38

6.3K 624 176
                                    

Happy reading❤️

Hai author balik lagi dengan chapter baru nih, dah sana buruan baca jangan lupa juga buat vote and commentnya

Selamat hari Minggu!

••••

Perut Nara semakin membesar seiring berjalannya waktu tak terasa sebentar lagi anak Shaka dan Nara akan lahir ke dunia.

Shaka terbangun dari tidurnya namun ia tak mendapati Nara di sebelahnya. Ada perasaan takut jika Nara meninggalkannya diam-diam.

Meski keduanya tinggal bersama sampai saat ini, namun perjanjian tentang perpisahan setelah melahirkan tetap berlaku.

Ia bangun dari tidurnya dan mencari Nara ke seluruh ruangan di apartemen miliknya namun tak ditemukannya keberadaan istrinya itu.

"Lo ninggalin gue Nar." gumam Shaka.

"NARA JANGAN TINGGALIN GUE." teriak Shaka.

"BUDEG TELINGA GUE!" Shaka melihat ke arah pintu apartemen, ia mendapati Nara membawa sarapan pagi yang dibelinya.

"Nara jangan tinggalin gue." lirih Shaka.

Grep

"Lepas woi engap ini."

"Kenapa lo ninggalin gue?"

"Gue laper ya gue cari makananlah." santai Nara.

"Pamit dulu sama gue. Jangan ilang-ilangan gini." Shaka menampakkan wajah cemberutnya.

"Dih sape lo?"

"Suami lo Nara."

"Jangan ngaku-ngaku ih! minggat lo gue mau makan." Nara berjalan menuju meja makan pasalnya ia sangat ingin memakan lontong gulai.

Nara menikmati makanan itu tanpa memperdulikan keberadaan pria yang ada di hadapannya.

"Mau dong."

"Beli sendiri sono! lo kan orang kaya." Shaka memutuskan untuk duduk di hadapan istrinya dan memandangi wanita itu.

"Enak?"

"Diem bisa ga? gue lagi makan ini." ucap Nara.

Tiba-tiba Nara memegangi perutnya yang terasa lebih sakit daripada kontraksi sebelum-sebelumnya.

"Kenapa Nar?" panik Shaka.

Shaka mendekati sang istri yang masih meringis kesakitan. Ia juga tak tau harus melakukan apa saat ini.

"Sakit." Nara langsung menjambak rambut Shaka.

"Trus gue harus gimana?!" Shaka bertambah panik saat ini.

"GUE MAU LAHIRAN ASTAGHFIRULLAH"

"APA LAHIRAN?!" kaget Shaka.

Shaka langsung menggendong istrinya menuju parkiran apartemen. Nara tak berhenti meringis kesakitan.

"Shaka buru woi!" Nara menggigit bahu suaminya.

"Sakit Nar!" keluh Shaka.

"Gue lebih sakit ini! BURUAN SHAKA ANAK LO MAU BROJOL."

Shaka melajukan mobilnya dengan sangat cepat, ia juga sudah menghubungi dokter Veli.

Shaka tak melepaskan sebelah tangannya, ia terus menggenggam tangan Nara.

Wanita itu menoleh ke arah Shaka karena mendengar bunyi seperti klakson mobil di perempatan jalan.

"SHAKA AWAS!" teriak Nara ketika melihat mobil truk melaju dengan kecepatan tinggi.

ARSHAKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang