41

6.5K 546 122
                                    

Happy reading❤️

Update hari minggu dijadiin sabtu ya!

Hai author balik lagi dengan chapter baru nih, dah sana buruan baca jangan lupa juga buat vote and commentnya

••••

Arga yang mendapatkan kabar tentang keponakannya memutuskan untuk menuju gedung tua itu.

Ia tak habis pikir kenapa Shaka berpikir pendek dalam memutuskan sesuatu. Arga juga meninggalkan rapat penting bersama rekan bisnisnya.

"Shelin kamu udah sampe?"

"Belom uncle, dikit lagi nih."

"Oke kamu hati-hati ya."

"Siap uncle!"

Tut

Arga meningkatkan kecepatan laju mobilnya menuju tempat yang dikatakan oleh Shelin melalui telepon.

Shaka terlihat sangat putus asa sekali saat ini, ia merasa kehilangan segala-galanya. Mulai dari kebutaan mata sebelah kanannya dan kehilangan keluarga kecilnya karena kebodohannya sendiri.

Selangkah lagi ia akan jatuh dari lantai teratas gedung tua itu, bisa dipastikan ia tidak akan baik-baik saja apabila jatuh.

"Lo mau ninggalin gue sendirian? mama papa udah pergi dan sekarang gue harus kehilangan lo?" Shaka menoleh ternyata ada Shelin di belakangnya.

"Lo mau bikin gue ga punya siapa-siapa lagi?" mata Shelin tampak berkaca-kaca.

"Pulang Lin jangan disini." ucap Shaka.

"Ga mau." tolak Shelin cepat.

"Kita lahir barengan! kalo lo mau mati sekarang ayo barengan!" sudut mata kembaran Shaka sudah mengeluarkan air mata.

"Lo pantes untuk hidup sedangkan gue engga. Udah Lin gue ga pantes ditangisin." Shaka mengusap air mata sang adik.

"Lo pantes kok." tatapan Shaka yang semula melihat ke arah adiknya kini beralih ke sumber suara.

Betapa terkejutnya Shaka menyadari kehadiran Nara dan Zhenna disini, ia merasa seperti berada dalam mimpi saat ini.

"Nara."

Wanita itu mendekati Shelin dan Shaka yang berada di ujung gedung. Shelin tampak mengerti dengan gerak gerik keduanya memilih meninggalkan mereka berharap keluarga kecil ini kembali utuh.

"Kenapa kamu kesini? kasian Zhenna." ucap Shaka.

"Dia dari tadi nangis mulu dan waktu liat muka lo dia ga nangis lagi." Zhenna sedari tadi tak melepaskan pandangannya dari sang ayah.

"Zhenna nangis kenapa sayang?" Zhenna hanya mengeluarkan ocehan bayi.

"Kenapa lo mau mati? dosa lo masih banyak." sindir Nara.

"Ga ada tujuan hidup lagi." lesu Shaka.

"Lo ga liat ni bocil, anak lo ini juga butuh bapak."

"Zhenna nanti bakalan dapet papa baru kalo kamu nikah."

Nara memutar bola matanya malas, ia tak pernah berpikir untuk menikah lagi toh dia masih sah istrinya Shaka.

"Siapa yang mau nikah dah." Zhenna hanya menatap bingung kedua orang tuanya.

"Kamu sendiri yang bilang-"

"Gue aja masih istri lo bege." potong Nara.

"Hah?! beneran? kamu balik lagi? kita sama-sama lagi?" tanya Shaka bertubi-tubi.

ARSHAKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang