69 : Arwanadinata

177 41 10
                                    

Langit cerah membentang luas. Arakan awan bergerak secara perlahan mengikuti arus angin. Di bawahnya terdapat bentangan alam yang menjadi wajah benua Dwipantara. Oze dan istrinya – Yozora – sekarang tampak menikmati keindahan tersebut.

Mereka sekarang terbang di angkasa menaiki Stonhead, wyvern batu servent Oze. Sebenarnya, Oze ingin kalau Yozora menaiki Enerdus. Namun, mengingat pegasus itu jenis nokturnal, suka dengan kegelapan, membawanya di sing hari seperti ini sama saja menyiksa makhluk tersebut.

Sisi baiknya, punggung Stonhaed ternyata cukup lapang dan gaya terbang wyvern ini tergolong tenang maski melaju cepat, sehingga Oze dan istrinya bisa bersantai di atas sana.

Mereka sudah melewati Pegunungan Howler dan Pegunungan Lawyer, kemudian melewati Hutan Belios dan terus makin ke tenggara. Dari sana, mereka turun dan tiba di daratan padang rumput tak jauh dari bibir pantai Teluk Hornugram.

Ada sebuah desa nelayan dekat dengan padang rumput tersebut dan sepasang suami istri itu pergi ke sana setelah menyimpan kembali Stonhead ke dalam kartu.

Hampir semua rumah dibangun sederhana, berdinding dan beratap papan. Jumlah mereka tidak terlalu banyak, mungkin belasan saja.

Meski kedatangan dua orang asing, orang-orang desa tampak biasa saja dan tidak berhenti melakukan aktifitas harian mereka. Ada yang menjemur ikan, merajut jaring yang berlubang dan hal-hal berbau nelayan lainnya.

Tujuan Oze ke sini bukan tanpa alasan. Dia berniat menyewa sebuah kapal untuk membawanya ke tengah teluk. Beruntungnya, dia mendapatkan satu.

"Biaya sewa berapa, Pak?" tanya Oze kepada paman pemilik perahu kecil.

Pria itu tampak kurus, tetapi masa otot tubuhnya sangat berkualitas. Kulitnya coklat gelap dan gersang, akibat sering terpapan sinar matahari. Dan dia sedikit berbau amis, aroma lautan.

"Seratus sami saja per hari," jawab laki-laki itu ramah.

"Aku sewa sepuluh hari siang dan malam." Oze membayar uang sewanya dan langsung menggunakan perahu tersebut. Ia dan istrinya segera naik dan mendayung.

Perahu kecil mulai membelah lautan. Oze mendayung sisi kiri dan kanan perahu secara bergiliran untuk mendapatkan momentum sehingga berlayarnya perahu tetap di jalur lurus.

"Kenapa kita tidak menggunakan Undine untuk mendorong perahu dengan pengendalian airnya? Setidaknya kau tidak kerepotan," ujar Yozora.

"Aku tidak bisa melakukan itu. Beberapa syarat diantaranya kita tidak boleh menggunakan sihir dan melibatkan makhluk yang memiliki unsur sihir," jawab Oze sambil terus mendayung.

Untuk diketahui, Oze dan Yozora bukanlah penyihir dan mereka tidak bisa menyihir. Lain cerita jika Oze menggunakan rage dan berubah menjadi iblis

"Memangnya, ikan apa yang sedang kau cari, Anata?" tanya Yozora lagi.

Setelah dirasa cukup jauh, Oze pun menghentikan perahunya. Setelah itu, dia membuka inventory dan mengeluarkan sebuah alat pancing. Benda yang tercatat sebagai salah satu item legenda, Pancingan Fernandus.

Dalam legenda, Fernandus menggunakan pancingan ini saat menangkap salah satu ikan paling legendaris di Dwipantara. "Arwanadinata, kita akan menangkap ikan legendaris Arwanadinata."

"Makhluk legendaris lagi? Wow, itu akan menambah daya tempur negara kita."

"Yup, itulah yang ingin aku lakukan."

"Lalu, aku ngapain?" tanya Yozora. Oze pun terdiam sesaat. Otaknya berputar cepat untuk mencari sebuah ide.

"Bagimana ikut memancing denganku?" Oze mengeluarkan pancingan lain yang ia miliki. Pancingan yang dia dapat dari desa ninja dulu, kemudian ia berikan pada Yozora.

Sang PengoleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang