Diandra mencebik kesal ketika lagi-lagi mendapati pesannya belum dibalas oleh Yudhis. Ia sudah mengirimkan pesan itu tadi sore. Setelah ia bangun tidur karena terlalu lelah menangis. Namun hingga jam menunjukkan pukul sembilan malam, pesan itu belum juga mendapat balasan. Membuat gadis berdarah campuran itu uring-uringan. Gadis itu melempar ponselnya asal. Benda elektronik berwarna hitam itu mendarat di atas bantal. Mungkin jika ia bisa berbicara, ia akan protes. Apa salahnya? Kenapa jadi pelampiasan kekesalan Diandra pada Yudhistira?
Yudhistira, I gotta go to Gejayan. Do you know where it is?
"Am I weird? Am I send a weird message?" gumamnya pada diri sendiri. Gadis itu memukul-mukul kepalanya. Tidak, ia rasa tidak ada yang salah dari kalimat yang ia kirim. Tapi kenapa Yudhis perlu waktu lama untuk membalas?
Diandra menggeram seraya meletakkan kedua tangannya yang terkepal di depan wajah. Kenapa seorang Yudhistira bisa membuat perasaannya tak karuan seperti ini? Ini aneh. Biasanya, setelah mengirim pesan kepada siapapun itu, Diandra akan melakukan pekerjaan lain tanpa peduli dengan pesan yang telah dikirimnya. Tapi kenapa sekarang ia bisa merasakan sensasi berdebar hanya karena mengirim pesan kepada Yudhis?
Bahkan, ia butuh waktu lama tadi untuk memutuskan apakah harus mengirim pesan kepada Yudhistira atau tidak. Ia juga butuh waktu untuk berpikir kalimat yang akan ia kirimkan. Meskipun hanya ada satu kalimat pendek. Tapi lumayan menghabiskan tenaga Diandra untuk itu. Namun justru kenyataan membuatnya kecewa. Yudhistira tak segera membalas pesan itu. Usaha Diandra seolah sia-sia.
Gadis dengan rambut diikat satu itu memutuskan untuk membuka laptop. Mengedit beberapa foto yang ia ambil. Siapa tahu, setelah ia selesai melakukan pekerjaannya, Diandra mendapati balasan dari Yudhis.
Baru saja ia menekan tombol power, ponsel yang disetting loudspeaker itu berbunyi. Diandra langsung meraih ponselnya dengan semangat. Membuka sandi dengan sidik jari, dan melihat notification bar. Ia hanya bisa merotasikan bola matanya ketika mendapati pesan itu bukan dari Yudhis.
Yudhistira, who do you think you are? How could you turn me into a fool?
Yudhis melirik ke jam dinding yang terpasang di atas meja kerjanya. Sudah hampir jam tujuh. Ia kesiangan. Pantas sinar matahari sudah menyelinap masuk ke ventilasi kamar. Seolah berusaha membangunkan pria itu.
Laki-laki itu memijat kening. Ia tak tahu apakah semalam tidur atau malah pingsan. Tubuhnya lemas sekali hari ini. Dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya, Yudhis meraba sekelilingnya. Mencari ponsel yang kemarin ia letakkan begitu saja di sebelahnya. Satu pesan dari Azka yang belum ia baca.
Mas, aku jogging.
Semoga, Azka tidak menyadari kondisinya yang sedang drop. Yudhistira benar-benar tidak suka terlihat lemah di depan siapapun. Terlebih Azka. Di depan anak itu, ia harus bisa menjadi sosok kakak yang kuat. Karena sebagai kakak, ia juga bertugas menjadi sandaran bagi Azka. Karena hanya dialah satu-satunya keluarga yang masih dianggap oleh Azka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find
RomanceDiandra pikir, Dad hanya akan pergi sebentar, kemudian kembali dengan membawa banyak hadiah seperti biasa. Namun ternyata, ia tak kembali bahkan setelah delapan tahun berlalu. Membuat gadis itu mencarinya ke Indonesia, dimana Dad berasal. Kemudian m...