerja, bahkan sebagian kantor tutup karena tidak memungkinkan untuk pergi keluar rumah. Hal ini pun mereka manfaatkan untuk membersihkan kamar anak-anak.

Kini keduanya tengah duduk di sofa ruang tamu, televisi yang menyala menayangkan berita terkini mengenai badai yang mungkin akan berlanjut hingga esok.

"Kuharap besok masih badai."

Manami sedikit merinding mendengar ucapan yang Karma ucapkan dengan nada enteng. Terlepas dari candaan atau bukan, tetap saja itu ucapan yang sangat menyeramkan bagi Manami. Bukankah lebih baik jika badai langsung berhenti malam ini?

Fokus Manami pun hilang pada acara televisi, beralih pada Karma yang mulai berbaring dan menjadikan pahanya sebagai bantal.

"Bukankah lebih baik badainya berhenti malam ini?" Dalam hati Manami merasa lega karena bisa mengatakan apa yang dipikirkannya.

"Aku malas kembali ke kantor."

Astaga. Manami lupa kalau Karma itu mantan siswa yang sering membolos karena alasan malas.

Menghela napas pelan dan mulai mengusap perlahan rambut Karma yang baru dipotong pendek kemarin, membuat Karma sedikit menggeliat dan membentangkan selimut bulu yang ia bawa dari kamar tidur. Sepertinya Karma sudah merencanakan ini.

"Lebih baik tidur di kamar 'kan? Nanti masuk angin kalau tidur di sini," kata Manami, jari-jarinya masih menyisir perlahan surai Karma, membuat si pemilik surai mendengus dan mulai mengubah posisi berbaringnya menjadi menyamping.

"Nanti saja. Jarang-jarang bisa seperti ini 'kan?"

"Kalau kamu yang sakit, aku yang repot."

"Aku tak mudah sakit 'kok."

Manami mendengus, menang dalam argumen dengan Karma itu mustahil baginya yang memiliki kosakata terbatas. Ucapan dari Karma memang ada benarnya, karena sudah memiliki keluarga sendiri, keduanya selalu sibuk dengan urusan Kouichi, Miyuki, ataupun Miku. Waktu mereka menghabiskan waktu berdua memang jarang, tapi bukan berarti tidak pernah.

Hanya saja, sifat manja Karma terkadang muncul jika mereka sedang berdua. Membuat Manami lupa dengan berbagai rumor buruk yang dulu dimiliki Karma.

"Kamu tidak tidur 'kan?" tanya Manami retoris, sambil mencubit pelan pipi Karma, membuatnya mengerang pelan.

"Tahun depan ke Paris 'yuk."

"Baru kemarin ke Okinawa 'kan?"

"Tak ada salahnya merencanakan 'kan?"

Karma termasuk pria yang penuh perencanaan, jika ingin melakukan sesuatu, ia akan membuat rencana dari jauh-jauh hari. Tapi, tidak harus direncanakan satu tahun sebelumnya 'kan?

"Aku ikut saja."

"Ada tempat yang mau kau kunjungi?"

"Hm. Tidak ada, kurasa."

Karma mendengus, memandang Manami dengan kedua alisnya yang bertaut heran.

"Ya sudah, kita ke Paris tahun depan."

Helaan napas meluncur dari bibir Manami, menatap Karma yang tengah berbaring menyamping sambil menonton acara televisi.

Sudah cukup lama ia tinggal seatap dengan Karma. Seluruh sifat Karma pun rasanya sudah ia mulai pahami, walau tidak dengan pola pikirnya yang terkadang melebihi ekspektasi Manami. Tapi, sifat Karma akan dimanja atau memanjakan terkadang muncul. Terkadang, Karma yang memeluknya dari belakang, membuatnya nyaman dengan suhu tubuh Karma yang hangat dan sentuhan lembutnya. Namun, ia juga bisa menjadi pria yang meminta dimanja seperti saat ini.

Jemari Manami menyisir perlahan surai merah Karma, menatapnya yang masih fokus pada berita malam di televisi. Manik mercury yang menatap tajam pada layar televisi pun mengundang senyuman tipis di bibir Manami.

Tapi, tak buruk juga terkadang memanjakannya seperti ini

Their LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang