Lebih dari dua jam Tasya mendengarkan cerita Rere tentang putus hubungannya dengan Vino. Telinganya benar-benar panas karena diharuskan mendengar cerita-cerita yang sudah diputar-putar Rere berkali-kali."gue tuh kurang apasih, lo tau kan kalo gue sayang banget sama Vino"
"Vino tuh ya! Tukang selingkuh!"
Kali ini Rere menghadap Tasya, "lo tau gimana bangganya tuh cewe pas ngomong kalo dia pacarnya Vino?"
Tasya menggeleng-geleng.
"Ha? Lo yang siapa? Kenapa hp pacar gue ada di lo?!" ucap Rere dengan bibir yang dimonyong-monyongkan berusaha menirukan gelagat selingkuhan Vino.
Rere mengguncang-guncang tubuh Tasya, "gue tuh kesel, Sya!!!!" teriak Rere dengan kekesalan tiada tara.
Tasya masih bingung bagaimana menghadapi sahabatnya yang sedang frustasi ini, "Re, gue bikinin minum dulu ya?" ucapnya berusaha melarikan diri dari ke gilaan Rere.
Rere melepaskan cekalannya pada lengan Tasya lalu menglap air matanya dengan tissu, "yaudah buru"
Tasya baru beranjak dari duduknya, "BURUAN!!" bentak Rere.
"iya-iya" balas Tasya biasa saja.
Satu kata yang dapat menggambarkan Rere yang sekarang, serem. Tasya memeriksa ponselnya, mencari kontak Kia. Yang paling dekat dengan Rere adalah Kia. Mungkin Kia satu-satunya obat yang cocok untuk kegalauan Rere.
Jemarinya mengetik sesuatu pada kontak Kia, lalu ia ingat kalau Rere bilang hanya mau cerita dengan Tasya. Ah, ia semakin bingung. Dulu ia pernah putus cinta, frustasi dan menangis menggila begitu. Manusia paling sabar yang menemaninya hanya Donny. Donny memeluknya sampai ia tertidur karena kelelahan menangis. Donny juga yang membawakan makanan dan menyuapinya ketika itu.
"hoi!" Donny dengan segelas jus jeruk menepuk pundak Tasya.
"Donnnn" Tasya memeluk Donny, ia melemaskan tubuhnya sementara Donny dipasrahi untuk menopang tubuhnya, "apaan sih" balas Donny tanpa usaha melepaskan pelukan Tasya.
"gue jahat banget sama lo"
"emang" balas Donny singkat.
"seriusan!!" teriak Tasya.
"ini juga jahat, ngerusak gendang telinga gue!" tukas Donny.
"makasih lo selalu ada buat gue dalam suka maupun duka. Ahh, gue beruntung punya abang kayak lo" air mata Tasya menetes tanpa direncanakan. Dirasa bahunya basah, Donny sesegera mungkin melepaskan pelukannya, "lo sehat kan?" tanya Donny kemudian menempelkan punggung tangannya ke dahi adiknya.
"gak demam" ucap Donny.
Tasya membuka pintu kamarnya sedikit, menunjuk ke arah Rere yang sedang menangis histeris, "gue harus nenangin dia, frustasi rasanyaa"
"panggilin aja Daniel" balas Donny santai.
"gila lo!"
"TASYAA!!" teriak suara dari dalam kamar Tasya membuat ia melemas. Ia juga merebut jus jeruk ditangan Donny yang masih utuh, "itu punya gue, balikin" ucap Donny.
Dengan tampang super melas Tasya bicara, "tolong gue dong"
"yaudah bawa" putus Donny sebelum pergi.
Tasya berjalan seperti zombie kedalam kamarnya, "nih" ucap Tasya kemudian menyodorkan segelas jus jeruk untuk Rere.
Dengan tangan kanan kotor karena mencomot berbagai macam snack dan tangan kiri memegang bungkus snack Rere menggeleng kepala, "bantuin gue minumnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anxiety [18+] End.
RomanceAda dua opsi ketika seseorang memilih kembali; memperbaiki kesalahan atau memperburuk keadaan -Donny. Semua berjalan sebagaimana mestinya, Tasya dengan kehidupan barunya, tanpa Adra. Buyar ketika pertemuan pertama mereka diSemarang. Menghabiskan wak...