Suhu udara mulai mendingin, diikuti dengan daun pohon maple yang mulai berubah coklat. Musim gugur tiba, para siswa pun mulai mengganti pakaian mereka dengan lengan panjang -termasuk Miyuki dan Kouichi.
Miyuki memakai celana olahraga dengan roknya yg selutut. Ia sadar, bahwa ia bisa dipanggil ke ruang konseling karena gaya berpakaiannya. Tapi, ia memutuskan untuk tidak terlalu memperdulikan karena suhu udara dingin yang ia tak bisa tahan.
'Bukankan ini tidak adil? Saat udara dingin, murid lelaki tidak akan kedinginan karena memakai celana panjang. Namun para murid perempuan akan kedinginan karena kaki mereka terkena suhu udara yang mulai menurun. Kenapa para murid perempuan tidak diijinkan memakai celana panjang saat musim gugur dan musim dingin?'
Pikiran Miyuki berkecamuk, memprotes keras-keras akan peraturan berseragam yang ia rasa tidak adil.
Kouichi yang berjalan di sampingnya hanya bisa mendengus, ia bisa menebak pikiran Miyuki yang kini memasang ekspresi masam yang terlihat jelas.
"Yuki."
"Hm."
"Sebentar lagi natal 'kan?"
Langkah Miyuki terhenti. Menatap Kouichi yang ikut berhenti di depannya. Kata 'natal' adalah kode yang biasa mereka berdua gunakan.
"Oh iya."
"Kau mau beli apa?"
"Hm... Aku mau buat sesuatu yang mengejutkan dan meriah."
Raut wajah Kouichi mengerut. Seakan menunjukkan kalau ia tidak setuju dengan pemikiran Miyuki.
"Kurasa, itu bukan ide bagus."
"Tak apa 'kan? Saat Kaa-san, kita buat rencana yang cukup mengejutkan. Kali ini juga, supaya adil."
Kouichi mengurut pangkal hidungnya. Tidak bisa memahami isi pemikiran saudari kembarnya.
"Mereka berdua itu berbeda, Yuki. Dalam mengambil tindakan dan merespon akan situasi, Tou-san bisa ambil tindakan yang cukup mengerikan. Kau sadar 'kan?"
"Tentu aku tahu. Kita tak perlu membuatnya sejauh saat ulang tahun Kaa-san. Cukup sesuatu yang bisa membuat Tou-san terharu atau bangga, mungkin?"
"Contohnya?"
"Ah, bagaimana kalau aku bilang aku sudah punya kekasih? Tou-san pasti akan sangat terkejut 'kan?"
Kouichi kembali mengerut. Menurutnya, itu ide buruk.
"Tidak. Tou-chan akan mengamuk kalau kau bilang begitu."
Miyuki berdecih. Menurutnya itu ide yang cukup bagus untuk membuat ayahnya terkejut.
"Lalu apa?" tanya Miyuki sinis. Kouichi kembali mendengus.
"Menurutku, memberikan sesuatu yang Tou-san sukai itu cukup."
"Berikan Kaa-san sebagai hadiah ulang tahun untuk Tou-san."
Kouichi menyerah. Jawaban Miyuki tidak salah. Kenyataannya, ibu mereka memang kesukaan ayah mereka. Hanya sebatas itu yang mereka tahu. Karena ayah mereka cukup sibuk dengan pekerjaannya, sehingga membuat keduanya tidak terlalu tahu tentang kesukaan kepala keluarga Akabane tersebut.
"Bagaimana kalau buat makanan manis?" tanya Miyuki dengan raut wajah cerah.
"Tou-san cukup pemilih untuk makanan."
Miyuki kembali berdecih karena idenya kembali ditolak.
"Lalu apa?!" tanyanya frustasi.
"Akan kucoba pikirkan dulu."
Dengan begitu, pembicaraan keduanya selesai karena mereka telah tiba di kelas mereka. Keduanya duduk di kursi mereka masing-masing. Miyuki masih mengerutkan keningnya, berpikir sangat keras tentang ide untuk hadiah sang ayah.
Kalau kesukaan Tou-san, yang bisa kuingat hanya Kaa-san... Tidak mungkin 'kan Kaa-san kami bungkus dengan pita sebagai hadiah untuk Tou-san?
KAMU SEDANG MEMBACA
Their Life
FanfictionKehidupan yang dialami oleh keluarga Akabane, setelah Karma berhasil menikahi Manami. Genre: Family, Slice of Life, Romance Main Pairing: KarManami Assassination Classroom © Matsui Yusei