Bagian 45

233 16 0
                                    

Saat ini Kia, Rere, dan Reyna berada di rumah Tasya. Mereka mengerjakan tugas kelompok yang deadline-nya satu minggu lagi. Benar kata orang-orang, "Kalau Tuhan memberi cobaan yang tidak akan melewati batasan manusia, berbeda dengan dosen yang memberi cobaan selalu melewati batasan Mahasiswa"

Reyna mengetik beberapa materi dilaptop, sementara Kia mendekte materi yang sudah dirangkum Tasya. Rere? Numpang nama. Tingkatan otak Rere berada di list paling bawah diantara mereka berempat. Tugas permanen yang ia dapat dari hasil kerja kelompok hanya mengeprint. Nanti urusan presentasi dilimpahkan pada Reyna dan Tasya.

"nanti kalo kalian laper, gue yang traktir deh" ucap Rere sembari mencomot snack yang disediakan Tasya.

Kia menatap sadis ke arahnya, "gak butuh!" tukas Kia.

"bodok!" sahut Rere kesal.

"lo dulu didoain kan pas bayi? kok kayak banyak roh jahat yang netap di badan lo sih?" ucap Kia.

Pertanyaan Kia berhasil membuat Rere semakin kesal, "maksud lo? Roh jahat apaan? Demit?!" tangan Rere mengepal, bersiap menghantam kepala Kia.

"bukan gue yang ngomong ya" ucap Kia diiringi tawaan.

"pantes aja lo jomblo sejak lair orang kelakuan lo minus!" cibir Rere dengan nada super pedes.

"Eh belum tau dia, Kia udah punya gebetan dong" sahut Tasya yang tadinya sibuk memberesi kertas-kertas oretan.

"sumpah lo?!" teriak Rere tak percaya,"siapa coba yang mau jadi gebetan..preman" tambah Rere kali ini ucapannya dihadiahi lemparan bantal keras dari Kia, "bacot lo!"

Meskipun Rere nampak lebih bar-bar dibandingkan Kia, julukan preman yang Kia sanding bukan serta merta karna tangannya yang kasar karena berkali-kali mematahkan bata. Tangan terampil Kia juga pernah mematahkan lengan dan kaki lelaki. Wafdha, musuh bebuyutannya yang berkali-kali mencoba mendekatinya.

Kia juga termasuk wanita yang paling sulit didekati. Setiap lelaki yang mendekatinya selalu diajak beradu karate, memarnya pasti jadiannya enggak. Aneh juga rasanya ketika tiba-tiba ia bilang suka Karel.

"Karel" sahut Tasya.

"SUMPAH?!"

"gebetan apaan orang dia udah punya pacar" balas Kia datar. Rautnya menunjukkan ketidak sukaan.

"ha? Sejak kapan si Karel punya pacar?"

"lo gimana sih jadi temennya kok gak ngerti dia punya pacar atau gak" sahut Rere dengan kepala yang digeleng-gelengkan.

"ya kan gue gak deket sama dia. Sekedar kenal doang" ucap Tasya.

"sekedar kenal tapi pernah pdktan. Basi"

Mulut Rere memang paling tidak bisa diam. Selalu mencibir dan terus mencibir. Mau tidak diajak bicara atau diajak bicara mulutnya akan terus menyela setiap cerita dengan cibiran. Contoh netijen yang tidak baik.

"Iya, bule gitu deh kalem"

"Clara?" tebak Tasya.

"kalau Clara gue tau, adiknya Karel kan? Ini beda lagi" ucap Kia lagi.

"Bule? Cantik? Feminim? Kalem?"

Kia mengangguk-angguk ketika Tasya mengurutkan kisi-kisi wanita yang digadang-gadang menjadi kekasih Karel, "Oh, Clayrine?"

"Ah iya, tapi Karel manggilnya Clay"

"gue bilang juga apa, Karel typenya yang kalem-kalem"

Seketika jemari Rere yang mengetik balasan komentar pada laman instagramnya berhenti, "Hellow, emang menurut lo, lo kalem gitu?"

Anxiety [18+] End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang