Badgirl Clarissa: part tigapuluh delapan

868 34 0
                                    

Happy reading, keep enjoy-!
-
Jangan lupa VOMENT nya.
-

Kak Aldrich terus menatapku dengan tatapan meneliti. Aku yang panik pun berusaha bersembunyi dibawah meja. Dia benar-benar terlihat menyeramkan! Seperti monster anak yang siap menganggu anak-anak nakal seperti ku.

"Lo ngapain ke kolong meja anjir? Disini aman, gak ada bom anjir." Rayna yang tidak peka dengan sekitar pun hanya bisa memandangku heran.

"Sssttt, mending lo deketan deh makannya. Gue masih ngantuk, pengen tidur dikelas." Bisik ku sambil mencubit betisnya.

Dan teriakan kesakitan Rayna membuat semua pasang mata menatap ke arah meja yang kita berdua tempati.

"Berisik asu!"

"Keluar!"

Waduh, dia kesini! Gimana ini weh, gimana?!

Siapapun tolong aku!!!

"Keluar, Clarissa."

Untuk kedua kalinya dia menyebut namaku. Auranya berubah hitam, dia benar-benar marah.

"Lo liat yang lain dong, jangan liatin gue terus. Nanti suka, gue gak mau tanggung jawab loh." Aku pura-pura marah agar menghilangkan suasana awkward saat ini.

"Kenapa?"

Gak tau deh udah berapa kata kenapa yang kak Aldrich ucapkan hari ini. Mungkin lebih dari 3 kali ya?

"Apa nya yang kenapa? Kalau ngomong yang bener dong, gue gak paham."

Kak Aldrich menghembuskan nafasnya kasar. Lagian juga kenapa dia ikut gabung bareng aku sama Rayna? Kan meja yang kosong masih banyak.

Ini lagi, kak Arkan ikut gabung juga. Makin rame kan jadi nya. Bisa makin panas para netizen.

"Liat deh, main nya sama cowok terus ya? Apa gak takut tekdung?"
"Udah biasa, jadi ya begitu. Gue yakin pasti dia pernah berbuat itu. Secara dari pakaian aja udah begitu, ngundang cowok banget kan?"
"Gak boleh gitu bego, kalau dia denger gimana? Bisa di keluarin kita dari sekolah ini, kan dia anak pemilik sekolahan ini."
"Iya kalian ini kalau iri bilang aja,"
"Iri sama orang kayak dia? Gak level, masih oke-an juga gue."

Aku berdecih pelan, aku sudah sering menemukan manusia macam itu. Bermuka dua dan pastinya selalu berusaha mencari-cari kesalahan ku untuk menjatuhkan harga diriku. Oh baby, gak caramu terlalu murahan untuk aku yang berlian.

Sebenarnya, apa salah ku? Selama ini aku tidak pernah mengusik kehidupan mereka atau merugikan mereka. Aku tidak sedang mencari musuh, aku hanya ingin bebas dan menjadi diri ku sendiri. Bebas melakukan apapun yang aku mau tanpa mengusik kehidupan orang lain, tapi kenapa mereka malah mengusik ku?

"Clar," Rayna menyenggol lengan ku pelan.

"Apa?"

"Di tanya malah bengong,"

Aku menaikan sebelah alis ku tak mengerti. Apa maksud nya? Siapa yang bertanya padaku?

"Bego. Di tanya kak Aldrich itu."

"Oh ... kenapa?"

"Kata Aldrich, kenapa lo pake masker?" Ucap kak Bayu, mewakili kak Aldrich yang sepertinya masih marah padaku.

"Dan, gue baru sadar kalau kalian pake cincin yang sama. Kalian sengaja beli cincin couple atau ada sesuatu yang kita lewatin?" Sambung kak Bayu membuat tubuh ku berubah kaku. Berbeda dengan kak Aldrich yang terlihat santai dengan sorot mata seperti biasa.

Kok bisa ya dia sesantai itu?

Tangan kiri ku langsung di raih Rayna dan aku tak sempat menghindar. Tatapan Rayna dan yang lain membuat ku panik sepanik paniknya.

Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan?

"Clar, lo sama kak Aldrich tunangan?" Rayna menganga dengan cukup lebar. Bahkan sapi pun bisa masuk. Bercanda.

Aku harus mengelak. Ya, harus mengelak!

"Gak usah sok tau. Kan udah gue bilang waktu itu kalau ini cincin dapet dari hadiah chiki sultan."

"Cuman orang bego yang percaya sama omongan lo," Ketus kak Danish.

Aku melongo, "Osis bisa ngomong kasar juga ya? Baru tau gue,"

"Osis juga manusia kali,"

Hilih, nyebelin banget sih kak Danish.

- BADGIRL CLARISSA -

"Tunggu di sini,"

Aku menatap kak Aldrich bingung. Saat aku ingin bertanya, dia malah langsung pergi ninggalin aku sendirian di taman.

Apa aku di buang ya? Tapi kan aku tau jalan, mana mungkin aku dibuang ditempat yang sudah sangat tidak asing untuk ku.

Daripada bosen, mending aku jalan-jalan aja deh. Sambil menikmati udara sore segar sore hari. Aku duduk disalah satu bangku taman dan tidak sengaja melihat sosok yang begitu aku kenal.

Suara mereka terdengar samar-samar jadi aku berjalan mendekat, tapi tidak terlalu dekat juga.

"Lo emang iblis, Mila! Seharusnya, yang mati itu lo, bukan Andini!"

Iya, kak Arkan sedang bersama kak Karmila yang sama sekali tidak merasa takut dengan kemarahan kak Arkan.

"Terus gue peduli gitu?"

"Asal lo tau, Andini itu adik lo!"

"Lo mau begoin gue? Haha! Gue anak tunggal Arkan, anak tunggal!  Lo tau kan arti anak tunggal?"

Kak Arkan tertawa kecil tapi terdengar meremehkan. Tatapan nya penuh kebencian, itu yang bisa aku artikan dari tatapan nya.

"Gak percaya? Lo bisa tanya sama bokap, siapa Andini sebenarnya."

"Gak penting,"

"Terserah deh, tapi tunggu kehancuran lo. Bukti-bukti tentang perbuatan lo yang keji itu udah gue dapet." Ujar kak Arkan penuh penekanan.

"Shit. Gue gak akan biarin lo bongkar semuanya. Gue bakal bunuh lo, sebelum semuanya kebongkar!"

"Haha, coba aja kalau bisa." Tantang kak Arkan.

Aneh. Aku merasa aneh dengan sekitar yang tampak sepi seakan-akan mendukung pertengkaran sengit mereka. Kalau saja banyak orang, mana mungkin mereka bisa leluasa berbicara seperti ini?

Yang mereka bicarakan itu bukan masalah sepele.

Puk.

Seseorang menepuk pundak ku pelan yang membuat ku terlonjak kaget.

"Kak Aldrich! Kaget tau,"

Kak Aldrich menatap ku tajam, jari nya menyentil jidat ku pelan.

"Pulang,"

"Bentar kak, gue lagi nguping- eh gak gue lagi ngadem dulu, cari angin." Aku meruntuki diri ku sendiri. Bisa-bisa nya keceplosan.

Seharusnya tadi aku rekam biar bisa di jadiin bukti, lagi-lagi aku meruntuki kebodohan ku.

Sial. Gara-gara keterkejutan ku tentang fakta itu, aku jadi ceroboh. Aku tidak menyangka bahwa kak Karmila lah yang membunuh Andini. Kasian sekali Andini, dia harus mati di tangan saudari tiri nya sendiri.

Semoga Andini tenang  di alam sana, dan semoga saja kasus ini cepat terungkap. Andini pantas mendapatkan keadilan. Kak Karmila benar-benar sudah kelewatan. Biadab.

Mulut ku komat-kamit tidak jelas, untung masih pakai masker. Pada akhirnya aku ikut naik mobil karena dipaksa kak Aldrich. Untuk masalah motor, kak Aldrich memerintahkan satu orang bodyguard om Mario untuk mengamankan motornya.

㋛㋛㋛
Kalau ada typo atau kesalahan lainnya, harap maklum ya.

Ayo, ramein lapak BADGIRL CLARISSA!

Badgirl Clarissa (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang