Kedua alis Rio mengerut kala pertanyaan dari Gou terlontar. Senyum kaku mulai terlihat di wajah cantik Rio.
"Ah... Itu..."
Rio rasanya ingin berteriak. Ia tak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan putranya ini.
Kenapa Tou-san dan Kaa-san bisa menikah?
.
.
.
"KARMA!"Si pemilik surai merah menoleh, menatap Rio yang kini tengah melotot ke arahnya.
"Kau yang memberikan alamat emailku pada Asano?"
"Iya."
Kekesalan Rio memuncak, urat kekesalan mulai menguat. Karma tetap acuh dan memilih memakan panganan manis di hadapannya. Ryoma, Yuuma, Hiroto, dan Ryuunosuke yang berada di meja yang sama dengan Karma pun mulai merasakan suasana yang mulai menegang.
"Dia terus-terusan mengirimiku email 'tahu!!"
"Yup. Dan dia melakukan hal yang sama padaku saat aku menolak memberikan alamat emailmu padanya," balas Karma acuh.
"Jadi, dia menerormu 'begitu?"
Karma mengangguk singkat.
"Memang, ada apa dengan Asano?" tanya Ryoma sambil mengambil gelas minumnya.
"Dia memintaku jadi kekasihnya."
Ryoma langsung menyemburkan semua air yang hendak diminunnya. Membuat Hiroto mengomel karena hampir mengenai pakaiannya.
"Asano-kun bilang, dia hanya tertarik dengan wanita yang cerdas dan sulit didapatkan."
Rio mendelik tajam saat Karma mengatakan kalimat tersebut. Yuuma ingin melerai, namun ia urungkan. Karena ia tidak terlalu paham dengan inti permasalahan kali ini.
"Kalau tidak suka, kau bisa menolaknya 'kan, Nakamura?"
Helaan napas meluncur di bibir Rio, membuat Ryuunosuke yang melontarkan pertanyaan sedikit waspada.
"Aku sudah sering menolaknya. Ajakan kencan atau menjalin hubungan. Tapi dia tetap keras kepala."
"Tak ada salahnya 'kan? Coba saja kau jadian dengannya. Dia CEO di salah satu perusahaan teknologi di Silicon Valley, mapan. Dia tipemu 'kan?"
Rio mendengus kasar mendengar pertanyaan sekaligus pernyataan dari Karma. Ia memang menyukai pria mapan, tampan dan cerdas. Tapi, bukan berarti ia harus jadian dengan pria arogan seperti Asano Gakushuu 'kan?
"Aku tak suka pria ambisius dan arogan sepertinya," tukas Rio sambil mengibaskan tangan kanannya disertai raut wajah enggan.
"Dia bekerja di Silicon Valley 'kan? Kalian bisa sama-sama tinggal di luar negeri, itu bagus 'kan?" celetuk Ryoma tanpa memperhatikan Rio yang tengah memandangnya sinis.
"Coba saja dulu, kalau kalian tidak cocok, pasti Asano-kun akan mundur dengan sendirinya 'kan?" kata Karma sambil memasukkan sebuah kue kering ke dalan mulutnya.
"Hm... Berarti, aku harus membuatnya tidak nyaman 'ya..."
.
.
.
Manik biru milik Rio menatap sosok di hadapannya. Keringat dingin mengalir perlahan di kening Rio, karena suasana canggung yang ia rasakan."Tidak pesan?"
Suara khas lelaki terdengar dari sosok yang diperhatikannya. Rio langsung menggeleng dengan senyum canggung.
"Aku pesan minuman saja," jawabnya sambil mengibaskan sedikit rambutnya yang kini berwarna hitam-kuning.
"Yakin? Kutraktir."
Rio bergeming. Gakushuu yang duduk di hadapannya menyadari perubahan raut wajah Rio, dan tersenyum kecil sesaat.
"Yaah, kalau kau memaksa."
Rio kalah. Ia langsung memesan makanan tanpa melihat daftar harga. Selain itu, ia tak ingin rugi. Mengingat saat ini ia berada di salah satu restoran berbintang.
Ia sempat ragu untuk pergi saat Gakushuu menyebutkan nama restoran yang mereka tuju. Tapi, ia teringat ucapan Karma. Mungkin saja ia bisa memanfaatkan putra tunggal dari mantan direktur sekolahnya dulu 'kan?
"Jadi, apa maumu?" tanya Rio serius sambil melipat kedua tangannya di atas meja, sedikit memajukan tubuhnya dan menatap Gakushuu tajam. Yang ditatap tak bergeming sedikitpun, masih setia dengan senyum khas miliknya.
"Menikahimu."
Rio terbelalak sejenak, lalu mengurut halus pangkal hidungnya. Raut wajah Gakushuu yang tak berubah, justru membuat Rio bingung. Apa dia benar-benar serius saat mengatakannya?
"Aku serius."
Manik biru milik Rio menyipit, bertemu pandang dengan manik violet milik Gakushuu yang menatapnya dalam.
Rio akui, ia tidak suka situasi saat ini. Kalau terus seperti ini, hanya menunggu waktu sampai dirinya menyukai Gakushuu.
"Kenapa harus aku?"
"Tak ada alasan khusus."
Rio mendengus. Merasa jengah akan situasi yang diciptakan sosok egois di hadapannya.
"Tapi, aku serius."
"Buktinya?"
"Mau coba denganku?"
Sebelah alis Rio terangkat heran, dibalas dengan senyum miring oleh Gakushuu.
"Sex."
.
.
.
"Kaa-san?"Rio tersadar dari lamunannya. Ia pun langsung memegang kedua bahu Gou dan mendorongnya pelan menuju kamar tidurnya.
"Sudah malam, waktunya tidur. Pertanyaanmu akan Kaa-san jawab lain waktu."
Gou mendesah kecewa, Rio tersenyum kemenangan karena ia tidak harus menjawab pertanyaan dari putra sulungnya.
Tidak mungkin kujawab, kalau kami menikah karena aku mengandung sebelum peenikahan 'kan?
٩(ˊᗜˋ*)3、')
Ini hanya selingan. Untuk selanjutnya, saya akan selipkan sedikit pairing lain, namun fokus utamanya tetap KarManami ●▽●
Makasiih untuk pembaca yang masih setia membaca dan memberikan suara kalian (((´♡‿♡'+)))。
Love you all °˖✧◝(⁰▿⁰)◜✧˖°
KAMU SEDANG MEMBACA
Their Life
Fiksi PenggemarKehidupan yang dialami oleh keluarga Akabane, setelah Karma berhasil menikahi Manami. Genre: Family, Slice of Life, Romance Main Pairing: KarManami Assassination Classroom © Matsui Yusei