9

4.2K 459 100
                                    

Happy reading❤️

Wohoo selamat malem minggu all, bagi yang malem mingguannya baca wp bisa langsung baca chapter ini ya

Jangan lupa mampir di cerita baru author, langsung buka profil author nanti nemu dah tu cerita (The Highest Level of Falling in Love)

Hai author balik lagi dengan chapter baru nih, sana buruan baca jangan lupa juga buat vote and commentnya

••••

"Kalian sepertinya pernah bertemu ya?" pertanyaan Alma berhasil membuyarkan lamunan Shaka dan Arsy.

"Beberapa kali." ucap Shaka canggung.

"Shelin gimana udah baikkan?" tanya Abhizar.

"Sudah membaik om. Mari saya antar ke ruangan Shelin." ucap Shaka.

Besok Nara harus terbang untuk kembali ke Indonesia, maka dari itu ia harus menyelesaikan urusannya disini.

Saat ini Nara berada di markasnya, ia berniat untuk mengurus hama-hama yang mengganggu keluarga Pratama.

"Bu bos." semua orang di markas menyambut kedatangan Nara.

"Dimana dia?" anak buah Nara mengantarkan Nara ke sebuah ruangan disana terdapat orang yang menyebabkan kecelakaan Shelin.

"Bangun!" Nara menyiram pria itu dengan air.

"Lepa-sin." Nara tersenyum sinis.

"Selama gue masih hidup lo dan bos lo yang pengecut itu ga akan bisa nyentuh keluarga Pratama."

Nara mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Setelah panggilan itu terhubung Nara menghadapkan ponselnya ke arah pria yang ada di hadapannya.

"Kamu kenapa mas?"

"Udah lihat suami lo?" ucap Nara.

"Kenapa suami saya seperti itu?"

"Jangan pura-pura, gue tau lo komplotan Adnan." Nara tersenyum sinis.

"Suami lo ga gue bunuh kok, soalnya dosa gue udah banyak. Jadi kirim ke kantor polisi sabi kali ya?" ucap Nara santai.

"Jangan saya mohon."

"Lah ngatur, siapa lo? dah lah gue cuma mau ngabarin itu doang." setelah menyelesaikan kalimatnya, Nara langsung mematikan sambungan telepon.

"Kurang baik apa gue coba, suaminya ditangkep gue kabarin dulu." gumam Nara.

"Bawa dia ke kantor polisi, gue juga udah bilang Farel." titah Nara.

"Eh tapi tunggu dulu." ucap Nara.

Nara mengarahkan pistolnya ke arah pria yang menabrak Shelin. Tubuh pria itu semakin pucat kala Nara menodongnya dengan sebuah pistol.

Dorr

Tembakkan Nara melewati tepat di atas kepala pria itu, jika pria itu bergerak maka peluru itu mampu menembus kepalanya.

"Anjir takut lo? gue cuma main pistol-pistolan doang." Nara tertawa puas melihat wajah pucat pria itu.

"Badan laki jiwa banci lo!" ucap Nara.

"Dah sana pergi! ga asik main sama banci." Nara meninggalkan ruangan itu.

Nara melangkahkan kakinya menuju ruangannya, ada perasaan sedih karena harus meninggalkan tempat ini besok pagi.

Matanya tertuju pada satu foto yang ada di meja kebesarannya. Seorang bocah laki-laki yang kini sudah menjadi pria tampan yang mampu mencuri hatinya.

ARSHAKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang