Bagian 28

203 12 0
                                    

krucuk..krucuk

Bunyi perut Tasya berhasil menghentikan aktivitas ketiga temannya. Tasya langsung mengelus-elus perutnya. Semalam dan tadi pagi ia tidak sempat sarapan karena memikirkan vidionya dengan Reynald. Si Psiko Reynald bisa saja macam-macam dengan vidio tersebut, hal itu mengacaukan pikiran Tasya.

"perut lo berdendang tuh" cibir Rere. Wajah Rere sudah sedikit sumringah setelah tadi Vino mendatanginya dan memberikan semangkok bakso untuknya.

Vino ya begitu, dikit-dikit bikin kesal, dikit-dikit bikin senang. Perasaan Rere semacam ditarik ulur tapi Rere senang. Hati Rere memang dicetak agar mudah luluh, sebesar apapun kekesalannya dengan Vino bisa pudar hanya dengan secuil perhatian dari Vino. Dasar ababil!

Tasya menepuk pahanya lalu bangkit dari tempat duduknya menuju stan bakso yang tak jauh darinya. Matanya menangkap sosok Reynald yang sedang asik bicara dengan Sion, sepupu Reynald. Buru-buru dialihkan pandangannya, ia malas kalau harus berurusan dengan Reynald.

"Bakso seporsi, Cik" ucap Tasya pada penjaga stan bakso.

Tidak seperti biasanya, Tasya hanya menunduk menatapi sepatunya sembari menunggu pesanannya selesai dibuat. Pandangan Tasya tidak mengitari kantin seperti biasanya, ia terlalu takut kalau matanya kembali bertemu dengan Reynald.

"Sya, pesanannya" ucap penjaga stan bakso yang sudah mengenal Tasya.

Tasya memberikan lembar 20 ribuan, "kembaliannya ambil aja, Cik"

Tasya menunduk untuk menghindari kontak mata dengan Reynald. Berjalan dengan hati-hati karena bakso dimangkoknya panas. Jantungnya berdebar-debar biasanya dalam situasi begini Reynald akan menghampirinya untuk memberi bantuan semacam membawakan bakso Tasya ke mejanya. Tapi tidak ada tanda-tanda Reynald mendekat. Ah perduli apa, memang seharusnya begini.

Pyarrr..

Mangkok bakso Tasya jatuh, begitu pula Tasya. Sebagian tangan Tasya tersiram kuah bakso. Didepannya berdiri Mariya dengan wajah pura-pura syok. Mariya menutup mulutnya tapi tertawa dibaliknya, teman-teman Mariya ikut tertawa melihat Tasya yang kepanasan karena tersiram kuah bakso. Telapak tangan Tasya juga berdarah terkena pecahan mangkok. Reynald membantu Tasya berdiri, "kamu gak apa?"

Tasya menepis tangan Reynald dan berdiri dengan sendiri, "aku bisa sendiri"

Dari jauh Rere, Kia dan Reyna berlari, "lo tuh ya!" Rere langsung menjambak rambut Mariya. Bodo amat dengan status Mariya yang merupakan kakak tingkatnya. Kelakuan Mariya kali ini berhasil menjadikan Tasya pusat perhatian dan itu membuat Rere kesal.

"sakit-sakit!" Mariya meronta kesakitan, kukunya mencakar tangan Rere yang masih setia menjambak rambutnya.

Dayang-dayang Mariya hendak membantu Mariya melepaskan tangan Rere tapi Kia langsung mengepalkan tangan, "berani lo nyentuh Rere, gue hajar lo!" ancamnya.

Vino yang tadinya sibuk dengan teman-temannya melerai Rere dan Mariya, "beb, udah beb malu-maluin"

Mata Rere melotot pedas pada Vino yang menarik tangannya, "lo malu punya pacar kayak gue? Kita putus!"

"bukan gitu, beb"

Reyna membopong tubuh Tasya menuju UKS, "Sya, ke UKS ya?"

Sementara Rere masih menjambak rambut Mariya, "macem-macem ya lo sama sahabat gue!" ucap Rere makin menguatkan jambakannya.

"sakit-sakit" air mata Mariya menetes karena kesakitan.

Tangan Rere melepaskan jambakannya, "sekali lagi gue liat lo jahatin Tasya, ini" pada kata 'ini' Rere menunjukkan helaian rambut Mariya yang rontok sebab dijambaknya.

Anxiety [18+] End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang