Anxiety [18+] End.

Prolog

Carabella Anastasya, wanita dengan kepribadian ganda. Ia bisa jadi pendiam, bawel, dan sosok menyebalkan. Dibekali paras yang cantik dan tubuh yang bodygoals memberinya nilai plus dimata para lelaki. Sayang, tidak ada yang berani mendekatinya, semenjak Reynald memberi sinyal untuk mendekati Tasya.

Tasya menyerah pada cinta  setahun lalu, sebelum perasaannya ditancapi luka oleh Adra, pasangan LDRnya.

Samudra Radika Abinagara, mantan kekasih Tasya yang masih bersarang dilubuk hati Tasya. Satu-satunya lelaki yang membuat Tasya mengerti cinta tidak mudah berpindah. Adra, semacam nerdboy yang dengan tanpa dosa pergi tiba-tiba.

Berpostur tubuh sedikit berisi tapi tinggi, berkacamata. Setidaknya itu potongan gambaran tentang Adra yang Tasya tau. Mereka belum pernah bertemu bahkan sampai kata pisah terucap diantara keduanya.

Reynaldi Ardi Pamungkas, lelaki most wanted yang punya segudang prestasi dan kaya raya. Hidupnya begitu sempurna, sebab apapun yang ia inginkan bisa didapat sekejap mata, terkecuali; Tasya.

------------------

Tasya; "kita putus, kamu makin hari makin sibuk. Dulu sesibuk-sibuknya masih ada waktu buat sekedar nyapa pagi, sekarang mah boro-boro"

Saat itu harapan Tasya hanya Adra meminta maaf dan berjanji untuk menjadi lebih baik kedepannya. Sejauh ini Adra selalu minta maaf dan memperbaiki diri setiap Tasya bilang ingin putus.

Adra; "Iya, aku juga udah gak bisa. Kehalang jarak juga"

Dunia seakan berhenti berputar, Tasya yang tadinya mengerucutkan bibir manja mendadak berkaca-kaca. Ia hanya menahan air matanya yang sebenarnya tidak kuat ditampung lagi.

Tasya; "jadi cintamu dikalahkan jarak?"
Adra; "Iya"

Suara Adra semacam orang tanpa beban dosa. Tasya mencoba meyakinkan Adra tapi kata Adra, "baiknya kita gini, Ra"

"oh, oke" balas Tasya lemah, monoton, dan menyedihkan.

Tasya langsung mematikan panggilan Adra. Tidak ada yang perlu dibicarakan. Bibir Tasya bahkan mendadak beku, sepatah kalimat tak mampu keluar dari sana. Bibirnya bergetar beberapa kali mengikuti jatuhnya air mata dipipinya.

"Jadi sesingkat ini umur kita? Dengan akhir seperti ini?" batin Tasya.