Mobil Tasya memasuki pelataran rumah. Donny sudah berada dikursi depan pintu dengan kaki menyila sembari membaca koran. Persis kelakuan bapak-bapak. Bayangan Tasya yang sedang kesal memghantui pikiran Donny, sebenarnya ia sama sekali tidak bermaksud membuat Tasya kesal. Karna dipikirannya, kalau Tasya minta Donny datang kekampus pasti masalahnya tak jauh dari dia ingin sesuatu yang tidak penting. Sedarurat-daruratnya Tasya, ia tidak akan membuat masalah yang mengancam nyawanya sendiri. Itu yang terpikir oleh Donny.
Donny memasang wajah serius ketika mendapati Tasya akan melewatinya, "mana HP gue?"
Tasya menatapnya dingin, tidak berkata sama sekali tapi memberikan ponsel Donny sebelum berlalu.
Donny tetap tidak menghiraukan adiknya. Ia hendak cari angin dengan mengendarai mobil. Sampai ia tau mobil Tasya rusak parah. Donny buru-buru mendatangi kamar Tasya, tapi dikunci.
"Sya, lo ditabrak?" teriak Donny dari balik pintu. Tangannya tak henti-henti menggedor pintu Tasya.
Tasya tidak memperdulikan Donny meskipun didengar dari suaranya Donny sangat khawatir. Ia mengetik pesan untuk Mang Asep.
Tasya; "Mang, tolong bawain mobilku ke bengkel ya. Uangnya nanti ku transfer"
Beberapa menit kemudian Tasya mendapat balasan dari Mang Asep.
Mang Asep; "Siap, Non"
Tasya; "makasih, Mang"
Mang Asep; "sama-sama, Non"Kebiasaan buruk yang tak pernah lepas dari Tasya adalah mengurung diri dikamar ketika kesal. Mami, Donny, Bi Asih, bahkan Papanya yang super sibuk bergantian mengetuk pintu kamarnya untuk membujuknya agar keluar kamar dan makan. Tak satupun ucapan dari mereka dihiraukan. Memberi Tasya lemari es dalam kamar adalah sebuah kesalahan. Semenjak itu Tasya jadi punya kekuatan ekstra meskipun harus mendekam di kamar berhari-hari.
Satu pesan masuk.
Tasya memutar bola matanya, mengintip dari notifikasinya siapa yang mengirim pesan.
Adra ; "Ra, gimana hari ini?"
Tasya memilih menganggurkan pesan Adra.
Satu pesan masuk.
Nama Adra muncul lagi.
Adra; "Baik-baik aja kan?"
Tasya tetap tidak perduli dan melanjutkan menonton serial drama korea.
Panggilan masuk.
Tasya menghela nafas berat, "apaan sih, Dra!!!"
Dilihat dengan malas ternyata yang menelpon adalah Reynald. Dipencet tombol hijau untuk mengangkat panggilan.
"Sya, aku didepan rumahmu" ucap Reynald.
Tasya buru-buru melihat melalui kaca jendela, Reynald langsung melambai ke arahnya dan mengangkat beberapa kantong keresek yang ia tenteng.
"aku gak enak badan, Kak" balas Tasya. Suaranya sudah dimodifikasi agar terlihat lemas.
"oh, aku titipin Bi Asih aja ya?" ucap Reynald.
"iya kak"
"mau sekalian dibeliin obat?" suara Reynald yang kalem benar-benar enak didengarkan.
"enggak, nanti juga sembuh. Aku tutup ya Kak, makasih" pungkas Tasya.
Ia menyadari kalau tidak berbakat dalam hal beradu acting. Daripada kepergok berbohong lebih baik segera disudahi percakapan diantara keduanya.
Tasya mengirim pesan pada Bi Asih.
Tasya; "Bi, kalo Reynald nitip sesuatu tolong dibawin ke kamarku diem-diem ya?"
Bi Asih; "baik, Non"-c-
Donny yang dari tadi diburu rasa khawatir atas Tasya mengambil langkah untuk menelpon Reyna. Reyna pasti tau apa yang terjadi hari ini. Kalau hanya Donny yang tidak datang ke kampus, rasanya aneh melihat Tasya sebegitu kesalnya. Belum lagi keadaan mobil Tasya yang rusak, pasti terjadi hal yang tidak-tidak.
"Tasya ada masalah dikampus ya, Na?" ucap Donny. Ia bahkan lupa basa-basi untuk formalitas. Sebrandal-brandalnya Donny, Tasya adalah adik yang ia sayangi. Kalau terjadi apa-apa dengan Tasya, Donny tidak bisa membayangkan bagaimana ia akn mencaci maki dirinya sendiri.
"Iya, Kak. Tadi mobilnya ditabrak Kak Mariya" ucap Reyna. Reyna juga bingung menjelaskan dari sisi mananya.
"itu aja?" balas Donny.
"oh, dia gak ikut ujian mata kuliah Nenek Sihir karna telat"
"makasih, Na" ucap Donny mengakhiri panggilan.
Pantas Tasya frustasi, tidak ikut ujian akuntansi dengan dosen paling garang. Ia memikirkan cara terbaik agar Tasya mendapat ujian susulan. Ah Si Nenek Sihir, bayangan Donny pada suara Nenek Sihir yang terdengar ngalem dan membuat telinganya terasa geli sudah membuatnya ngeri terlebih dahulu.
-c-
Paula datang menghampiri bangku Tasya, "lo dipanggil ke ruang Bu Erna"
Bu Erna adalah nama asli Si Nenek Sihir.
Tasya mengetuk-ketuk kepalanya memikirkan hal bodoh atau kesalahan apalagi yang ia lakukan, "apalagi ini Tuhan?!!" batinnya.
Dengan sangat terpaksa ia berjalan malas menuju kantor Si Nenek Sihir. Celoteh apalagi yang harus ia dengar? Ia bahkan sama sekali tidak merasa membuat kesalahan. Mau membahas tentang nilai D? Tasya bahkan sudah hampir melupakan.
Tasya mengetuk pintu kantor Si Nenek Sihir, lalu mendapat jawaban, "masuk" dari dalam.
Dan apa?! Disana sudah berdiri Donny yang seperti bergegas akan pergi. Dia pasti sedang bernegosiasi dengan Si Nenek Sihir, pasti.
Jari Donny membentuk simbol Oke yang artinya semua beres. Tasya mengangguk dan tersenyum.
Donny keluar dari ruangan Si Nenek Sihir. Setelah itu Nenek Sihir memberikan secarik kertas untuk dikerjakan oleh Tasya. Sebelumnya ia sudah dapat bocoran dari Kia jadi rasa tenang menjalar ditubuhnya. 100% keyakinannya kalau dia akan dapat nilai A.
Dan,"Apa?!" Soalnya benar-benar berbeda, bahkan lebih susah dari kisi-kisi Kia. Sementara waktu yang diberikan hanya 40 menit. Tidak ada kalkulator atau mesin bantu lainnya. Benar-benar kemudahan pada mata kuliah Nenek Sihir adalah suatu kemustahilan!
-c-
Baru masuk kelas Tasya langsung dihujani pertanyaan dari Kia dan Rere. Seperti biasa Rere menyodorkan minuman. Kia memijat pundak Tasya. Reyna? Sudah lebih dulu pulang karena harus kerja.
"lo diapain sama Si Nenek Sihir?" ucap Kia yang masih setia memijat pundak Tasya.
"disuruh ujian" balas Tasya enteng.
Rere melotot tak percaya, "sumpah lo?!"
"jokinya siapa, keren banget bisa bujuk Nenek Sihir?" Kia tau pasti ada dalang dibalik segalanya.
"Donny" balas Tasya singkat. Tasya memberi sinyal pada Kia untuk menghentikan pijatannya.
"abang lo yang ganteng itu? Ck! Pantes aja, Nenek Sihir mana bisa liat yang beningan dikit"
"Ay, ayo!" teriak Vino diambang pintu.
Rere memberesi beberapa buku yang tergeletak dimejanya dengan cepat, "Eh gue duluan ya?"
"semenjak punya pacar jadi bucin lo!" cibir Kia.
"sirik" ucap Rere lalu menjulurkan lidahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anxiety [18+] End.
RomanceAda dua opsi ketika seseorang memilih kembali; memperbaiki kesalahan atau memperburuk keadaan -Donny. Semua berjalan sebagaimana mestinya, Tasya dengan kehidupan barunya, tanpa Adra. Buyar ketika pertemuan pertama mereka diSemarang. Menghabiskan wak...