Bagian 24

260 14 0
                                    

"kak Rey" Tasya memberanikan diri menyapa Reynald. Ia tidak ingin meminta maaf, hanya ingin menjadikan suasana tidak lagi canggung dan tetap seperti biasa.

"ya?" ucap Reynald singkat. Tatapan Reynald berbeda dari biasanya. Dahi Tasya membentuk gelombang samar-samar.

"Mami ngajak makan dirumah. Ajak Mamanya kan Rey juga ya" balas Tasya seriang mungkin.

Reynald menggeleng, "maaf gak bisa, aku ada acara. Duluan ya"

Senyum yang merekah pada bibir Tasya langsung memudar dengan sendirinya. Ia hanya memandangi punggung Reynald yang semakin menjauh dari jangakauannya. Iya salahnya atas kejadian kemarin. Tasya ingin Reynald menjauh, tapi tidak dengan cara begini juga.

"Sya, balik kampus sushi yuk" tangan Donny merangkul Tasya yang masih mematung ditempatnya.

Tasya melirik pedas ke arah Donny, "mood gue lagi gak bagus, ajak temen lo aja" balas Tasya lalu melepaskan tangan Donny yang melingkar pada pundaknya.

Tasya berjalan meninggalkan Donny.

"ntar pulang balik bareng gue ato sendirian?" teriak Donny.

"sendirian" balas Tasya berteriak.

Berasa kampus milik berdua. Tasya sudah berhenti memperdulikan tatapan keji yang menatap ke arahnya. Hidup didunia ini repot, jadi jahat dibenci, jadi baik pun kadang dibenci. Memang kadang rasa bodo amat itu perlu ditanamkan dalam diri.

-c-

Seperti biasa, selama Adra dijakarta ia akan menjemput Tasya. Adra membukakan pintu untuk Tasya yang dibalas senyum seadanya. Dahi Adra mengkerut, "Tuhan pacarku ini kenapa lagi?" batinnya.

"Ra, kenapa lagi?" ucap Adra.

"jalan aja dulu" balas Tasya tanpa melirik ke arah Adra. Ia membolak-balikkan novel ditangannya tanpa benar-benar dibaca isinya.

Adra tetap tidak menjalankan mobilnya, "cerita dulu"

Tasya menghela nafas kasar, "Dra bisa gak jalan aja. Aku beneran bt"

Adra menuruti Tasya, ia menjalankan mobilnya tapi matanya beberapa kali melirik Tasya yang sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menceritakan masalahnya. Adra semacam simalakama, mau kembali bertanya tapi takut kalau Tasya malah minta diturunkan. Kalau tidak ditanya nanti difikir dia tidak perduli.

"Sya kam.."

"aku gamau cerita, Dra"

"yaudah, aku gak maksa" balas Adra pasrah.

"aku sayang kamu, Sya" tambah Adra.

Satu-satunya kalimat yang mampu dikeluarkan Adra hanya itu. Mungkin kalimat itu bisa sedikit memperbaiki suasana hati Tasya. Dan benar, senyum tipis terukir dibibir Tasya meskipun Tasya tidak membalas ucapan Adra.

Adra mengantarkan Tasya langsung pulang kerumah. Tasya mungkin butuh istirahat, atau sekedar menenangkan perasaannya.

"kalau butuh apa-apa langsung hubungi aku ya?" ucap Adra.

Tasya mengangguk, kemudian membuka pintu mobil Adra. Baru dibuka sedikit pandangan Tasya beralih pada Adra yang masih setia menatap Tasya sebelum Tasya masuk kerumah.

"kenapa?" ucap Adra.

Tasya diam.

"ada yang ketinggalan?" tambah Adra.

Tasya mengangguk.

"apa?"

"ini" balas Tasya lalu mengecup sekilas pipi Adra.

Anxiety [18+] End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang