Bagian 15

346 17 0
                                    

Tasya menatap heran pada keadaan kelas yang ramai. Para lelaki bergerombol dibangku pojok. Salah satu diantara mereka yang namanya Eka mendadak heboh, "hot banget coii!" Tak mau kalah dari Eka, Nanda ikut menyahuti, "mulus, Bray! Satu lagi Wafdha yang berada dibangku depan, "gak nyangka gue, dia punya badan sebagus ini" ucapnya lalu mengusap mulutnya yang berair. Wafdha ngiler!

Masih linglung dengan suasana kelas yang mendadak heboh, Rere menggeret Tasya ke kursi yang sudah disiapkan. Bibir Rere tak berhenti mengoceh, "hot news, lebih hot dari pahanya Anya Geraldine. Si Paul, anaknya Si Nenek Sihir. Tebak dia kenapa?"

Lagi-lagi Rere main tebak-tebakan, "langsung ajalah males gue. Dia kenapa?" balas Tasya malas.

"tebak dululah!" tukas Rere.

Kia langsung menyodorkan ponselnya sebelum Tasya menebak. Kemudian ia menyedekapkan tangannya, "Nih"

"biar ditebak dululah!" cerocos Rere.

"kelamaan, keburu dosennya masuk" balas Kia nyolot.

Mata Tasya melotot, bibirnya menganga ketika didapati foto naked Paula diponsel Kia. Paula? Ini Paula loh! Tangan kanan Si Nenek Sihir. Wanita tegas dengan tingkat kepintaran yang hampir menyaingi Reyna.

"geser lagi dong, masih banyak lanjutannya" ucap Kia, tangannya menggeser ponsel yang masih berada pada genggaman Tasya.

Ada foto naked Paula dengan lelaki yang sudah disensor bagian wajahnya. Ada juga foto naked Paula ngangkang yang memegang alat vitalnya dengan telunjuk. Ada juga foto Mirror Selfie tanpa sehelai benang ditubuhnya.

Tasya menatap bergantian pada Rere dan Kia, "ini semua anak-anak pada tau?"

"hello terus menurut lo kenapa mereka pada heboh?!" Ketika menyebut kata mereka, Rere menunjuk lelaki yang bergerombol dibangku pojok.

"udah ada yang dapet vidionya malah" timpal Kia.

"dia cocok banget ya jadi model majalah dewasa, kayak udah pro gitu gayanya. Eh Kia, lo bisa ngangkang se-perfect ini?" kata Rere sembari menunjuk potret naked Paula yang sedang ngangkang.

Rere memang benci dengan Paula. Dulu dia juga mengalami hal yang sama dengan Tasya. Korban nilai E dari Nenek Sihir karena Paula. Bedanya Tasya hanya telat 2 menit, Rere telat 15 menit.

"kejam banget bacot lo, Re" celetuk Kia.

Tasya hanya geleng-geleng mendengar ucapan Rere, "Paula gak masuk?"

"Katanya sih dia mau keluar dari kampus. Secara gitu, foto nakednya udah kesebar. Emang dia punya muka setebel tembok?" cibir Rere.

"keazab lo deh kayaknya" tukas Kia pada Tasya.

"dua kali lo ngomong gitu, sekali lagi ngomong gitu, gue lempar piring cantik lo!" balas Tasya.

Diam-diam Tasya mencari kontak Paula di WA, tidak ada. Pikirnya Paula ganti nomor. Tasya juga mencari kontak Paula di aplikasi Line, tidak ada juga. Ia menscroll pesannya karna beberapa hari yang lalu mereka membicarakan tentang mata kuliah akuntansi, tapi tercantum kalimat, Paula meninggalkan obrolan. Tak berhenti disitu Tasya  membuka aplikasi instagram, lalu mencari nama Paula, tapi tetap tidak ada.

Ia diam beberapa saat memikirkan ide paling mungkin untuk menghibur Paula. Oh, ia tau, datang kerumahnya adalah satu-satunya jalan.

"Kalian punya alamat Paula?" ucapnya.

"percuma, Paula gak dirumah" balas Rere enteng.

"tau dari?"

"Erga pacarnya tadi pagi kerumah Paula, tapi Paula gak ada. Diungsiin kali sama orang tuanya" balas Rere acuh.

Tasya hanya bisa menghela nafas.

Beberapa pertanyaan berkelebatan dikepala Tasya, seperti; bagaimana keadaan psikis Paula? siapa pelakunya? atau apa motifnya?

-c-

Kini Tasya sudah berada tepat dirumah Paula, sendirian. Sengaja tidak mengajak Donny karena malas beradu argumen. Ia merasa bersalah kalau dugaan Kia ternyata benar. Ia tidak percaya azab, tapi percaya karma. Bisa jadi Paula terkena karma dari Tasya. Siapa tau?

Tasya berdiri tegak didepan pagar rumah Paula. Rumah Paula berada diperkampungan, bukan rumah gedong. Baru hendak memencet bel gerakan tangan Tasya dihentikan ketika Mama Paula menangis diteras rumah.

Hendak berbalik karena takut mengganggu tiba-tiba Mama Paula memanggil nama Tasya, "Sya?"

Tasya berbalik tersenyum kaku ditempatnya, "tante"

Dibukakan pagar dan digiring masuk, "kamu ngapain ke sini?" ucap Mama Paula kemudian mengelap air mata dan sisa-sisa ingusnya.

"tante baik-baik aja, kan?" pertanyaan itu justru yang ditanyakan Tasya.

Mama Paula bergeleng kepala, "Paula, Sya" ucapnya dengan nada terbata-bata dan tangis kembali mengucur dipipinya.

"iya tante, Tasya ngerti" balas Tasya sembari menepuk-nepuk bahu Mama Paula dengan perlahan.

"kamu tau siapa pelakunya?" kali ini Mama Paula menatap ke arah Tasya.

Tasya menunduk, menggelengkan kepala. Ia merasa semakin bersalah kalau nyatanya kedatangannya sama sekali tidak membawakan apa-apa. Disini ia malah ingin menggali informasi.

"Paula ada salah?" ucap Mama Paula sekali lagi.

Tasya kembali menggeleng, "Paula anak yang baik kok, tante" balas Tasya dengan senyum.

Ia melupakan kejadian dimana ia digadang-gadang mendapat nilai E pada mata kuliah Si Nenek Sihir. Paula memang menyebalkan, tapi mungkin itu satu-satunya cara dia tetap bertahan.

"Tasya, kalau Paula punya salah mohon dimaafkan ya?"

Deg. Perasaan Tasya mendadak tidak enak. Ia mulai bertanya-tanya ada apa ini? Ucapan Mama Paula seolah memberi sinyal kalau Paula sedang tidak baik-baik saja.

Tasya mengangguk. Kemudian memberanikan diri kembali bicara, "Paula dimana, tante?" ucapnya dengan hati-hati.

Mama Paula menatap Tasya untuk kurun waktu yang cukup lama sebelum membalas, "luar kota"

Ada yang disembunyikan Tasya tau betul tapi bukan haknya juga mengetahui masalah pribadi seseorang.

"Tasya, tante mau istirahat" ucap Mama Paula kemudian beranjak dari kursinya.

Sadar kalau kalimat tersebut adalah kalimat usiran Tasya segera bangkit dan berpamit, "Iya tante, Tasya pulang dulu" balas Tasya kemudian menyalimi wanita didepannya ini.

Anxiety [18+] End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang