Tasya masuk kelas dengan tergopoh-gopoh. Rere yang menyadari kehadiran Tasya langsung menunjuk bangku kosong disamping bangku Reyna. Bangku yang sudah Rere boking untuk Tasya.
Ia buru-buru duduk, tangannya tak henti-henti mengelus dadanya dan mengucap rasa syukur. Ia sudah membayangkan akan jadi apa kalau terlambat masuk, matkul akuntansi dengan dosen Si Nenek Sihir.
Sedari dimobil tadi ia membayangkan rentetan ceramah dan kalimat sarkasm dari dosen paling garang itu. Si Nenek Sihir memiliki Undang-Undang. Si Nenek Sihir membagi Mahasiswa madesu menjadi dua tingkatan:
1. Mahasiswa madesu tingkat satu; terlambat 3x artinya Alfa.
2. Mahasiswa madesu tingkat dewa; Alfa 3x bonus surat panggilan orang tua.
Tasya sama sekali tidak berminat masuk dalam kategori satu diantara Mahasiswa madesu yang tercantum dalam Undang-Undang Si Nenek Sihir.
Rere langsung menyodorkan botol minumnya pada Tasya, "minum dulu" sembari menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu.
Tanpa perlu dikomando tangan Kia sudah memijit bahu Tasya, Kia paham lari dari Si Nenek Sihir bukan pekara yang sederhana. Kalau sampai kepergok? Pasti bahaya. Teman yang pengertian.
Tasya menunjuk bagian-bagian yang dirasa lelah, "turun dikit, Ki" ujar Tasya.
Gisellia Kiara, Atlet karate yang banyak memenangi lomba. Ia sama sekali tidak mengalami kesulitan untuk masuk ke sekolah atau kampus yang ia incar, piagam dan penghargaan yang berjajar rapi dikamarnya sudah selayaknya jimat pengatas segala keribetan dunia pendidikan.
"sendi gue rasanya mau rontok" tambah Tasya.
"mau minum lagi?" balas Rere kembali menyodorkan botol minumnya.
Reyna membaca novel tanpa melirik ke arah teman-temannya yang sedang memberi treatment khusus untuk Tasya yang berhasil melarikan diri dari Si Nenek Sihir. Reyna termasuk mahasiswa pendiam yang sedikit kurang peduli dengan sekitar. Memiliki jiwa ambisius, karna semua tau bahwa Reyna harus segera lulus dan dapat kerjaan tetap. Bukan berarti ia bukan teman yang baik, ia selalu jadi pendengar setia dan pemberi solusi terbaik untuk para teman-temannya.
Rere mulai mencemaskan Vino. Takut kalau nantinya Si Nenek Sihir lebih dulu datang ketimbang Vino, "Vino mana sih, ke toilet lama banget"
"Vino lagi ngobrol sama Nenek Sihir" balas Tasya setelah berhasil mengatur nafasnya.
Rere tersenyum.
"berhasil juga jebakan gue" batin Rere.
Rere mengirim pesan isyarat bahwa Tasya sudah masuk kelas pada Vino.
Rere; "Tasya udah masuk. Betah ngobrol sama Nenek Sihir?"
Vino; "jangan lupa"
Rere; "apa?"
Vino; "kiss😙"
Rere kembali tersenyum malu, tapi memilih tidak membalas pesan dari Vino. 5 menit setelahnya Vino berjalan beriringan dengan Si Nenek Sihir memasuki kelas. Vino yang duduk disamping Rere menatap Rere dengan kurun waktu yang cukup lama sampai-sampai tanpa menoleh pipi Rere memerah.
"apaansi" ucap Rere tanpa menoleh.
Vino tertawa kecil, "salting cie"
Rere diam.
"Re"
"apa?"
Vino menunjuk pipinya dengan telunjuk. Seolah memberi isyarat cium, sesuai janji Rere.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anxiety [18+] End.
RomanceAda dua opsi ketika seseorang memilih kembali; memperbaiki kesalahan atau memperburuk keadaan -Donny. Semua berjalan sebagaimana mestinya, Tasya dengan kehidupan barunya, tanpa Adra. Buyar ketika pertemuan pertama mereka diSemarang. Menghabiskan wak...