Rumah.Tasya membuka pintu rumahnya, mundur dua langkah ketika didapati Donny sudah berada dibalik pintu dengan pandangan mengintimidasinya. Terlintas pikiran jahat dikepala Tasya, ia mengadah tangan seperti minta ongkos taksi pada Donny. Selagi ada kesempatan untuk tambahan uang jajan, Tasya tak akan segan-segan memanfaatkannya.
"HP lo kemana? Ditelfon dari tadi gak diangkat" lagi-lagi jiwa ke-ibuannya muncul. Emak-emak mode on!
Tasya bertahan pada posisinya dengan tangan menadah minta diberi ongkos. Tidak menghiraukan sedikitpun ucapan Donny. Matanya menerjab bodoh beberapa kali.
"liat jam, sekarang jam berapa?!"
"darimana lo?!"
"pacaran?!"
Ucap Donny bertubi-tubi.
Tau makin lama ucapan abangnya makin melantur ia meninggalkan Donny tanpa memberi satu jawaban sekalipun. Ia berjalan santai. Donny menjajarkan badannya disamping Tasya, dengan cercaan yang tak ada habisnya.
Tasya berhenti tepat didepan pintu kamarnya. Gendang telinganya semacam ditusuk-tusuk mendengar tuduhan-tuduhan dari Donny, "brisik ah, Bang. Duit ganti taksi mana?"
Donny menghela nafas, "pertanyaan terakhir, lo balik sama siapa?"
"taksi" balas Tasya enteng.
Pada kenyataannya Tasya sedikit punya skill dalam hal berbohong. Ia bisa berbohong tanpa dicurigai. Lagipula kalau ia berterus terang diantar Reynald pulang, Donny bisa histeris dan makin menuduh yang tidak-tidak. Proses jodoh menjodohkan akan kembali terulang.
Donny memberi lembar 50 ribuan. Malas kalau harus berdebat dengan adiknya yang sedang menyebalkan ini. Nanti kalau suasana hatinya membaik pasti Tasya akan menceritakan segalanya ke Donny. Memangnya dia punya seseorang untuk di ajak berbagi keluh kesah? Tidak!
"thx u" balas Tasya lalu menutup pintu kamarnya.
-c-
Semalam Tasya sudah berpesan pada Bi Asih untuk tidak membuka korden kamarnya besok pagi. Minggu pagi semacam minggu tenang untuk Tasya, hari balas dendam dimana ia akan tidur sepanjang hari untuk menghanti setiap jam tidur yang harus ia korbankan karena tugas kuliah.
Donny dengan segala kekampretannya tanpa sepengetahuan Tasya menyetel alarm pada ponsel adiknya itu. Jam setengah delapan pagi. Dengan nada dering lagu heavy metal yang memecahkan gendang telinga setiap pendengarnya. Belum lagi volumenya disetel paling tinggi oleh Donny.
Sepulang Tasya dari kampus kemarin, Reynald mengirim pesan pada Donny, ia minta izin untuk mengajak Tasya lari pagi. Kalau Donny terang-terangan bilang, sebelum Donny menyelesaikan ucapannya Tasya pasti langsung menolak. Donny yang merasa baik hati dan dengan segala jiwa kepenolongannya itu merancang taktik agar mau tidak mau Tasya tidak punya kuasa untuk menolak.
Pukul 07.30
*lagu heavy metal* menjadi soundtrack dipagi hari.
Tasya gulung-gulung dikasur, kesal karena dikerjai Donny bahkan hampir menangis karena rencana molornya dibatalkan secara paksa. Ia tidak langsung mematikan ponselnya, matanya berkaca-kaca. Diraih ponsel didekat meja lalu dibanting ke lantai. Ponselnya wafat dengan tenang. Tak lagi berdering dan Tasya melanjutkan tidur paginya.
Sepuluh menit setelahnya Donny menggedor-gedor pintu kamar Tasya. Mata Tasya tidak lagi berkaca-kaca, bahkan ia sudah menangis. Bangun pagi dihari minggu adalah kutukan untuknya, hal yang paling ia benci. Tasya meraih ponselnya yang tadi ia banting hingga pecah, LCDnya bahkan tak beraturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anxiety [18+] End.
RomanceAda dua opsi ketika seseorang memilih kembali; memperbaiki kesalahan atau memperburuk keadaan -Donny. Semua berjalan sebagaimana mestinya, Tasya dengan kehidupan barunya, tanpa Adra. Buyar ketika pertemuan pertama mereka diSemarang. Menghabiskan wak...