10

5.3K 458 100
                                    

Happy reading❤️

Hai author balik lagi dengan chapter baru nih, sana buruan baca jangan lupa juga buat vote and commentnya

••••

Setelah melakukan perjalanan panjang, akhirnya Nara dan Liona sampai di Indonesia.

"Bakal banyak kerjaan disini." ucap Liona.

"Biangnya aja disini." balas Nara.

"Hama harus dimusnahkan." Nara mengangguk setuju dengan ucapan Liona.

Mereka memutuskan untuk langsung ke apartemen pribadi milik Nara, sebenarnya Nara memiliki rumah namun letaknya cukup jauh dari pusat kota.

Liona menemukan sebuah fakta baru dan ia menyerahkan ponselnya pada Nara.

"Bakal ada yang ngintilin lo di Indo." Liona tertawa terbahak-bahak.

"Ternyata bener dunia ini sempit." ucap Nara.

"Mana dia bucin banget sama lo waktu sma." Nara meninggalkan Liona yang masih tertawa.

Dilain tempat, Arsy masih setia mendengarkan celotehan Shelin sesekali ia tertawa mendengar penuturan Shelin.

"Kak lo tau ga? bang Shaka itu kalo udah suka sama orang dia bakal bucin banget." Shaka melotot tajam ke arah Shelin.

"Beneran?" Shelin mengangguk antusias.

"Kalo lo nikah sama dia, gue jamin maharnya ga kaleng-kaleng." Arsy hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Shelin.

"Mahar ga begitu penting Lin yang penting perasaannya." Arsy seolah mengode Shaka namun pria itu tak menyadarinya.

"Bang denger ga kata kakak ipar? mahar ga gitu penting. Sungguh istri idaman." Shaka tak mengubris ucapan Shelin.

"Bang lo lagi ngapain sih?! fokus banget sama hp." kesal Shelin.

"Beli pulau." santai Shaka.

"Wanjay perasaan baru kemaren lo beli pulau." balas Shelin.

"Ini ada yang lebih bagus." Shaka menunjukkan gambar pulau kepada Shelin.

"Keren!"

Shaka mendapat kabar akan ada rapat dengan kolega bisnisnya, itu artinya ia harus meninggalkan Shelin.

"Gue titip ni bocah ya Sy." ucap Shaka.

"Bocah gini udah bisa bikin bocah ya!" kesal Shelin.

"Mulutnya." tegur Shaka.

"Abisnya lo ngeselin."

"Iya Ka, lagian aku ga kemana-mana hari ini." ucap Arsy.

"Lo mau kemana?"

"Mau cari dokter yang bisa sembuhin kegilaan lo itu." Shelin melotot tajam ke arah sang kakak.

"Lo bilang gue gila?" ucap Shelin dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan nangis ga cocok buat lo yang bar-bar." Shaka berjalan mendekati sang adik.

"Gue pergi kerja dulu, ntar kalo gue miskin siapa yang beliin lo es krim?" tanya Shaka.

"Yaudah kerja sana!" Shelin masih kesal dengan Shaka.

"Jangan ngambek ya ntar gue beliin es krim." mendengar kata es krim, Shelin langsung memeluk Shaka erat.

"Makasih abang ganteng!" Shaka mengusap kepala Shelin.

Pemandangan itu tak lepas dari penglihatan Arsy, jika kepada adiknya saja seperti itu lalu bagaimana pada istrinya nanti?

ARSHAKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang