Baru selesai kelas Reynald sudah berdiri diambang pintu kelas Tasya. Lebih dari satu jam Reynald disana. Menatapi gerak-gerik Tasya yang sedang menerima materi dari dosen, tapi semenjak Reynald berdiri disana konsenterasi Tasya terpecah belah. Bayangan-bayangan ciuman kemarin berputar selayaknya kaset rusak dikepalanya.
Tasya memberesi buku-bukunya yang berserakan dimejanya, "duluan aja" ucap Tasya pada ketiga temannya.
"yaudah aku duluan ya, Sya mau kerja juga" balas Reyna kemudian berlalu.
Tasya mengangguk, "tiati, Na"
Kia dan Rere masih setia berdiri disamping Tasya. Tasya melihat kearah mereka berdua, "duluan aja, gue masih mau disini"
"lo pikir kita temen apaan yang ninggalin temennya sendirian disituasi begini?!" ketus Kia.
Tasya tersenyum, "beneran gue gak apa"
"beb, ayo!" ucap Vino diambang pintu.
"bentar dong tai! Lo gak liat temen gue murung!" sahut Rere kesal. Vino memang bodoh tidak paham sitkon.
Diambang pintu Vino tersenyum kecut, "iya-iya beb"
"Sya" suara Reynald memenuhi ruangan yang tadinya sunyi beberapa saat.
"apa?" balas Tasya singkat.
"bisa tinggalin kita sebentar?" pinta Reynald pada Kia dan Rere.
Kia langsung menjawab, "enggak" tanpa rasa takut.
Sementara Vino langsung menggeret Rere keluar, "udah beb gue bilang ayo ya ayo"
"gue duluan" teriak Rere yang tidak bisa melepaskan cekalan dari Vino.
Reynald melirik Kia kemudian melirik ke arah pintu, seolah memberi isyarat Kia untuk segera pergi meninggalkan mereka berdua. Tasya menatap Kia, "udah Kia gak apa"
Kia mengangguk mengerti, "gue duluan, kalo ada apa-apa langsung telfon ya" ucap Kia lalu menepuk pundak Tasya sebelum berlalu.
Reynald duduk disamping Tasya, "aku mau ngomong sesuatu"
"ngomong aja" balas Tasya singkat.
"gak disini"
"disini aja"
"Sya.." ucapan Reynald terdengar frustasi.
"buruan"
Reynald langsung menghela nafas kasar. Tangannya memegang kasar pada tangan Tasya kemudian digeret dengan paksa. Beberapa pasang mata menatap kaget atas perlakuan Reynald yang terbilang kasar. Tasya beberapa kali berusaha melepaskan cekalan Reynald entah dengan mempontang-pantingkan tangannya atau memukul tangan Reynald tapi percuma cekalan Reynald terlalu kuat.
Reynald berhenti didepan mobilnya, membukakan pintu untuk Tasya, "MASUK!" bentak Reynald. Tasya masuk dengan terpaksa lalu Reynald membanting kasar pintunya.
Reynald duduk dikemudi, mengunci pintu mobil agar Tasya tidak coba-coba kabur.
"kamu maunya apa?!" suara Reynald berubah menjadi lelaki kasar tukang marah-marah.
Tasya diam, ia mau mengunci mulutnya serapat mungkin.
"semakin kamu diem, semakin aku kasar!"
Tasya melirik amarah, ia tidak perduli citranya dimata Reynald. Terang-terangan ditunjukkan sikap tidak sukanya.
Reynald menarik wajah Tasya, ia mengulum bibir Tasya secara paksa sebelum Tasya menggigit bibir Reynald sampai berdarah. Tasya menatap kebencian ke arah Reynald, "bersyukur banget aku gak pilih kak Rey jadi pacarku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anxiety [18+] End.
RomanceAda dua opsi ketika seseorang memilih kembali; memperbaiki kesalahan atau memperburuk keadaan -Donny. Semua berjalan sebagaimana mestinya, Tasya dengan kehidupan barunya, tanpa Adra. Buyar ketika pertemuan pertama mereka diSemarang. Menghabiskan wak...