7

4.4K 486 84
                                    

Happy reading❤️

Kita majuin updatenya jadi sekarang ya, btw selamat malam minggu semua

Hai author balik lagi dengan chapter baru nih, sana buruan baca jangan lupa juga buat vote and commentnya

••••

Hari ini Rain akan dimakamkan tepat di sebelah makam Al. Suasana pemakaman Rain dipenuhi air mata.

Shaka menyambut jenazah sang ibu untuk dimasukkan ke liang lahat. Tepat saat jenazah Rain di turunkan, Shelin menangis histeris.

Saat makam Rain ditimbun dengan tanah, Shelin berlari menghentikan orang-orang yang akan mengubur jenazah ibunya itu.

"ENGGA, KALIAN GA BOLEH LAKUIN ITU!"

"MAMA MASIH HIDUP!"

"Lin." tegur Shaka.

"ENGGA BANG, MAMA GA MUNGKIN PERGI NINGGALIN KITA." Shaka membawa sang adik ke dalam pelukannya, meski awalnya Shelin memberontak tapi pada akhirnya ia memeluk sang kakak erat.

"Ikhlasin mama ya?" Shelin menggelengkan kepalanya.

"Aku mau mati aja." lirih Shelin.

"Jangan ngomong gitu Lin." tegur Shaka.

Setelah jenazah Rain selesai dikuburkan, satu per satu orang mulai meninggalkan tempat itu. Sekarang yang tersisa hanya Shaka dan Shelin.

"Kita pulang ya Lin." Shelin menggeleng cepat.

"Nanti mama kesepian disini." ucap Shelin

"Jangan kaya gini Lin, nanti mama papa juga ikut sedih."

"Bang Shaka kalo mau pulang, pulang aja." Shaka menghela nafasnya.

"Nanti kalo udah selesai langsung ke mobil ya, gue tungguin disana." Shelin hanya menganggukkan kepalanya.

Shaka meninggalkan Shelin untuk memberi sedikit ruang bagi adiknya itu. Tangis Shelin kembali pecah kala mengusap nisan sang ibu.

"Kenapa secepat ini mama pergi?" ucap Shelin disela tangisnya.

"Mama udah ketemu papa ya?"

"Mama ga sayang ya sama Shelin?" lirih Shelin.

"Bukannya tante Rain ga sayang sama kamu, tapi kematiannya sudah menjadi takdir semesta." ucap seorang perempuan.

"Siapa lo?" perempuan itu tersenyum ke arah Shelin.

"Aku Qinara Shabira Ardhitama panggil aja Nara."

Nara memutuskan untuk duduk di sebelah Shelin. Sedangkan Shelin masih bingung dengan kehadiran orang asing yang tiba-tiba mengajaknya berbicara.

"Lo kenal mama gue?" Nara mengangguk mantap.

"Dokter yang ngobatin tante Rain selama ini-"

"Mami aku." sambung Nara.

"Tante Rain sengaja sembunyiin semuanya, dia ga mau anak-anaknya terbebani karena penyakitnya."

"Dia sayang banget sama kalian." Shelin menoleh ke arah Nara.

"Inget sama aku?" tanya Nara.

"Lo yang sering datang ke rumah untuk urusan perusahaan ya?" Nara menganggukkan kepalanya.

"Waktu itu perusahaan keluarga aku lagi kerja sama dengan perusahaan keluarga kamu."

"Tante Rain udah aku anggap seperti ibu aku sendiri."

ARSHAKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang