Bagian 13

1K 32 2
                                    

"bangun dong, Bang!"

"gue ada kelas nih"

"Don, bangun!!"

Cerocos Tasya, ia menghujani Donny dengan pukulan-pukulan yang berasal dari guling. Hari ini Donny tidak ada kelas belum lagi kemarin ia begadang main game. Donny menggeliat malas setiap badannya dipukul guling oleh Tasya.

Tasya tak henti-henti menatap jam yang melingkar pada tangannya, 45 menit lagi kelas dimulai. Perjalanan dari rumah menuju kampus kurang lebih setengah jam, itu juga kalau lalu lintas sedang lancar. Jakarta kota yang sulit ditebak kalau berhubungan dengan lalu lintas.

"Bang, ayo dong. Ntar macet"

Donny masih tiduran dibalik bedcover. Tidak ada tanda-tanda ia akan bangun. Sepatah kata tidak pernah kelur dari mulutnya.

"BANG!!!" teriak Tasya. Kesabarannya sudah habis, Donny daritadi tidak menggubris setiap usahanya membangunkan abangnya.

Donny duduk, menguap lalu mengusap matanya, "bawa mobil sendiri, lo kan punya mobil!" ucap Donny.

"gila kali lo! Udah jangan halu, buruan!" balas Tasya.

"gak! Gue ngantuk, nyetir pas ngantuk itu bahaya" tukas Donny kemudian membanting badannya pada kasur. Ia menyembunyikan badannya pada bedcover berjaga-jaga kalau Tasya memukulnya lagi.

Tasya sudah rasa, kalau Donny tidak merenggangkan otot-ototnya ketika bangun dari tidur. Artinya tidur akan segera dilanjut. Ia membawa ponsel Donny tanpa sepengetahuannya. Ponsel layaknya nyawa untuk Donny, dia bisa mati kutu kalau ponselnya tiba-tiba hilang.

-c-

Benar dugaannya, lalu lintas Jakarta tidak lagi bersahabat. Ia benar-benar khawatir kalau terlambat di mata kuliah Si Nenek Sihir. Beberapa kali Tasya nampak membunyikan klakson agar kendaraan didepannya cepat berlalu. Bukan karena ia tidak patuh aturan, tapi keadaan mendesak begini tidak perlu pakai aturan. Ia sudah membayangkan bagaimana kalau  terlambat masuk dipelajaran Si Nenek Sihir, belum lagi hari ini ada ujian.

Perlu diingatkan, terlambat di pelajaran Nenek Sihir dianggap tidak masuk. Mahasiswa boleh tetap mengikuti mata kuliah, tapi dianggap tidak hadir. Kejam, kan? Memang.

Jalanan becek menimbulkan beberapa genangan. Saat akan melewati gerbang kampus, Tasya tidak sengaja menjadi penyebab muncratnya genangan kotor pada baju Mariya. Mariya, kakak tingkat yang super-super menyebalkan. Rempong+kejam.

Tasya menurunkan kaca mobilnya, "Aduh maaf banget kak, buru-buru"

Mariya yang wajahnya memerah dan hendak mengumpat itu langsung dipotong dengan ucapan Tasya, "aku beneran gak ada waktu buat debat, Kak. Nanti tolong kirim tagihan ganti ruginya ke aku ya. Maaf banget, aku duluan" ucap Tasya, kemudian menjalankan mobilnya.

Mariya mengepal tangannya, wajah merahnya belum padam sama sekali.

Mobil mini cooper hadiah ulang tahunnya dua tahun yang lalu berhasil ia parkirkan dengan rapi. Ia menghela nafas lega, karena masih ada 10 menit untuk masuk kelas. Ia berjalan santai karena hanya perlu naik lift ke lantai 3.

Ia menekan tombol lift, tapi tidak terbuka, tetap menekan berkali-kali agar terbuka. Lalu petugas kebersihan berdiri disampingnya sambil menempel tulisan, "Lift rusak"

Tasya menunjuk tulisan itu, "ini beneran, Pak?"

"apa, Dek?" Petugas kebersihan itu melepas earphone yang bergelayut di telinganya.

Tasya mengulang pertanyaannya, "liftnya beneran rusak?"

Petugas kebersihan mengangguk, "iya dong dek, masa bercanda"

Anxiety [18+] End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang