Bagian 22

252 13 0
                                    


Adra; nanti aku jemput ya?
Tasya; gak usah

Perlu ditekankan, mood Tasya sedang berantakan. Kepalanya nyut-nyutan karena kepikiran hal paling masuk akal untuk mengalahkan ego besar Reynald. Reynald tidak berhak atas apapun yang berhubungan dengannya, tapi dia selalu gagu kalau berhadapan dengan Reynald.

Adra; yah kamu telat, aku udah nunggu didepan kampusmu.

Tasya mengernyitkan dahi, "ya ngapain lo nanya kalo gitu?!"

Tasya; T E R S E R A H!

Seperti biasa, lambaian tangan dan senyum merekah dari Adra menyambut Tasya yang senantiasa murung. Tasya membelalakkan mata, ia ingat saat ini orang-orang beranggapan dia pacar Reynald. Tasya memberi isyarat agar Adra buru-buru masuk ke mobil sebelum banyak mata yang semakin menatap keji kearah Tasya keesokan harinya.

Adra seperti orang gagu yang tidak paham isyarat, ia malah mendekati Tasya dan membawakan tas Tasya dengan senyum melekat dibibirnya.

"lo kok malah kesini sih, gue bilang masuk mobil kan" ucap Tasya kesal.

"tumben ngomongnya lo-gue?" balas Adra.

Adra masih belum memahami situasi darurat yang mengancam Tasya. Tasya geleng kepala, "bodo amat" lalu berjalan mendahului Adra.

"kamu kenapa Ra? Gak kayak biasanya" ucap Adra ketika sudah didalam mobil.

Tasya menatap Adra, "bukannya kemarin lo pengen gue jadi diri sendiri?"

Adra mengangguk, lalu menancap gas. Iya, dia tau betul Tasya sedang kesal meskipun dia tidak tau alasannya.

"kalau dirasa berat cerita aja, Ra. Beban yang dipikul berdua rasanya bakal lebih ringan, aku kan pacarmu" ucap Adra yang masih fokus pada kemudi.

Tasya menghela nafas kasar. Salah rasanya kalau menjadikan Adra perlampiasan atas kekesalannya, "kenapa kamu gak balik ke Jogja aja? Daripada repot jinakin aku yang moody?"

Adra tak langsung menjawab. Tasya kembali meneruskan ucapannya, "di Jogja kan banyak cewe kalem yang lebih-baik-dari-aku" suara Tasya terbata-bata.

Mohon dimengerti untuk kaum lelaki, ketika wanita bicara seperti ini artinya ia ingin kalian tetap memilihnya tak perduli seberapa banyak yang lebih baik darinya.

"setiap manusia pasti punya sifat buruk, Ra. Kamu bisa nerima sifat burukku? Kenapa aku enggak?Ketika aku pilih kamu, kelebihanmu, kekuranganmu, ampasmu, aku terima. Cari yang lebih baik? Diatas langit masih ada langit" balas Adra dengan tenang.

Tangannya tidak gemetaran, suaranya normal, deteksi kebohongan? tidak terdeteksi berbohong.

Tasya mengangguk-angguk, "eh btw siapa bilang kita pacaran?" ucapnya kemudian.

"kan kamu bilang jalani aja dulu? Aku anggep pacaran. Terserahku kan?" balas Adra.

"enggak bisa gitulah!" protes Tasya.

Kemudian ide picik muncul. Ah, ini memang takdir Tuhan. Ia sedang kerepotan memikirkan hukuman yang pantas untuk Reynald dan sekarang Adra menggapnya jadi pacar? Wah, menang tanpa perlu memerah otak! Cerdas!

"yaudah deh kalo kamu maksa" tambah Tasya lalu membuang muka dengan senyum-senyum bahagia.

Adra tertawa, "kapan aku maksanya?"

Tasya langsung menoleh ketus kearah Adra, "oh, gak mau? Oke"

"Eh-eh mau dong" balas Adra cepat

"sok-sokan sih!" cibir Tasya.

Bahagia sederhana ya? Bercanda dengan orang yang kita sayang sudah lebih dari cukup. Siapa bilang balikan artinya mengulang kesalahan yang sama? Setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya dimasa lalu, kan? Tuhan saja memberi manusia kesempatan untuk bertaubat.

Anxiety [18+] End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang