Bagian 16

332 20 0
                                    


Pusat Perbelanjaan.

Tasya mendorong trolli, mengikuti Maminya yang sibuk mencari kebutuhan bulanan. Biasanya Donny yang ambil bagian dalam hal belanja bulanan, tapi tadi dengan sukarelawan Tasya menawarkan diri. Suntuk dirumah terus-menerus, ingin cari angin katanya.

"Dek, bagusan yang ini atau ini?" Mami Tasya menunjukkan dua produk shampo dengan merk yang berbeda.

"ndatau ah Ma yang biasanya belanja sama Mami kan Donny" balas Tasya.

Mami Tasya membalikkan badan lalu meletakkan salah satu produk yang tidak jadi dibeli, dan meletakkan produk yang dipilih kedalam trolli, "Donny itu abangmu loh, manggil Bang atau kakak kan sopan"

"iya-iya" balas Tasya pasrah.

Menyesalnya mendorong trolli dengan berbagai macam barang didalamnya ternyata berat. Selama ini yang dia tau hanya memilih barang lalu menaruh di trolli sementara Donny mendorong trollinya. Pantas Donny suka marah-marah kalau banyak barang yang akan dibeli Tasya.

"Ma, capek ah. Tasya mau beli es krim dulu ya" ucap Tasya.

Tanpa menunggu jawaban dari Maminya, Tasya langsung berjalan pergi. Menancapkan earphone pada telinganya, menyetel lagu Fiesra Besari - Waktu Yang Salah. Maminya hanya geleng-geleng. Mengerti kalau Tasya anak yang gampang bosan kalau diajak belanja monoton begini. Kalau belanja hal yang berhubungan dengan dia sendiri, pasti semangat.

Tasya duduk-duduk sembari menjilat es krim yang baru ia beli di AW. Matanya mengitari mall ke kanan dan kekiri, mencoba membunuh kesendiriannya. Anak kecil yang tiba-tiba menghampirinya duduk disebelahnya. Anak itu memperhatikan Tasya yang menjilat-jilat es krimnya. Ia ingat Nando, ponakannya yang lucu itu.

"kamu mau?" ucap Tasya, ia menyodorkan es krim yang tinggal sedikit.

Mata anak itu sama sekali tidak beralih dari es krim di genggaman Tasya. Ia mengangguk pelan.

Tasya tersenyum, "mau Cici beliin?" tambah Tasya.

Anak itu kembali mengangguk antusias. Digandeng anak kecil itu menuju AW untuk dibelikan es krim. Selama diperjalanan menuju AW Tasya menggandeng dan memberi rentetan pertanyaan pada anak itu. Ia kangen Nando.

Satu pesan masuk pada ponselnya. Nama Reynald tertera.

Reynald; aku liat cewek cantik, gandeng anak kecil di AW

Mata Tasya menyusuri setiap sudut ruangan, Reynald pasti berada tak jauh darinya. Dibagian ujung Reynald melambaikan tangan. Tasya hanya tersenyum.

"Ci, makasih es krimnya. Aku mau cari Mama" ucap anak kecil itu lalu meninggalkan Tasya yang masih terpaku dengan senyuman melihat ke arah Reynald.

"Eh iya" balas Tasya ketika anak kecil itu berlalu.

Reynald menghampiri Tasya, "ngapain disini?" tangannya dimasukkan dalam saku celana.

Reynald yang didepannya ini benar-benar punya bentuk wajah yang sempurna. Hanya dengan kaos hitam polos dan celana jeans aura ketampananya terpampang jelas.

"nganter Mami belanja bulanan, kakak?" balas Tasya.

Ia sudah mulai terbiasa dengan Reynald. Merasa bersalah juga karna terlalu sering mengabaikannya. Lagipula, sakit juga rasanya diabaikan orang yang disukai. Tasya memahami. Sekarang ia akan bersifat netral pada Reynald.

"aku-kamu aja kalo diluar kampus, aku keliat tua kalau dipanggil kakak" ucap Reynald sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Tasya mengangguk.

Anxiety [18+] End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang