?

1.7K 190 5
                                    

Kedua alis Karma mengerut dalam mendengar ucapan Miyuki yang kini menatapnya antusias. Ia mendengus pelan.

"Tanya ibumu," balas Karma singkat dan kembali sibuk dengan laptopnya. Miyuki mengerutkan alisnya dan memajukan bibirnya, kesal dengan jawaban Karma yang berbeda dari perkiraannya.

"Tapi-"

"Tanya ibumu."

Miyuki makin kesal. Karma mendengus pelan saat melihat raut wajah masam Miyuki.

"Kalau kamu punya adik, ibumu yang akan paling repot. Dia yang akan mengandung sembilan bulan dan melahirkan nanti. Bahkan sampai mengurus adikmu setelah melahirkan. Jadi, tanya ibumu. Jawabanku tergantung ibumu."

Raut wajah Miyuki berubah saat mendengar penjelasan singkat Karma. Ia menunduk sesaat, lalu kembali menatap Karma dengan tatapan penasaran.

"Memang mengandungnya itu sulit?"

Pertanyaan ambigu. Karma mengabaikan laptopnya, dan mulai fokus untuk menjelaskan pada Miyuki -tanpa menyinggung perihal hubungan intim.

"Sulit. Selama sembilan bulan, perut ibumu akan membesar dan adikmu ada di sana. Kemana-mana membawa adikmu di perutnya. Dan ditambah dengan kakinya membengkak saat adikmu mulai berkembang. Ia juga akan makin sulit mengerjakan pekerjaan rumah. Miyu mau membantu saat itu tiba?"

Miyuki mengangguk antusias. Lalu mulai berdiri. "Lalu, seperti apa itu melahirkan?" tanya Miyuki lagi.

"Ada banyak cara, tapi yang umum hanya dua. Mengeluarkannya lewat bawah, dengan taruhan nyawa dan beberapa resiko. Atau, melalui operasi di bagian perut bawah."

"Taruhan nyawa? Operasi? Itu sakit 'kan?"

Karma mengacak rambut Miyuki pelan, membuat Miyuki mengerang tak terima.

"Tanya ibumu sana."
.
.
.
Manami terdiam saat mendengar pertanyaan Miyuki. Ia tak tahu harus merespon apa saat putrinya bertanya tentang rasanya melahirkan. Tidak mungkin ia menjelaskannya. Ia tak mau Miyuki trauma hanya karena jawaban darinya.

"Em... Yuki ingin adik 'kan?" tanya Manami berusaha mengalihkan perhatian Miyuki.

"Iya. Tapi, Tou-san bilang untuk menanyakannya pada Kaa-san. Karena nanti Kaa-san yang akan direpotkan kalau aku punya adik."

Manami meringis dalam hati. Merasa terharu karena Karma ternyata peduli dengannya.

"Tak masalah 'kok. Kalau kau mau, Kaa-san bisa berikan. Tapi, kamu harus sabar. Karena mendapatkan adik untukmu tidak mudah."

"Eh, boleh? Tapi, nanti sakit 'kan?"

Miyuki yang menatapnya dengan khawatir membuat Manami gemas dan langsung mencubit kedua pipinya.

"Tidak masalah. Itu tugas Kaa-san sebagai ibumu dan sebagai pendamping ayahmu."

Miyuki mengangguk paham dan memeluk Manami singkat, lalu mulai berlari kecil menghampiri ayahnya di ruang tamu.

Ah, Kaa-san ternyata sangat kuat. Apa aku juga bisa seperti itu nantinya?

Their LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang