Bagian 32

187 10 0
                                    

Sepulang kampus Kia dan Rere ikut pulang ke rumah Tasya. Kebetulan tidak begitu banyak kelas jadi mereka bisa pulang jauh lebih cepat dari biasa. Niat bulus mereka berdua hanya untuk curi-curi pandang dengan teman-teman Donny yang sekarang kumpul di rumah Tasya. Kebiasaan Donny kalau waktu luang adalah mengajak teman-temannya main PS. Tasya sudah tau kedua temannya ini butuh asupan cogan setelah dihajar habis-habisan dengan ulangan tadi pagi.

Kia sibuk mengamati setiap sudut kamar Tasya. Ia juga menanyakan perihal langit-langit kamar Tasya yang unik. Rere sibuk dengan album foto milik Tasya. Kenangan Tasya dan Donny semasa kecil. Tangan Rere tak berhenti membolak-balik halaman perhalaman, sementara matanya mengamati foto-foto dialbum tersebut.

"lo dari dulu cakep ya, Sya" ucap Rere tiba-tiba.

"ya dong, pabriknya aja cakep" balas Tasya yang sibuk membaca novel.

"abang lo juga cakep, gak nolak gue kalo jadi pacarnya" tambah Rere. Jemari Rere mengelus foto masa kecil Donny yang masih imut-imut.

"abangnya Tasya yang nolak buat pacaran sama lo!" cibir Kia.

"yang ada juga Bang Donny gak mau sama lo!" balas Rere tak mau kalah.

"lo sebenernya suka sama Vino ato Bang Donny? Jangan maruk!" ketus Kia.

"sama Niel" balas Rere cepat.

"KAN" kata Kia.

Kia menyentuh piano yang berada dikamar Tasya, jemarinya mulai menari diatas tuts-tuts. Matanya terpejam ketika memainkan satu lagu kesukaannya.

Tasya menepuk tangan.

"gila, bagus banget!" ucap Tasya.

"tangan lo selain mahir gebukin orang juga mahir main piano, salut gue" tambah Rere.

Kia tersenyum angkuh, "tangan gue juga mahir buat matahin kepala lo, Re" ucapnya pada Rere.

Rere nampak tak memedulikan ucapan Kia, ia asik bermain dengan imajinasinya tentang Donny.

Pandangan Kia tak beralih dari piano yang masih setia dimainkan, "lo bisa main piano, Sya?"

"dikit, itu juga diajari Donny"

Kia mengangguk-angguk. Ia memainkan lagu-lagu sederhana yang masih terekam nadanya dalam kepalanya. Jemarinya sudah mulai kaku, tak seperti dulu. Permainannya cukup bagus kalau ditingkatkan sebagai amatir.

Masing-masing dari mereka sibuk dengan kegiatannya, sampai pintu terbuka. Mata mereka Kia dan Rere sontak menatap ke arah pembuka pintu.

Tasya menghela nafas keras, sebelum menoleh dia bicara, "lo tuh jangan kebiasaan ke kamar gue gapake ketok!"

"eh" Tasya menutup mulutnya.

"sori,  Iel" ucapnya langsung ketika sadar yang membuka  pintu bukan Donny melainkan Daniel.

Rere pura-pura tidak melihat, ia kembali memfokuskan pandangannya pada album foto. Tapi hatinya dag-dig-dug.

"gak apa, Donny pinjem penggaris" ucap Daniel.

Tasya menuruni ranjang menuju meja belajarnya, "kenapa gak dia sendiri yang ambil?"

"dia repot" balas Daniel.

Daniel melirik ke arah Rere yang terlihat jelas sedang salah tingkah, "hai, Re" sapanya pada Rere.

"gue udah punya pacar" balas Rere ketus, matanya sama sekali tidak beralih dari album foto didepannya.

Dahi Daniel mengerut membentuk gelombang. Bukan hanya Daniel, Kia yang tadinya sibuk mengingat nada untuk memainkan piano ikut beralih fokus menatap Rere dengan tatapan cengo. Tasya menatap Rere datar lalu geleng-geleng kepala.

Anxiety [18+] End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang