23

159 23 18
                                    

Yudhis, do you know about the story of Ramayana?

Yudhistira tersenyum sendiri di ranjangnya ketika membaca pesan itu. Diandra masih membahas soal wayang. Entah bagaimana bisa gadis itu begitu tertarik dengan dunia pewayangan. Sejak tadi, yang ia bicarakan adalah pengetahuannya soal wayang. Yudhis baru sadar, ternyata pelajaran mengenai wayang dalam mata pelajaran bahasa jawa ketika SD sangat berguna. Untuk menjadi bahan mengobrol dengan Diandra.

Of course, that's such a legendary story.

Pesan-pesan dari Diandra membuat moodnya naik lagi. Mengisi hari-hari membosankannya di rumah sakit. Yudhis berhasil meyakinkan Azka kalau ia baik-baik saja jika ditinggal. Jadilah ia sendirian di sini. Namun itu tentu lebih baik. Yudhis tak mau Azka mendapat teguran karena terlalu sering membolos seperti dirinya.

Aku rasa, ceritanya romantis sekali, Yudhis. Aku ingin jadi Sita.

Di kamar kosnya, Diandra mengirim pesan itu dengan jantung berdebar. Ia ingin tahu apa jawaban Yudhis. Ia sungguh sangat berharap kalau Yudhis akan membalas dengan kalimat romantis. Ia telah terbiasa berharap pada kemungkinan sekecil apapun dalam misinya mencari Dad. Maka, untuk urusan cinta kali ini ia juga tak mau menyerah begitu saja dengan mudah.

Kalau saya, gak mau jadi Rama.

Kedua bahu gadis itu turun ketika membaca jawaban dari Yudhis. Balasannya tidak sesuai yang ia harapkan. Diandra menggigit bibir. Otaknya berputar. Mencari kalimat dengan kesan memancing untuk mendapatkan jawaban yang ia mau.

Kalau aku pulang ke Inggris, kamu gak mau jemput aku?

Pesan itu terkirim dalam waktu kurang dari satu detik. Langsung masuk ke ponsel Yudhis. Namun tak lama, pesan itu ditarik kembali oleh Diandra. Gadis itu merutuki dirinya sendiri. Ia memukul kepalanya dengan gemas. Berharap semoga Yudhis belum sempat membaca. Namun sayang, Yudhis sudah membaca pesan itu karena ia tak mengalihkan fokus dari room chatnya dengan Diandra.

Kenapa?

Yudhistira tak langsung menjawab pesan terakhir dari Diandra itu. Ia menghela nafas panjang. Kemudian menyandarkan punggung sepenuhnya pada ranjang. Rasanya ia jahat sekali. Apalagi setelah apa yang mereka lakukan. Seolah ia memberi harapan palsu kepada gadis itu. Tangannya juga dengan lancang dan seolah tanpa dosa menggenggam tangan Diandra di pertemuan terakhir mereka. Tapi kemudian, dengan tega bilang kalau prioritasnya saat ini adalah Azka, dan belum ingin menjalin hubungan dengan seorang gadis. Pasti Diandra kebingungan dengan sikapnya.

Namun seperti yang ia katakan ketika bertemu di Tebing Breksi, hubungan mereka masih terlalu awal. Yudhis belum percaya sepenuhnya kepada gadis itu. Ia memang tertarik, namun masih butuh waktu lebih jauh. Sebenarnya sama dengan Azka, ia juga tak ingin memiliki keluarga yang hancur. Yang kedua, anemia aplastik yang dideritanya membuat Yudhis tak percaya diri. Yang jadi fokus Yudhis saat ini adalah menyiapkan Azka supaya bisa hidup mandiri. Tak bergantung kepada siapapun ketika ia tinggal nanti.

Rama didn't believe in his wife. Dia menuduh Sita berhubungan badan dengan Rahwana dan membiarkan istrinya membakar diri. Ketika sudah terbukti tidak bersalah, Rama  meragukanSita lagi karena omongan orang. Kemudian mengusir Sita dari Ayodya dalam keadaan hamil anaknya. Sita akhirnya melahirkan anak kembar. Ketika sudah dewasa, mereka melawan Ayahnya sendiri karena sudah menelantarkan Ibunya. Sita yang nggak mau melihat anak dan suaminya saling membunuh, memilih untuk lenyap ditelan bumi.

Cerita yang kamu baca itu belum selesai, Diandra. Cerita ini, punya ending yang menyedihkan.

Yudhis mengirim dua pesan itu kepada gadis yang akhir-akhir ini membuat tidurnya tak nyenyak. Ia pernah membaca soal akhir dari cerita Ramayana itu. Ending yang juga baru ia tahu. Karena sebagian besar cerita Ramayana hanya berakhir setelah Sita membakar diri untuk membuktikan bahwa ia masih suci. Ending itu mematahkan pandangan Yudhis mengenai cerita Ramayana yang terkesan romantis.

FindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang