Bagian 25

293 16 0
                                    


"kamu nangis, Ra?" ucap Adra lalu masuk ke dalam mobil. Adra langsung menancap gas. Sementara Tasya masih mencoba mencerna setiap hal yang baru ia alami.

"mau dianter kemana?" ucap Adra lagi.

"jalan aja" balas Tasya dengan pandangan kosong.

Adra menjalankan mobilnya entah kemana, mengikuti jalanan. Kalau ada belokan ia akan belok, kalau jalan lurus ia akan lurus. Begitu seterusnya. Dijalanan sepi Tasya meminta Adra menghentikan mobilnya. Adra menuruti Tasya.

"Dra, kamu jadi bales ciumanku?" ucap Tasya tanpa basa-basi, tapi pandangannya masih lurus kedepan.

"sekarang?" balas Adra bingung.

Tasya menatap Adra kemudian mengangguk.

Adra mencium pipi Tasya sekilas.

"bukannya biasanya balasan lebih berat dari yang aku lakuin?" ucap Tasya sekali lagi.

Adra semakin bingung dengan ucapan Tasya. Tasya yang sekarang ini serem loh, eyeliner dan mascaranya luber kemana-mana. Pandangannya daritadi kosong, macam orang kesurupan.

"Ra, ini kamu kan?" ucap Adra hati-hati.

"aku gak kesurupan, Dra"

Adra mengelus dadanya, "syukurlah"

"kiss me" ucap Tasya.

"ha?"

"kiss me!" ucap Tasya tegas.

Adra langsung memberi ciuman pada bibir Tasya. Tasya ingin menghilangkan bekas ciuman yang tak diinginkan dari Reynald tadi. Ia ingin Adra menghilangkan ludah-ludah Reynald yang tertinggal. Reynald terlalu tidak pantas untuk mendapat ciuman dari Tasya. Untuk pertama kalinya Tasya memandang Reynald dengan jijik.

Adra melepaskan bibirnya menatap curiga pada Tasya lalu tersenyum kecil, "aku gak akan ngungkit soal ini, Ra. Kamu tenang aja"

Tasya tersenyum, "kamu gak perlu tau apa yang baru aja terjadi, tancepin didirimu kalau aku sayang kamu. Itu udah cukup kan?" ucap Tasya.

"lebih dari cukup"

-c-

Mereka berdua berhenti diangkringan pinggir jalan. Mampir di ronde angsle Bu Nunuk. Jiwa jawa melekat diantara keduanya, mungkin itu kenapa ronde angsle jadi pilihan diantaranya.

Tasya masih diam. Ia benar-benar bingung bagaimana caranya bersikap jika besok bertemu dengan Reynald. Ah, kenapa jadi dia yang pusing bukannya yang salah Reynald? Ia menggelengkan kepala, lalu memukuli kepalanya, "jangan terlalu dipikirin" ucap Adra sembari menyodorkan semangkok angsle.

Tasya mengangguk, "makasih" tangannya menyendok angsle kemulut.

Adra mengangkat dagu Tasya, lalu mengelap sisa sisa mascara dan eyeliner dengan tissu basah. Ia ingin menghilangkan kesan serem diwajah Tasya. Tasya mematung, berhenti bernafas karena wajahnya hanya berbeda beberapa inci dengan Adra, "yakin masih mau nahan nafas?" ucap Adra.

"iya-iya enggak"

"dah, lebih cantik natural kok menurut aku" ucap Adra.

Entah dengan Adra rasanya nyaman. Adra menerima Tasya apa adanya, terlalu apa adanya sampai tidak ada tuntutan sedikitpun. Adra selalu bisa bersikap manis dan menenangkan Tasya yang tadinya ingin marah-marah seperti macan. Memang cuma dengan Adra, Tasya berani menjadi diri sendiri tanpa harus takut ditinggalkan.

Tasya menatap Adra cukup lama, "kenapa kamu sayang aku?"

Oke, wanita memang begini suka memberi kuis dadakan. Untuk lelaki mohon siap-siap belajar menjawab dengan jujur tapi tidak menyakitkan.

"uhuk" Adra tersedak, matanya menyipit dengan tenggorokan yang dirasa sakit ia menatap Tasya.

"kenapa?" ucapnya memastikan pendengarannya tidak salah.

Tasya menghela nafas, "ini anak susah amat diajak romantis!"

Dengan muka masam Tasya kembali mengulang pertanyaannya, "kenapa kamu sayang aku? Padahal kita LDR, diJogja banyak cewe kalem, cantik dan lebih baik dari aku kan?"

Adra tersenyum sekilas, "maksudku kenapa kamu masih nanyain hal itu? Ya karna kamu cantiklah, bohong kalau first impression bukan dilihat dari wajah"

Muka Tasya berubah masam, "jadi cuma dari muka?!"

"terus?"

Adra mengetuk pelipisnya seolah berpikir, "aku suka ngejar kamu, ada sensasi jual mahalnya. Kalau kebanyakan cewe biasanya cuma gas doang, kalo kamu gas-rem-gas-rem, buang-buang tenaga tapi aku suka"

Tasya menghela nafas kasar, "ngeledek?"

"Semakin susah didapetin semakin susah dilepasin, Ra. Karna cowok mikirnya, aduh ini susah didapetin ntar kalo putus susah juga diajak baliknya" tutur Adra menirukan lagak-lagak lelaki pada umumnya.

Tasya tertawa, "jelek banget kamu kalo gitu!"

"tapi sayang?"

"banget!" balas Tasya mantap.

-c-

Tasya mengendap-endap masuk kerumah. Jam sudah menunjukkan pukul 23.47 terlalu larut untuk pulang, kalau tidak pulang memangnya dia mau menginap dirumah siapa? Adra? Ah membayangkan saja pikirannya langsung kotor.

Tasya berjalan dengan sepatu dijinjing, berjalan dengan tumit dan jari-jari kaki yang diangkat secara bergantian. Ia menyalakan ponselnya sebagai senter, lampu-lampu sudah dimatikan. Baru menaiki anakan tangga ketiga, lampu menyala. Ia berhenti ditempat sambil menutup mata dengan komat-kamit,"mampus kalo ini Mami!"

"lo dari mana?"

Donny, itu suara Donny.

Tasya menoleh kesal ke arah Donny yang senderan didekat stopkontak dengan se-cup es krim ditangannya, "ngapain sih lo ngagetin gue?!"

Donny berjalan kearah Tasya, "muka lo kenapa jelek banget? Jangan-jangan lo abis.." suara Donny mendadak dipotong dengan raut ambigu dan mata melotot disertai senyuman nakal Tasya sudah tau kemana arah pembicaraannya.

"lo jangan mikir aneh-aneh" ucap Tasya lalu menggetok kepala Donny dengan sepatunya.

"sakit bego!" pekik Donny.

"Mau gak?" Donny menyuap sesendok es krim yang dibalas anggukan dari Tasya.

Setelah mulutnya di beri amunisi Tasya buru-buru naik ke kamar takut ketahuan orang-orang rumah apalagi Maminya, "jan bilang Mami gue pulang larut ya"

Donny mengangguk mengerti lalu berjalan ke arah kamarnya.

Kini Tasya sudah berada didalam kamarnya dengan piyama doraemon yang baru dibelikan Maminya seminggu lalu. Ia menatap langit-langit kamarnya, berfikir tentang wanita yang tadi dirumah Reynald. Dari segi suara, suaranya familiar. Tasya seperti kenal betul suaranya, tapi siapa?

Ponselnya bergetar, ia yakin pasti pesan dari Adra. Dengan malas diraih ponselnya. Benar Adra dan grup teman-temannya. Tasya memilih membaca pesan Adra terlebih dahulu.

Adra; Ra, jangan lupa cuci tangan cuci kaki, gosok gigi terus tidur ya. Udah larut. Makasih hari ini. Goodnight, nice dream. Ilysm.

Tasya tersenyum kecil sebelum mengirim balasan untuk pesan Adra.

Tasya; iya, nightoo nicedream too, ilysmtoo💙

Tangannya langsung memencet pesan-pesan yang menumpuk di grup teman-teman gosipnya. Ah Kia dan Rere memang selalu jadi pemeran utama dalam hal gosip menggosip.

Rere : Sya, liat story Reynald!
Kia : buru liat!!
Rere : darurat nih!
Kia : Reynald galau!
Rere : lo apain si babang ganteng woi!
Kia : Tasya jahat):

Lagi, karena bujuk rayu dua teman setannya ini Tasya dengan berat hati membuka aplikasi instagram untuk sekedar melihat instastory Reynald.

Reynald memutar lagu di Spotify yang berjudul tell me why i'm waiting dari Shiloh. Tidak lupa memberi caption 'chill'. Tanpa dikomando lebih lama benak Tasya langsung berbicara, "ke pasar beli ketupat. Bodo amat!" Dibanting ponselnya ke sembarang tempat lalu ditutup wajahnya dengan bantal sebelum bergegas ke alam mimpi.

Anxiety [18+] End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang