Dengan kepala yang sempoyongan Tasya menuruni tangga. Bergantung pada pegangan tangga untuk turun. Kepalanya pusing karena alarm yang berbunyi cukup keras pada telinganya.
Ia berjalan ke meja makan. Sosok lelaki duduk disitu dengan mata yang masih kunang-kunang ia duduk disamping lelaki tersebut, "hey Sya" ucap lelaki tersebut.
Tasya mengucek dan menerjab matanya beberapa kali, "Adriel?"
"lo ngapain disini?!" ucap Tasya kaget.
"jadi ini sambutan buat sahabat yang gak ketemu bertaun-taun?" cibir Adriel sembari memasukkan sesendok penuh nasi goreng.
Pandangan Tasya beralih pada bakul kaca besar tadah nasi goreng cumi kesukaannya. Matanya melotot pada Adriel, "lo ngabisin nasi goreng cumi gue?!"
Adriel mengangguk tanpa rasa bersalah, ia masih menyuap sendok demi sendok ke mulutnya, "kata Mami anggep aja rumah sendiri"
Adriel memang cukup dekat dengan keluarga Tasya. Sahabat Tasya juga, tempat Tasya curhat dari jaman SMP. Semacam abang kedua untuk Tasya. Desthi bahkan memperlakukan Adriel sebagai anak kandungnya.
Tasya masih diam kepalanya geleng-geleng, "gak tau diri ya lo"
Hanya dengan Adriel dan Donny, Tasya bisa menjadi pribadi yang ceplas ceplos.
"lah, untung gak gue jual tuh guci-guci gede" Adriel menunjuk beberapa guci antik yang tingginya hampir menyamai tinggi badan Tasya.
"magadir!"
"lo ngapain kesini?" tanya Tasya.
"numpang makan" balas Adriel, kali ini ia memanas-manasi suapan terakhir nasi goreng cumi miliknya.
"terus? Sendirian?"
Kini tangan Tasya mencomot beberapa bulir nasi yang menempel di bakul kaca besar tadah nasi goreng. Tersisa satu potong cumi yang hendak diambil tapi keburu diserobot Adriel, "iya" ucap Adriel sembari memasukkan cumi terakhir.
"sialan lo ya!" Tasya memukul kepala Adriel dengan sendok sayur bekas capcay.
"sakit-sakit!"
Tasya mengerucutkan bibir.
"Lo nyariin Daniel? Mau ngapain? Matahin hati adek gue lagi?" tambah Adriel.
"gue udah bilang dari awal gak ada rasa sama dia, tapi dianya masih ngebet. Salah gue?" kali ini Tasya tidak lagi mau disalahkan atas perbuatannya. Memang benar begitu kan kenyataannya, ia sudah memberi ultimatum agar Daniel berhenti menyukainya, tapi dianya saja yang tetap ngeyel. Patah hati kok dibuat sendiri!
"didunia ini ada satu hal yang gak bisa dipaksain, Sya" ucap Adriel, ia memasukkan kacang polong kedalam mulutnya.
Tasya merebut toples ditangan Adriel, "apa?"
"namanya perasaan"
"ada juga yang goblok, namanya hati" tambah Adriel. Ia sudah tamat dengan hal-hal yang berbau percintaan. Si Bucin yang satu ini bahkan menulis novel romansa ketika bangku SMA.
"ada yang lebih goblok namanya Adriel!" cibir Tasya, "inget lo dulu pernah ngebucinin gue"
"khilaf cuk!"
"sesama mantan mari kita tebar benih-benih kebencian" ucap Tasya dengan nada mengomando.
"eh kita gak pacaran kan ya?" Tasya meralat ucapannya.
"iya gue doang yang suka, tae lo" balas Adriel kesal.
"dengerin gue mau bersabda" tambah Adriel.
Tasya mangut-mangut.
"Pas orang suka sama lo, dia sadar kalau ngelakuin hal bodoh. Tapi tetep dilakuin, namanya perjuangan"
"ya hubungannya apa sialan?" tangan Tasya melempar beberapa kacang polong ke wajah lelaki bodoh didepannya ini.
"merjuangin orang yang kita sayang gak salah, yang salah berhenti pas lo sadar lo butuh dia" tambah Adriel.
"gue gak bakat jadi bucin" balas Tasya santai dengan pandangan kosong yang menatap terlalu jauh kedepan. Dengan bayang-bayang pacarnya yang sudah lama menghilang.
"gue ngomongin Daniel goblok, lo ada masalah kejiwaan?" samber Adriel ketika dirasa ucapan Tasya melenceng dari topik.
"gue punya pacar"
"gak nanya"
Tasya mengalihkan pandangannya pada Adriel, "gue serius"
"terus?"
"dia pergi tapi gue masih disini. Nunggu dia balik. Kaya orang goblok yang udah kependem karma"
Adriel masih menyimak satu persatu kalimat Tasya, "terus?"
"selama ini gue gak ada niat nyakitin siapapun, gue cuma gak mau jatuh cinta sama orang yang salah. Gue gak mau pacaran sama orang yang suka sama gue tapi gue enggak. Setiap hubungan yang dilandasi keterpaksaan pasti gak baik kan akhirnya" jelas Tasya.
Adriel menghela nafas panjang, cukup untuk menuntaskan sesi curhat colongan ini, "kadang kita gak niat nyakitin orang, tapi orang tetep sakit karna ekspetasinya sendiri. Sakit kok dibikin-bikin sendiri"
"tanpa sadar, setiap kali kita kecewa yang paling pantes disalahin adalah diri kita sendiri" tambah Adriel intonasinya lebih serius dari biasanya.
Tasya menatap lelaki didepannya tanpa mengeluarkan sepatah katapun, ia masih mau menerima petuah-petuah dari Adriel.
"coba berhenti berekspetasi tinggi, berhenti bergantung sama orang lain, berhen..
"berhenti cinta-cintaan" potong Tasya sebelum Adrile menyelesaikan ucapannya.
Adriel mengangguk, "berhenti sejenak, istirahatin hati lo sampe dia nemu orang yang pas. Bukan dipaksain pas"
Adriel meneguk susu kemudian meneruskan bicaranya, "ada satu sifat yang paling ampuh buat ngelindungi diri dari penyakit hati"
"apaan?" tangan Tasya mencomot roti selai coklat.
"namanya bodo amat. Fuck off. Gak ngurus raimu" ucap Adriel, "tuh ada versi indonesia-inggris-jawa, kurang lengkap? Kurang ngerti? Mau gue getok pala lu?" tambah Adriel sembari mengacungkan sendok ke arah Tasya.
Tasya menekuk bibirnya, "pengen meso"
"buruan"
"jancok kamu sayang" ucapan Tasya barusan hanya dibalas Adriel dengan lus-lusan kasar dipangkal kepalanya, "gimana? udah enakan?" tanya Adriel.
Tasya mengangguk antusias, "makasih" balas Tasya lalu memeluk Adriel dengan erat, "lo emang abang kedua gue"
"abang doang nih?" goda Adriel.
Tasya melepas pelukannya, "move on dong! Sadar diri, gue gak suka sama yang modelan lo!" ketusnya.
"udah move on, mana mau gue sama lelesannya Daniel" balas Adriel tak kalah ketus.
Tasya memandang kesal ke arah Adriel.
"lo tetep aja ya, kalo curhat random" cibir Adriel, ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Kemudian dibuka pola kuncinya dan Tasya menangkap potret wanita. Dengan tanpa ba-bi-bu langsung direbut olehnya, "siapa nih? Cakep. Mau dia sama lo?"
Buru-buru direbut kembali ponselnya, "mantan"
"ceilah masih aja simpen foto mantan, move on dong!" ledek Tasya.
"mantan pacar, calon istri" balas Adriel dengan alis yang dinaik turunkan.
"S1 belum tamat gaya banget ngomong calon istri!" cibir Tasya, "udah gue mau balik kamar dulu. Bai" tambah Tasya sebelum meninggalkan Adriel.
****
Jancok; umpatan dalam bahasa jawa. Tidak selalu berarti kasar, kadang digunakan sebagai kalimat tambahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anxiety [18+] End.
RomanceAda dua opsi ketika seseorang memilih kembali; memperbaiki kesalahan atau memperburuk keadaan -Donny. Semua berjalan sebagaimana mestinya, Tasya dengan kehidupan barunya, tanpa Adra. Buyar ketika pertemuan pertama mereka diSemarang. Menghabiskan wak...