Bagian 38

182 14 0
                                    


Lebih dari dua jam Tasya berdiri didepan tangga kosan Adra. Sejauh ini tidak ada tanda-tanda akan muncul Adra. Ia mulai takut kalau alamat yang dikirim Nafi adalah palsu.

Beberapa kali ia digoda oleh lelaki yang kos disini, paras cantik Tasya memang sudah terakui. Wajar kalau dia digoda, lagipula wanita mana yang dengan sadar datang ke kosan lelaki? Hanya Tasya! Ia juga sudah menanyakan pada lelaki-lelaki yang berlalu lalang tentang Adra, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mengenal Adra.

Dari posisi berdiri sampai duduk sudah dilalui semua. Ia bahkan hampir menyerah, tapi dirasa perjuangannya akan sia-sia. Teman-teman Adra yang dikirimi pesan olehnya di sosial media juga tidak tau menau alamat kosan Adra yang baru. Adra pindah dari kosannya yang lama, merubah semua akun sosial medianya bahkan nomor WAnya. Lelaki bajingan mana yang dengan tega meninggalkan wanitanya? Cuma Adra.

Tasya duduk dipinggiran tangga paling bawah, ia menenggelamkan wajahnya dibalik tumpukan tangan. Suara hentakan kaki dan gurauan muncul dari atasnya, ia segera bangkit dari duduknya dan benar Adra berdiri disana, "Kara?" sapa Adra dengan nada tak percaya. Matanya terbelalak, "kamu ngapain disini?"

"kamu gak seneng aku disini?" balas Tasya ketus.

Hei ia datang jauh-jauh dari Jakarta hanya untuk bertemu dan menanyakan kelangsungan hubungannya dengan Adra dan apa? Kalimat pertama yang muncul dari bibir Adra seolah meniadakan segala perjuangan Tasya. Adra sehat?

Adra langsung mengganti pertanyaannya, "bukan-bukan gitu, tapi kamu tau dari siapa alamatku disini?"

Nafi yang disampingnya hanya melirik ke arah Adra dan Tasya secara bergantian. Ia juga sempat menatap tak percaya ke arah Tasya, "cantik" satu kata tersebut melesat mulus dari bibir Nafi.

Keadaan yang tadinya menegang dengan Tasya yang menatap super kesal ke arah Adra dan Adra yang menatap tak percaya ke arah Tasya, seketika beralih menjadi tatapan cengo ke arah Nafi. "Ini anak gak tau situasi atau gimana sih?" batin Tasya.

Nafi salah tingkah menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu berbicara lagi, "gue duluan ya, Bi" ucapnya lalu menepuk pundak Adra dan berlalu.

"Bi?" ucap Tasya kebingungan.

"Abi"

Tasya masih belum bisa mencerna keadaan.

"Abinagara"

Pantas saja dari tadi dia tanya katanya tidak ada yang bernama Adra, ternyata Adra yang disini dipanggil Abi? Gak pantes! Lebih pantes dipanggil babi!

Adra menggeret tangan Tasya, "kita makan dulu"

-c-

Lebih dari setengah jam suasana tegang masih menyelimuti keduanya. Tasya menunggu Adra menjelaskan semua yang terjadi. Tanpa perlu diberitahu Adra sudah tau betul maksud kedatangan Tasya kesini tapi ia juga bingung darimana memulainya. Mata Tasya bolak-balik dari piringnya kemudian Adra, begitu terus menerus sementara Adra menunduk dan berusaha menikmati makananya.

Dengan berat hati Tasya menurunkan egonya. Menghela nafas kasar kemudian membuka percakapan, "ngomong" ucapnya ketus.

"bingung Ra darimana" balas Adra dengan kepala yang masih setia menunduk.

"kemana aja selama ini?"

"dikosan" balas Adra singkat.

Mulut Tasya menganga ia tidak percaya dengan apa yang barusan didengar. Disituasi begini Adra masih bisa bercanda.

Adra mendongakkan kepalanya, "aku disini, gak kemana-mana"

"terus sebulan ini kenapa gak ngabari?"

Anxiety [18+] End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang