|Bonus|Feeling [Karma Side]

2K 211 1
                                    

Album foto yang sebelumnya Manami pegang, kini tergeletak di atas tempat tidur. Menarik perhatian Karma yang tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang dibawanya.

Manami baru saja masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Karma yang kini sibuk membalik lembar demi lembar di album foto yang sebelumnya dibuka Manami.

Setiap foto yang tertempel di sana pun mengundang senyum miring di bibir Karma. Membuatnya mengingat tentang betapa menyedihkannya dirinya dulu.

Ia diberkahi dengan otak jenius dan paras diatas rata-rata. Tentunya, hal ini pun membuat beberapa kaum adam iri dengannya. Ditambah, dengan latar belakangnya yang terbilang cukup baik. Keluarganya cukup mapan -bisa dilihat dari rumah mereka yang cukup besar.

Tapi, bagi yang bersangkutan hal tersebut bukanlah apa-apa.

Otak jeniusnya tidaklah ia dapat dengan mudah.

Dengusan pun terdengar dari Karma yang mulai merasa terganggu dengan kenangan masa lalu yang mulai muncul dalam pikirannya. Tak bisa dikatakan sebagai kenangan buruk. Tapi, juga bukan kenangan baik.

Yaitu, masalah yang dimilikinya dengan kedua orangtuanya.

Orangtuanya terbilang unik. Karma sendiri mengakuinya. Keduanya bukanlah orangtua yang buruk. Tapi, tidak juga baik.

Masalah yang dimilikinya terbilang rumit dan sedikit sulit untuk dijelaskan. Kedua orangtuanya adalah orang yang bebas dan senang melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Keduanya pun sudah mapan sejak dulu karena pekerjaan keduanya. Karena itulah, keduanya selalu melakukan perjalanan wisata saat ada waktu senggang.

Sebenarnya Karma tidak mempermasalahkan kebiasaan keduanya dalam melakukan perjalanan. Yang menjadi masalah adalah tidak adanya perhatian yang diberikan untuknya.

Karma ingat dengan jelas, saat Sekolah Dasar ia selalu mencoba menarik perhatian keduanya. Mencoba membuat keduanya tetap berada di rumah dan tidak meninggalkannya di rumah dengan seorang pelayan yang dipekerjakan orangtuanya untuk menjaganya.

Saat ia berada di bangku kelas tiga Sekolah Dasar, Karma mencoba mendapatkan nilai sempurna pada semua ujian di tiap mata pelajaran yang ada. Ia berusaha keras untuk mengingat semua materi yang ia terima. Dan ia pun mendapatkan hasil yang memuaskan atas ujiannya.

Tapi, tidak dengan reaksi kedua orangtuanya.

Keduanya hanya tersenyum dan memujinya sesaat setelah ia menunjukkan seluruh hasil ujiannya. Dan keesokkan harinya, keduanya kembali melakukan perjalanan wisata di pagi buta.

Saat ia kelas lima, ia kembali mencoba menarik perhatian keduanya. Kali ini dengan cara yang terbilang nekat.

Ia memancing amarah beberapa teman sekelasnya dan terlibat perkelahian setelahnya. Ia mendapatkan surat panggilan orangtua karena tindakannya itu. Sayangnya, tak ada satu pun diantara keduanya yang membaca surat yang ia letakkan di meja samping tempat tidur keduanya itu.

Karma menyerah karenanya. Ia menyerah untuk mencoba mendapatkan perhatian keduanya.

Sayangnya, ia tidak dapat lepas dengan mudah dari tindakan yang pernah ia lakukan dulu. Terutama dalam memanasi seseorang dengan ucapannya. Dan entah sejak kapan, memprovokasi seseorang menjadi kegemarannya.

Hobi yang buruk. Ia tahu itu, tapi tak dapat ia hentikan. Sudah seperti kebiasaan.

Ia juga ingat, saat kelas enam ia sering menjahili pelayan yang dipekerjakan kedua orangtuanya. Akibatnya, setiap pelayan yang mereka pekerjakan tak akan pernah bertahan lebih dari satu bulan untuk bekerja di rumah besar tersebut.

Their LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang