27

134 22 16
                                    

Yudhistira menghirup udara dalam-dalam. Memenuhi paru-parunya dengan udara segar khas pegunungan. Pagi ini dingin sekali. Pria bertubuh tinggi itu merapatkan jaket tebal yang ia kenakan. Embun membasahi daun-daun teh. Kabut menutupi pandangan. Hawa dingin yang menyejukkan memeluk tubuh. Yudhis suka sekali suasana di sini. Ini bukan Jogja. Melainkan Tawangmangu. Sebuah daerah di kawasan kaki Gunung Lawu. Yudhis pernah kesini kala mengikuti makrab fakultas. Sekarang, setelah bertahun-tahun berlalu, ia mengajak Diandra dan adiknya untuk berlibur kemari.

"Dingin banget." Yudhis memeluk gadis itu dari belakang. Diandra yang tengah memandang hamparan kebun teh memeluk kedua tangan Yudhis yang berada di perutnya. Namun pelukan itu hanya sebentar. Yudhis lepaskan dekapannya dari Diandra.

"Hidungmu merah." Diandra terkikik kecil. Gadis itu mengusap pelan hidung Yudhis. Kemudian dengan jahil mengambil kacamata pria itu dan membawanya lari. Yudhis berlari mengejar. Mereka menyusuri sela-sela pohon teh yang tingginya sebatas pinggang. Berlarian dengan tawa berderai seolah anak kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa.

Sayup-sayup suara tawa dua orang itu tertangkap oleh telinga Azka. Ia tersenyum miring sambil mengamati tingkah Yudhis dan Diandra dari kejauhan. Antara senang, namun juga ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Wajah Diandra telah ia perhatikan semenjak kemarin. Dan ia merasa pernah melihat paras yang serupa dengan gadis itu.

Azka terlonjak kala melihat Yudhistira yang terjatuh. Tak heran, kacamatanya diambil Diandra. Tentu ia akan kesulitan melihat. Namun ia malah dengan riang berlari sambil tertawa. Dasar orang yang tengah jatuh cinta.

"Mas Yudhis!" Azka berlari sekencang yang ia bisa. Menghampiri Yudhis dan membantu pria itu untuk bangkit.

"Gimana, sih! tau gak risikonya kalau sampai luka?" Azka lagi-lagi tak bisa menahan kesal kala melihat Yudhis yang lagi-lagi ceroboh.

"Gak apa-apa kok," jawab Yudhis menenangkan. Azka membuka celana panjangnya. Memeriksa apakah ada luka atau tidak. Jantungnya berdegup. Ia tidak tahu dimana rumah sakit terdekat. Ia benar-benar takut kalau kakaknya sampai infeksi. Pria itu menghela nafas lega ketika tak mendapati luka di lutut dan kaki Yudhis.

"Yudhis, you okay?" Diandra berjalan mendekat dengan terburu-buru.

"Balikin kacamatanya! Udah tahu matanya minus, kalau sampai luka gimana?" Azka kali ini meluapkan kekesalannya pada Diandra. Gadis itu memasang wajah murung. Yudhis yang melihat itu tentu tak mungkin diam saja.

"Azka," Yudhis memperingati. Ini bukan pertama kalinya Azka berujar ketus pada Diandra selama dua hari ini mereka berlibur bersama. Azka hanya mencebik kemudian berlalu pergi.

"Adikmu..., kayaknya gak suka sama aku, Yudhis," Diandra berujar dengan murung. Liburan ini harusnya menjadi momen spesial. Momen Yudhis memperkenalkan gadis yang ia cinta kepada adiknya. Tapi Azka malah terus-terusan memberikan kesan tak menyenangkan untuk Diandra.

"Maaf, Diandra. Azka memang agak dingin dan ketus sama orang yang belum dekat. Nanti, kalau sudah akrab, dia gak akan seperti itu lagi." Yudhis menatap wajah gadis itu. Meyakinkan Diandra, dan memberikan ketenangan. Diandra mengangguk. Meski masih memasang wajah murung.

"Ayo kita sarapan," ajak Yudhis. Tangan kanannya merangkul Diandra. Sedangkan tangan kirinya dimasukkan ke dalam jaket tebal yang ia kenakan. Mencari kehangatan di sana. Keduanya berjalan beriringan. Tangan gadis itu menelusup ke pinggang Yudhis. Memeluknya erat.

"Ayo sarapan, Ka." Yudhis menepuk bahu pria yang tengah 'ngambek' itu.

Yudhistira merangkul Azka dengan tangan kiri. Berada di tengah-tengah orang yang ia sayang membuat hatinya begitu bahagia. Ia lupa kapan terakhir kali pergi berlibur. Sekarang, ia berlibur dengan dua orang paling penting di hidupnya. Tak ada yang lebih membuat Yudhis merasa tentram dibanding ini. Berbagai pujian ia lantunkan kepada Tuhan. Menyanjungnya atas nikmat yang begitu indah, bahkan untuk hamba yang seringkali masih suka berprasangka buruk macam dirinya.

FindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang