33

7.6K 629 235
                                    

Happy reading❤️

Maaf telat updatenya temen-temen

Hai author balik lagi dengan chapter baru nih, dah sana buruan baca jangan lupa juga buat vote and commentnya

••••

Akhirnya Nara kembali membuka kedua matanya pagi ini, ia menemukan dokter Veli tertidur karena menunggunya.

"Bunda." lirih Nara.

"Apa yang kamu rasain? biar bunda periksa." Nara hanya tersenyum menanggapi ibunya.

"Anak Nara kuat ya bun? dia masih disini?" Nara menatap perutnya.

"Iya nak, cucu bunda kuat kaya kamu."

Sehat-sehat ya nak, batin Nara.

"Shaka mana bun? dia udah makan belom ya?"

"Bunda si udah ingetin."

"Semalem Shaka ga berani masuk ke ruangan ini, tapi bunda liat dia kaya ditenangin sama Arga. Katanya dia ada trauma masa lalu."

"Dia manggil nama Shasa." lanjut dokter Veli.

Deg

Nara terdiam kala mendengar nama itu. Ia seperti tengah memutar ulang memori di kepalanya tentang kejadian pada masa itu.

"Shaka- kenapa dia manggil nama cewe itu?" gugup Nara.

"Bunda juga ga tau."

Kenapa Shaka bisa kenal sama Shasa? apa jangan-jangan Marvel itu Shaka? ga mungkin!, batin Nara.

"Bunda, Nara mau pulang boleh ya? kasian Shaka sendirian."

"Yaudah tapi kalo terjadi sesuatu hubungi bunda secepatnya ya?" Nara mengangguk setuju.

----

Raihan dan Rafael serta Shelin memutuskan untuk menemani Shaka di apartemen milik pria itu.

Semalaman Shaka sulit untuk tidur, pikirannya terus tertuju pada perempuan yang hadir di masa lalunya.

Hari sudah berganti menjadi pagi, Shelin yang bangun paling dulu pun memutuskan untuk memasak sesuatu untuk sarapan pagi ini.

Sedangkan ketiga pria itu baru bangun setelah makanan terhidang meja makan. Shaka juga tampak lebih tenang dari sebelumnya.

"Silahkan di makan." ucap Shelin dengan semangat.

Sebuah kebanggaan baginya memasak untuk ketiga orang ini terutama memasakkan Raihan.

Suapan pertama masuk ke dalam mulut Raihan, Shelin menatapnya penuh harap semoga makanan yang dimasaknya disukai oleh pria itu.

"Gimana bang Rai?" ucap Shelin penuh harap.

"Enak kok." senyum Shelin mengambang mendengar kata-kata Raihan.

Rafael juga ikut menyuap makanan itu, belum sampai dua detik makanan itu sudah disemburkannya karena rasanya sangat asin.

"ASIN WE. KEBELET NIKAH LO YE?"

"Kata bang Rai enak kok!" ucap Shelin dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.

"Enak apaan anjir." gumam Rafael.

Shelin juga menyuap nasi goreng itu dan benar saja rasanya sangat asin.

Matanya mulai berkaca-kaca karena ia merasa gagal membuat sarapan pagi ini.

"Jangan nangis Lin, aku suka makanan asin kok." bela Raihan.

"Tapi ini asin banget." pecah sudah tangis Shelin.

ARSHAKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang