Daniel melambaikan tangan ketika mendapati Tasya sudah menunggu ditempat duduk yang disediakan stasiun. Tanpa aba-aba Daniel langsung mengambil alih koper yang berada ditangan Tasya, "cewek cantik gak boleh capek-capek" ucapnya pada Tasya."apaan sih Iel" balas Tasya. Ia memasuki mobil tanpa menghiraukan Daniel yang tersenyum ke arahnya.
Daniel menancap gas, keluar dari area stasiun. Ia ditugaskan membawa Tasya kerumahnya menunggu sampai Donny tiba. Kalau Donny yang memberi perintah, satupun manusia tidak ada yang berani menolaknya. Begundal Donny itu cukup diandalkan otaknya oleh beberapa temannya.
Tasya membaca novel, membolak-balik setiap halaman. Meskipun Daniel dulu sering main kerumahnya, Tasya tidak begitu dekat dengan Daniel. Ia lebih dekat dengan Adriel, sangat dekat. Teman curhatnya dulu, tapi Adriel lebih pilih kuliah diSurabaya karena mendapat jalur undangan di kampus ternama diSurabaya.
Lagi, Tasya juga bukan wanita yang bisa membuka topik pembicaraan. Jadi ia pura-pura sibuk dengan novelnya sementara Daniel mengemudi.
"Sya, udah punya pacar?" ucap Daniel tiba-tiba.
Sontak Tasya yang tadinya fokus membaca menoleh ke arah Daniel, "apa?" tanya Tasya memastikan pendengarannya tidak salah.
Daniel mengulang pertanyaannya, "udah punya pacar?"
Tasya kembali menatap novelnya, "belum"
Daniel menoleh ke kanan, seolah melihat spion yang berlawan arah dengan posisi Tasya. Daniel tersenyum kemenangan. Maklum, sudah sejak SMA dia menaruh perasaan pada Tasya.
Semacam tertular kelebihan dalam hal membaca pikiran dari Adra, Tasya berkata dengan mata yang sama sekali tidak beralih dari novelnya, "Iel jangan macem-macem, lo tuh mantan sahabat gue"
Daniel seperti disambar petir, mendekati saja belum sudah di ultimatum untuk mundur.
"Rere kan cuma mantan, Sya" ucap Daniel. Ia masih berusaha agar diberi celah untuk mendekati Tasya.
"Iel, tolong" balas Tasya, suaranya pelan tapi Daniel bisa mengerti bahwa gerbang menuju hati Tasya sudah benar-benar dikunci untuknya.
Tanpa meminta penjelasan lebih, Daniel langsung menjawab, "iya, Sya"
-c-
Rumah.
Tasya mengetuk pintu kamar Donny, tanpa menunggu jawaban dari penghuninya ia langsung masuk. Mendapati Donny sedang memindahkan foto dari ponsel ke laptopnya. Mata Donny menatap Tasya tak percaya, bagaimana tidak? Untuk pertama kalinya Tasya punya tata krama. Mengetuk pintu sebelum nyelonong masuk.
"tumben lo?" ucap Donny yang masih sibuk dengan laptopnya.
Tasya menatap malas ke arah abangnya, tangannya meraih Tablet dan memainkan game andalannya, Zombie tsunami.
"eh tadi Niel ngomong sesuatu gak ke lo?" Sudah dapat ditebak bahwa semua adalah rencana Donny untuk menjodohkan Tasya dengan salah satu dari temannya. Mungkin juga Niel satu-satunya yang berhasil melewati seleksi dari Donny.
"udah gue rasa, itu pasti kerjaan lo" balas Tasya sinis.
Donny berjalan menuju lemari es, memungut apel merah lalu menggigitnya. Ia duduk didekat Tasya, "gimana sama ayang Adra" ledek Donny, sembari menggigit apelnya.
Tasya menjotos keras lengan abangnya.
"Duh!" pekik Donny.
Tasya masih ragu untuk menceritakan kejadian-kejadian dengan Adra selama di Semarang. Takut di cemooh Donny yang mulutnya ember itu. Ia memilih menyimpan ceritanya bersama Adra dalam diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anxiety [18+] End.
RomansaAda dua opsi ketika seseorang memilih kembali; memperbaiki kesalahan atau memperburuk keadaan -Donny. Semua berjalan sebagaimana mestinya, Tasya dengan kehidupan barunya, tanpa Adra. Buyar ketika pertemuan pertama mereka diSemarang. Menghabiskan wak...