34

6.6K 588 191
                                    

Happy reading❤️

Hai author balik lagi dengan chapter baru nih, dah sana buruan baca jangan lupa juga buat vote and commentnya

••••

Shaka melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor milik Arga. Sekretaris Arga mengantarkan pria itu menuju ruangan milik pamannya itu.

"Permisi pak. Ini bapak Shaka sudah datang." ucap sekretaris Arga.

"Masuk Ka."

Arga mempersilahkan Shaka untuk duduk di hadapannya. Arga menghela nafasnya sebelum memulai percakapan dengan Shaka.

"Ga ada yang akan berubah dari masa lalu. Sangat ga pantes kamu lampiasin semuanya sama istri kamu." tutur Arga.

"Maaf uncle." hobi sekali Shaka mengucapkan maaf akhir-akhir ini.

"Seperti yang sudah dikatakan Fatih. Kalian akan bercerai setelah Nara melahirkan."

"Ga uncle, ini pernikahan kami dan ga ada yang boleh ikut campur." Shaka menunjukkan ekspresi ketidaksetujuannya dengan pernyataan Arga.

"Kenapa uncle ga mukul Shaka aja? kenapa?!" Shaka menaikkan nadanya.

"Otot ga bakal nyelesain masalah Ka."

"Shaka ga bisa biarin Nara pergi uncle. Tapi Shaka juga mau Arsy kembali."

"Salah satu Ka. Kamu ga liat? perbuatan kamu menyakiti keduanya!" tegas Arga.

"Jangan egois Ka." sambung pria yang ada di hadapan Shaka.

Nara melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen Shaka. Tak ada siapapun di dalamnya karena Shaka berada di kantor unclenya.

"Sabar nak, sebentar lagi kita pergi." gumam Nara.

Ia melihat kondisi apartemen yang berantakan memutuskan untuk merapihkannya. Cukup menguras waktu dan tenaga untuk membersihkan tempat ini.

Hari sudah berganti menjadi malam, Shaka baru saja sampai di apartemen langsung mencari keberadaan istrinya.

"Nara? Nara dimana?!"

"Lo pikir gue budeg?" ketus Nara.

"Laper." satu kata itu yang lolos dari mulut suami Nara.

"Makanlah."

"Ga ada makanan. Makan di luar yuk!" ucap Shaka dan tangannya juga reflek memegang tangan Nara.

"Pergi aja sendiri." Nara melepaskan tangan sang suami dan masuk ke dalam kamar.

Saat tangan Nara memegang ganggang pintu Shaka memeluknya dari belakang. Hal itu membuat Nara terkejut akan perbuatan Shaka.

"Lepas lo berat!"

"Mana ada berat." Shaka masih memeluk Nara.

"Minggir." dingin Nara.

"Bamoy liat tuh bunda kamu marah-marah." tangan Shaka sudah mengusap perut buncit Nara. Ia juga mengajak anaknya untuk berbicara.

"Ga usah ikut-ikutan manggil bamoy." Nara melepaskan pelukan Shaka secara paksa.

"Ih kok lo jadi marah-marah mulu."

"Ga usah belaga bego Shaka." kesal Nara.

"Ganteng doang otaknya kosong." sindir Nara.

----

Adnan yang berada di kediamannya menatap sebuah foto. Disana dia merangkul pundak Shasa dan menampakkan senyum bahagia.

"Kenapa gue ngerasa Shasa masih ada." Adnan mengusap sudut matanya yang sudah mengeluarkan air mata.

ARSHAKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang