Happy reading, keep enjoy-!
-
Jangan lupa VOMENT nya.
-Di meja makan, aku terlihat santai. Hari minggu, ya semalam itu malam minggu makanya aku keluar jalan-jalan. Ngajak kedua abang ku ada untung nya juga, aku tidak terlihat seperti jomblo di tengah-tengah mereka yang asik berpacaran. Bahkan aku tidak mengeluarkan uang sedikit pun karena ditraktir kedua abang ku.
Enak nya punya abang gak pelit tuh gini, apa lagi aku dimanja banget udah pasti menang banyak haha.
"Bang Panji mana mah?" Tanya ku karena aku tidak melihat sosok abang pertama ku itu.
"Jemput Alona,"
Alona? Siapa Alona?
"Siapa Alona? Pacar abang ya?"
Mamah menggeleng, "Mamah gak mau punya mantu kayak Alona, gak akan pernah mau!"
Aku melongo, mamah kenapa?
"Mah mau kemana?"
"Keluar,"
Aneh.
Aku dirumah cuman sama orang tua ku. Ketiga abang ku pergi, bang Panji pergi menjemput Alona-Alona itu sedangkan abang kembar ku pergi kerumah teman nya, katanya sih mu ke tempat fitnes.
"Mamah mana sayang?" Papah datang dengan wajah yang sudah segar, maklum saja papah memang begitu kalau sedang weekend.
"Kayaknya sih di luar," Jawab ku.
"Loh kok kayaknya?"
"Tadi mamah bilang mau keluar, gak tau keluar nya kemana."
"Aneh,"
"Pah, mamah kok kayaknya kesel gitu ya pas Rissa tanya tentang Alona-Alona itu?"
Wajah papah berubah, aku sadar pasti ini ada apa-apa nya.
"Kamu nanya gitu ke mamah kamu?"
Aku mengangguk polos.
"Lain kali jangan ngomongin Alona di depan mamah ya,"
Setelah mengatakan itu, papah pergi keluar rumah, sepertinya menyusul mamah. Berbeda dengan ku yang terbengong, sebenarnya ada apa sih dengan Alona-Alona itu?
°°°
Suara mobil bang Panji terdengar, aku langsung berlari keluar rumah. Bang Panji selalu sibuk jadi aku jarang bertemu dengan nya.Bang Panji keluar dari dalam mobilnya diikuti sosok seorang laki-laki yang berjalan dengan gemulai.
Apa ini?
"Kamu ngapain?"
Suara bang Panji membuyarkan lamunan ku, aku tersenyum lalu langsung meloncat kearahnya dan langsung di ditangkap oleh bang Panji.
"Kangen," Ucap ku manja sambil memeluk lehernya dengan cukup erat, tapi tidak sampai membuatnya mati.
Bang Panji tersenyum tipis lalu melangkah masuk kedalam rumah dengan aku yang ada di dalam gendongannya.
Gendong ala koala, hehe.
Tatapan ku terpaku pada sosok yang tadi bersama bang Panji, siapa laki-laki itu? Kenapa gaya nya seperti seorang perempuan? Dia seorang banci?
"Bang," Panggil ku.
"Hm?"
"Yang tadi sama abang siapa?" Tanya ku.
"Leonard,"
"Aku Alona!" Pekik laki-laki itu dengan nada suara tak suka.
Aku membulatkan mata ku terkejut, "Hah? Alona? Bukan nya lo cowok ya, kok nama nya Alona."
Laki-laki itu menatap ku bengis,
"Kenalin, aku Alona. Calon istrinya Panji, salam kenal adik ipar."What the fuck! Sialan, jangan bilang ini Alona yang mamah maksud?!
"Abang gay?" Tanya ku spontan.
Bang Panji menatap ku tajam, aku langsung menenggelamkan wajahku di ceruk lehernya.
"Panji, kenapa kamu gitu? Kan emang bener, kita ini pacaran." Kata laki-laki yang mengaku bernama Alona padahal tadi bang Panji nyebut nya Leonard.
Nama nya udah jantan banget, tapi malah gini bentukan nya. Geli-geli gimana gitu, tapi masa sih bang Panji gay? Kalau iya aku kayaknya gak mau deket-deket deh sama bang Panji. Euwh.
"Kamu ngapain ikut ke sini!"
Suara mamah terdengar menggelegar. Pasti sebentar lagi akan perang.
- BADGIRL CLARISSA -
"Dia itu temen kecilnya bang Panji, tapi sempet beberapa tahun pisah dan pas ketemu lagi udah begitu modelan nya." Ucap bang Vino.
"T-tapi bang Panji gak belok kan bang? Kalau sampe iya, gila sih masa gue punya abang yang gay, apa kata dunia! Gak, gak mungkin bang Panji begitu." Ucapku penuh kehebohan. Gak mungkin kan ya bang Panji yang gantengnya plus-plus malah gay?
"Bisa jadi bang Panji udah ke bawa-bawa sama si bencong itu, soalnya gak pernah liat bareng cewek di tambah sama kedatangan si bencong." Kata bang Vano.
Aku melotot horor, "Jangan sampe bang, ogah gue punya abang yang belok. Selain nama keluarga kita jelek dan di pandang rendah, bang Panji juga bakal kena batu nya."
"Tapi serius deh, bang Panji gak pernah keliatan deket sama cewek. Menurut kalian bang Panji gay gak sih?"
"Gak lah, gila kali." Balas ku tak terima.
"70% ya, kalau menurut gue."
Aku menatap bang Vino kesal,
"Bang jangan bikin overthinking kenapa sih, lo tau kan overthinking itu nyeselin."Bang Vino mengedikan bahunya acuh, ck. Kampret bener nih abang satu. Dasar nyebelin!
Percakapan itu masih aku ingat, mana yang benar sih? Bang Panji gay atau gak, pertanyaan itu yang terus berputar di dalam kepala ku.
Argh, overthinking itu sangat menyebalkan, menyusahkan dan meresahkan!
Aku paling malas kalau menghadapi overthinking, lebih baik menghadapi musuh ketimbang menghadapi overthinking yang membuat ku tidak bisa fokus dan stres tidak tertolong.
Mau tanya ke bang Panji takut tersinggung, gak nanya aku nya overthinking. Serba salah kayak Raisa.
"Argh!"
㋛㋛㋛
Kalau ada typo atau kesalahan lainnya, harap maklum ya.Ayo ramein BADGIRL CLARISSA sampai serame-ramenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Clarissa (New Version)
RandomCerita ini pindahan dari akun pertama aku yaitu, @HiNrul_ karena ada masalah, aku pindahin kesini deh. 🕊🕊🕊 "Menjadi dewasa tidak tumbuh dalam waktu semalam, apalagi hanya dengan satu permasalahan." Clarissa masih remaja, tapi sudah di landa stre...