Bagian 10

2K 43 2
                                    

Kali ini Tasya sangat kesal dengan Adra. Setelah kalimat 'maaf' yang Adra ucapkan tadi, Adra menjadi pribadi yang pendiam. Ia bahkan tidak menawarkan mampir makan sepulang dari Lawang Sewu. Langsung mengantar Tasya kembali ke hotel. Dan hanya mengucapkan kalimat, "jaga kesehatan ya"

"Apa? Apa yang salah? Ucapan Tasya yang meragukan janji Adra adalah sebuah kenyataan, kan? Berapa janji yang sudah Adra ingkari? Banyak sekali!" kalimat-kalimat itu berlalu lalang dalam kepala Tasya.

Adra sama sekali tidak menghubunginya. Biasanya setelah pergi dengan Tasya, paling tidak dia akan mengirim pesan, "Thanks for time, Ra"

Tasya pusing dan memilih untuk tidak memperdulikan Adra. Lelaki memang begitu, aneh. Nanti juga baik-baik sendiri kalau ada maunya. Ia ingat kalau Adra tadi memberi hadiah untuknya. Dibukalah box dari Adra.

Sim Card dengan tempelan tulisan yang berbunyi, "Ini beberapa lagu yang kamu suka. Janji cover lagu yang pernah kamu minta dan beberapa lagu yang aku suka semenjak ketemu sama kamu. Semoga kamu suka, Ra"

Pada Sim Card tersebut berisi rekaman-rekaman lagu yang dinyanyikan Adra. Dulu Tasya seringkali minta dinyanyikan, tapi Adra terlalu malu untuk merekam suaranya sendiri. Adra berjanji untuk menyanyikan secara langsung ketika mereka berdua bertemu.

Tasya memutar satu vidio dengan judul, "Ungkapan hati Adra, untuk Kara" Dengan background berwarna hitam lagu Dengan Caraku - Brisia Jodie yang dinyanyikan versi Adra melantun indah. Genjrengan gitar mengiringi suara Adra yang indah.

Tasya tertegun. Ia kembali memutar lagu dengan judul, "favorit Kara" Lagu dari Cakra Khan- Kekasih Bayangan versi Adra. Tasya ingat kalau dulu ia sering merengek karena menjadi kekasih bayangan bagi Adra. Adra yang keterlaluan sibuk itu kerap kali hilang secara tiba-tiba. Itu alasan Tasya menganggap Adra menjadikannya Kekasih Bayangan.

Mata Tasya menangkap satu judul yang membuatnya penasaran, "dari hati Adra setelah pisah"

Lirik;

Kuanggap dia segalanya
Sampai kutak bisa lepas
Akan senyum indahnya
Dan dia, datang membawakan cinta
Yang tunggu sejak lama
Hingga akhirnya, saat ini tiba

Namun kau tak ditakdirkan untukku
Maka harus..
Kurelakan hati kecilku ini
Tuk menerima
Kenyataan yang tak sesuai dengan ekspetasi

Kubelajar, untuk mengikhlaskan
Karna ikhlas, menuntun kita kejalan yang lebih baik
Dan semoga itu benar adanya

Kau pernah singgah dihati ini
Walau tak menetap
Walau tak ku miliki
Dan kau pernah
Jadi tempat bernaung hatiku
Walau tak selamanya
Lalu hati ini harus pergi

Catatan;
Ini lagu ciptaan temenku sendiri, namanya marvino qristandi. Suka? Bisa cek di ig, dia sering bikin cover lagu di ig.

Air mata Tasya tiba-tiba menetes, ia bahkan selalu beranggapan Adra tidak pernah mencintainya. Adra hanya ingin main-main dengannya, tapi melihat hal yang baru ia dapat dari Adra benarkah Adra seburuk itu? Sepertinya tidak.

Ia membuka hadiah keduanya, potret Tasya. Ada begitu banyak potret Tasya yang sudah dicetak polaroid oleh Adra, dengan caption-caption. Tasya menatap foto pertama kali yang ia kirim untuk Adra, terdapat tulisan, "Kara jelek" dibalik cetak polaroid ada tanggal kapan Tasya mengirim potret itu untuk Adra, lengkap dengan hari dan jamnya.

Tasya benar-benar tak menyangka bahwa Adra menghargai setiap momen ketika bersamanya. Semua potret yang pernah Tasya kirim untuk Adra ada disana, beserta jam, tanggal, hari, bahkan caption lucu.

Lagi-lagi tanpa direncanakan air mata Tasya menetes. Ia bahkan sudah menghapus segala tentang Adra diponselnya atau bahkan dihidupnya. Bodoh, Adra malah mengabadikannya dalam bentuk polaroid.

Bagian terakhir dari kado Adra adalah kertas hitam yang digulung dengan pita merah maron. Ia membaca tulisan tangan Adra yang tidak terlalu bagus itu.

Tasya tertawa, ia ingat bagaimana dulu ia seringkali mengatai tulisan jelek Adra. Dengan pembelaan bahwa dia memiliki potensi menjadi dokter, Tasya hanya mengiyakan ucapan ke-percaya dirian Adra.

Untuk; Kara
Dari; Adra

Ra, aku tau maaf gak akan pernah cukup tuk nebus kesalahanku. Aku tau sakitnya kamu waktu itu, tapi bukan kamu aja yang sakit. Aku bahkan terbebani tuk sekedar ngelupain kamu.

Kalau dulu kamu kira aku bahagia setelah kita pisah. Kamu salah. Hariku jauh lebih buruk dari setiap pertengkaran kita. Aku yang pecundang ini gak punya keberanian tuk sekedar kirim ucapan ulang tahun buat kamu. Apalagi tuk ngajak kamu balik.

Setelah pertemuan pertama kita di Semarang. Aku yakin Ra, perasaanku sama sekali gak berubah. Kamu masih disini, sejauh apapun aku pergi. Potretmu, suaramu, atau ekspresimu masih terekam jelas.

Maaf Ra. Maaf.

-c-

Satu pesan masuk. Tasya menebak itu adalah Donny yang memberinya tips agar bisa sampai rumah bersamaan. Perbedaan jadwal kereta api antara Donny dan Tasya membuat keduanya diharuskan mengatur siasat agar sampai rumah bersamaan. Kereta Tasya kira-kira akan sampai di Jakarta lebih awal satu setengah jam ketimbang Donny.

Tasya tidak menghiraukan pesan tersebut, ia sibuk mengemasi barang-barangnya sebelum ia chek out setengah jam lagi.

Setibanya di stasiun Tasya melihat ponselnya, ternyata tadi pesan dari Adra.

Adra; "hati-hati diperjalanan, Ra"

Berat pastinya untuk Adra yang harus menurunkan egonya demi Tasya. Tasya paham Adra masih tersinggung dengan ucapannya kemarin, tapi dia masih saja mengirim pesan.

Tasya mengetik balasan. Merasa bersalah juga karena kemarin tidak mengucapkan terima kasih atas kado dari Adra.

Tasya; "iya. Makasih juga buat hadiahnya, udah aku buka"

Beberapa menit setelahnya, ia mendapat balasan lagi.

Adra; "suka?"

Tasya tersenyum, akhirnya usai juga pertengkaran diantara keduanya.

Tasya; "gimana ya?"
Adra; "sukalah pasti"

Kan, kalau sudah mulai kePDan artinya Adra tidak lagi marah.

Tasya; "iya, suka"
Adra; "jadi kapan?"
Tasya; "apanya?"
Adra; "suka akunya"
Tasya; "nanti-nanti"
Adra; "ah, kamu"

Tasya tertawa kecil. Saat ini ia sama sekali tidak ada pikiran untuk berpacaran. Trauma yang diberi Adra masih begitu membekas. Tak terkecuali untuk Adra, ia semacam enggan memberi ruang. Takut kalau harus sakit hati untuk kedua kali.

Kata Donny lelaki memang mudah berkata dan berperilaku manis pada wanita meskipun mereka tidak menyimpan rasa terhadap wanita itu. Tasya jadi semakin bingung dengan situasinya. Lebih tepatnya pada perasaan Adra terhadapnya. Terburu-buru tidak baik, ia sadar itu juga menjadi pemicu agar tidak terlalu cepat menyimpulkan kebaikan Adra padanya.

Anxiety [18+] End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang