44

5.9K 517 120
                                    

Happy reading❤️

Hai author balik lagi dengan chapter baru nih, dah sana buruan baca jangan lupa juga buat vote and commentnya

••••

Arsy menghubungi nomor Nara namun yang didapatinya hanyalah jawaban dari operator. Ia sedikit khawatir dengan sahabatnya itu.

"Kenapa?"  Arsy menatap Adnan dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Nara ga bisa dihubungi." mata Arsy mulai berkaca-kaca sebab sejak mengandung ia menjadi lebih cengeng.

"Nanti aku cari ya? sekarang minum dulu susu hamilnya."

"Janji cari Nara?" entah mengapa muka Arsy semakin menggemaskan di mata Adnan.

"Janji sayang."

Adnan menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari keberadaan Nara. Ternyata wanita itu berada di Bali bersama putrinya.

Bukan untuk menghindar namun Nara memiliki pekerjaan disana. Ia sudah resmi berhenti menjadi mahasiswi kedokteran karena akan fokus pada bisnis keluarganya.

Nara juga mengganti nomor teleponnya atas permintaan sang ayah. Ia juga diminta untuk melupakan Shaka yang hari ini akan menjadi mantan suaminya.

"Kok makin hari kamu makin gembul si nak." Nara menoel-noel pipi Zhenna sedang bayi itu hanya tersenyum ke arah sang ibu.

"Bobo yu nak. Bunda mau kerja sebentar lagi." Nara menggendong putrinya. Menidurkan Zhenna adalah hal yang paling mudah bagi Nara.

Hanya dengan menggendong bayi itu sambil bersenandung kecil maka Zhenna akan masuk ke alam mimpinya.

Seusai Zhenna tertidur, Nara membawa sang anak ke dalam ruang kerjanya disana juga terdapat tempat tidur Zhenna.

"Huh ternyata jadi bunda cape juga ya." Nara duduk di kursi kebesarannya dan mengerjakan beberapa pekerjaannya.

----

Shaka sudah siap untuk berangkat ke Singapura, sebelum itu dia menemui Fatih untuk memohon agar perceraiannya dibatalkan.

"Satu permintaan Shaka pi, tolong batalin perceraian itu." Shaka berlutut di hadapan Fatih.

Jangan ditanya sebanyak apa orang yang membicarakan Shaka pasalnya pegawai di kantor Ardhitama kini tengah melihat aksi Shaka.

"Perce-"

"Cuma satu ini pi. Shaka ga minta apa-apa lagi." potong Shaka.

"Jika operasi ini gagal papi ga perlu susah-susah cerain Shaka dan Nara."

"Bicara apa kamu!" Fatih memang tidak suka dengan perlakuan Shaka terhadap putrinya di masa lalu namun ia tidak pernah membenci Shaka.

"Bukannya itu yang semua orang mau? Shaka mati kan?"

"Tapi Shaka ga akan milih mati karena Shaka punya tanggung jawab terhadap Nara dan Zhenna."

"Tapi kalau jalannya Shaka harus pergi-"

"Berdiri kamu." dingin Fatih.

Shaka langsung berdiri tegap di hadapan Fatih. Ayah Nara itu sudah mengetahui bahwa kali ini Shaka benar-benar tulus pada putrinya.

ARSHAKA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang