Bagian 8

2.3K 48 0
                                    


Seharian menghabiskan waktu dengan Adra membuat Tasya sedikit merasa bahwa Adra tak seburuk yang ia kira. Rasa nyaman pada setiap perlakuan Adra seolah meyakinkan Tasya, bahwa kali ini ia benar, Adra orangnya! Dia bisa menjaga hati untuk Tasya.

Dibalik asumsi baik selalu terdapat asumsi buruk. Sisi lain dari dirinya menanggapi sinis, nyaman adalah jebakan. Terjebak dan disakiti oleh orang yang sama? Ah pasti rasanya bodoh sekali. Memangnya hati Tasya taman bermain? Yang bisa dengan mudah dimainkan dan ditinggalkan ketika bosan?

Satu kata yang tepat menggambarkan suasana hatinya kala itu adalah bimbang. Tapi ia memilih pilihan kedua, nyaman adalah jebakan. Ia berencana chek out besok pagi, syukur-syukur kalau uangnya bisa kembali.

Untungnya Donny memberi alamat rumah temannya, setidaknya ada rumah kedua untuk Tasya sebelum pergi dari Semarang. Mungkin dengan adanya teman Donny, Tasya bisa mengenal Semarang lebih jauh. Dan jauh juga kesempatan untuk Adra mengganggu hidupnya.

Ia sudah memperhitungkan matang-matang, semakin sering bertemu Adra sama sekali bukan hal baik untuk jantungnya. Jantungnya bahkan berdetak melebihi kapasitas. Senam jantung tidak begitu disukai Tasya.

Brttt..

Satu panggilan masuk. Tasya meraih ponselnya, nama Donny tertera. Ia meletakkan ponsel dihadapannya, tangannya membolak-balikkan novel dari Eka Kurniawan yang berjudul 'Manusia Harimau'

"how was your day?"

"Bad!" balas Tasya ketus.

"ada yang gangguin lo?" jawab Donny dengan nada sedikit parno.

Tasya langsung meletakkan novelnya. Ia bersiasat jahat yaitu mengadukan Adra pada Donny, "IYA! IYA BANGET!" suaranya perpaduan antara marah dan kesal.

"siapa?"

"ADRA" Tasya kembali berteriak.

"nyut-nyutan bego telinga gue" balas Donny santai.

Dibenak Donny paling-paling Adra hanya mengajak Tasya jalan-jalan dan menyesal karna putus dari wanita secantik Tasya. Mayoritas dari lelaki akan jatuh cinta dari apa yang mereka lihat. Fisik biasanya akan dinomor satukan.

"di apain lo?"

"dikasih harapan, mampus gak gue!" balas Tasya, suaranya kini lebih rendah dari sebelumnya. Sesi curhat guna mengadukan Adra pada Donny rasanya sia-sia, Donny sudah terlebih dulu mencium maksud jahat dari Tasya.

"itu mah lo-nya yang kePDan" cibir Donny.

Tasya diam, "males ah ngomong sama lo"

"wkwkwk yaudah sekarang lo cuci tangan sama kaki, gosok gigi, terus tidur" balas Donny, ia merentetkan hal-hal yang selalu diajarkan Maminya sedari masih kecil dulu.

"yo, nite, Bang" balas Tasya singkat.

"nite too, me love you"

Tasya langsung mematikan panggilan dari Donny secara sepihak. Geli rasanya kalau mendengar Donny bilang i love you padanya.

"terserah yang penting besok pagi gue harus chek out!" ucapnya pada diri sendiri.

-c-

Semalam setelah sesi curhatnya dengan Donny gagal. Tasya langsung mempacking barang-barang. Pagi itu ia ingin makan bubur didekat hotel sebelum chek out. Tasya berjalan riang menyusuri hotel, langkahnya terhenti ketika didapati Adra berada di lobi hotel.

"ah shit!" gumamnya.

Menyadari kehadiran Tasya, Adra dengan nada sumringah berkata, "Ra, aku mau ngajak kamu makan bubur. Mau?"

Anxiety [18+] End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang