Happy reading, keep enjoy-!
-
Jangan lupa VOMENT nya.-
Beberapa tahun kemudian ...
Aldrich sedang duduk diam di balkon kamarnya dengan secangkir kopi ditangan nya. Wangi khas kopi begitu menenangkan, Aldrich sangat menyukai suasana seperti ini.
Pandangan lurus kedepan, menatap deretan rumah yang berjejer rapih. Ia menyeruput kopi nya yang sudah mulai mendingin.
Suara deru mesin mobil terdengar, Aldrich menunduk lalu menatap ke bawah. Ia mendapati sebuah mobil yang sangat familiar di mata nya.
Seutas senyum manis tersemat di bibirnya, Aldrich menaruh cangkir kopi nya ke atas meja kecil yang ada di balkon kamar nya.
Brak!
"Addy!"
Seorang bocah laki-laki muncul dengan cengiran khas nya, kedua tangan nya terangkat ke atas, memberikan kode minta di gendong.
"Hey, darimana aja?" Tanya Aldrich setelah bocah laki-laki itu berada dalam gendongan nya.
Dengan binar mata cerah, bocah laki-laki itu bercerita dengan riang nya. Sedangkan di ambang pintu, seorang perempuan memperhatikan interaksi antara ayah dan anak itu dengan senyum mengembang.
Pemandangan yang sangat indah membuat hati nya terasa menghangat ketika melihat betapa dekat nya Aldrich dan bocah cerewet itu.
"Mommy gak di ajak gabung nih?"
Perempuan itu adalah Clarissa. Sedangkan bocah laki-laki yang di gendongan Aldrich itu adalah Raffa, putra mereka berdua. Nama lengkapnya Raffa Edwin Alharon, berusia 3 tahun.
"Ommy!" Raffa menatap Clarissa dengan binar mata polos nya.
"Lagi ngomongin apa sih? Kok kayaknya seru banget," Kata Clarissa seraya duduk di sebuah sofa yang ada di pojok kamar Aldrich, lebih tepatnya kamar mereka berdua setelah resmi menjadi pasangan suami istri yang sah di mata hukum dan agama.
"Ommy, Afa cedang celita ada addy alau ita abis pegi te aaman belmain."
Translate: (Mommy, Raffa sedang cerita pada daddy kalau kita habis pergi ke taman bermain).
"Addy malah ama ita, ommy. Ata na, kok addy ndak di ajak?"
Translate: (Daddy marah sama kita, mommy. Katanya, kok daddy gak di ajak?).
"Imana au ajak, an addy tidulna ayak ebo ya mommy?"
Translate: (Gimana mau ngajak, kan daddy tidurnya kayak kebo ya mommy?).
Celotehan bocah laki-laki berusia 3 tahun itu mengundang gelak tawa Clarissa. Sebagai seorang ibu, Clarissa sangat bangga dengan perkembangan anak nya begitu cepat. Walaupun pelafalannya belum begitu jelas, Raffa sangat nyambung bila di ajak mengobrol.
"Terus kalau daddy lagi marah, Raffa harus apa?" Clarissa menaikan sebelah alisnya.
Jari telunjuk berukuran mungil itu menyentuh dagu mungilnya, berlagak sedang berpikir keras.
"Iasa na, Afa inta maap. Api ayak na ndak empan deh ommy." Ujar Raffa dengan bibir mengerucut lucu.
Translate: (Biasanya, Raffa minta maaf. Tapi kayaknya gak mempan deh mommy).
"Bujuk dong daddy nya biar gak marah lagi," Kata Clarissa terkekeh geli.
Aldrich membuang arah pandangan nya ke arah lain, berpura-pura marsh pada Raffa yang berusaha membujuk daddy nya dengan berbagai macam ekspresi menggemaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Clarissa (New Version)
RandomCerita ini pindahan dari akun pertama aku yaitu, @HiNrul_ karena ada masalah, aku pindahin kesini deh. 🕊🕊🕊 "Menjadi dewasa tidak tumbuh dalam waktu semalam, apalagi hanya dengan satu permasalahan." Clarissa masih remaja, tapi sudah di landa stre...