Disaat badai melanda, kediaman Akabane pun terasa sunyi. Cuaca buruk tersebut sudah terjadi sejak kemarin pagi. Dan pagi ini, angin kencang disertai salju masih terjadi.
Pukul enam pagi, Manami terbangun dengan sebuah beban berat pada tubuhnya saat ia membuka mata. Mendapati tangan Karma yang memeluknya dari belakang. Dan beban berat yang dirasakannya adalah tangan Karma.
Mengubah posisinya menjadi duduk, menatap wajah Karma yang masih tidur dengan nyenyak, bergantian dengan jendela yang masih menampilkan salju yang terhempas dengan angin kencang. Bulu roma Manami meremang sesaat setelah ia mengingat permintaan Karma semalam agar badai terus berlanjut.
Manami tak tahu kalau permintaan Karma akan dikabulkan.
Ia pun mulai berdiri, namun tertahan oleh tangan Karma yang menggamit tangannya -menarik tubuh Manami untuk kembali duduk di atas tempat tidur. Manik amethyst Manami langsung terbelalak menatap Karma yang menatapnya balik dengan pandangan sayu.
"Aku mau buat sarapan," kata Manami pelan sambil mengusap pipi Karma, membuat Karma menutup matanya sesaat -meresapi sentuhan lembut dan hangat Manami pada pipinya.
"Tak bisa nanti saja?" tanya Karma dengan suara seraknya, tangannya masih menggenggam tangan Manami erat.
"Nanti keburu anak-anak bangun 'kan?"
Decakkan lidah Karma terdengar keras, cukup keras hingga membuat Manami tersenyum canggung. Namun sudah tugasnya untuk menyiapkan sarapan. Tak mengindahkan decakkan kesal Karma, Manami pun mengecup perlahan pipi Karma dan langsung bangkit berdiri untuk pergi menuju dapur -meninggalkan Karma yang masih berada di kamar dengan wajah terkejut akan kecupan singkat Manami di pipinya.
Kenapa hanya pipi?!
.
.
.
Menguap lebar setelah beberapa detik mata Miyuki terbuka. Ia terduduk di atas tempat tidur Kouichi, dengan si empunya kamar yang masih terlelap di sisinya. Mata Miyuki menatap Kouichi sejenak, lalu mendengus dan bangkit berdiri setelah perutnya mulai berbunyi.Jam dinding menunjukkan pukul enam lebih dua puluh menit.
Kaa-san pasti sudah bangun 'kan? pikir Miyuki dengan senyum lebar saat memikirkan menu apa yang akan menjadi sarapannya pagi ini.
Menuruni tangga dan sedikit mengintip ke arah dapur, mendapati sang Ibu tengah berdiri memunggunginya dengan sang Ayah di sampingnya. Tangan Karma berada di pinggang Manami, seperti tengah membisikkan sesuatu ditengah suara canda mereka.
Kening Miyuki mengerut, kesal dengan pemandangan di depan matanya. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kamar Kouichi.
Saat ia sampai di kamar, Kouichi sudah bangun dan tengah duduk di atas tempat tidurnya. Menatap Miyuki yang berdiri terdiam di ambang pintu.
"Sarapan belum siap?"
Miyuki berdecih sesaat setelah mendengar pertanyaan Kouichi, mengundang pertanyaan di dalam benak Kouichi. Apa aku salah bertanya? batin Kouichi bingung akan saudarinya yang kini duduk di sampingnya dengan wajah kesal.
"Mereka sudah menikah tahunan 'kan?! Kenapa mereka masih saja saling menggoda di tempat terbuka 'sih?! Memang mereka pengantin baru?!"
Mendengar keluhan Miyuki yang masih mengatakan rentetan keluhan akan sikap kedua orangtua mereka. Kouichi tidak bisa menyangkalnya. Karena pendapatnya sendiri, keduanya memang suka bermesraan di mana pun -walau masih batas aman untuk mereka lihat, tetap saja meresahkan jika diteruskan.
Diusia pernikahan mereka ini, sikap mereka memang jauh lebih mirip pengantin baru 'sih. Apa keduanya pernah bertengkar tanpa kami ketahui?

KAMU SEDANG MEMBACA
Their Life
FanficKehidupan yang dialami oleh keluarga Akabane, setelah Karma berhasil menikahi Manami. Genre: Family, Slice of Life, Romance Main Pairing: KarManami Assassination Classroom © Matsui Yusei