81 : Dryad

154 33 4
                                    

Langit cerah dengan sedikit arakan awan menjadi latar tempat Erix berada sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit cerah dengan sedikit arakan awan menjadi latar tempat Erix berada sekarang. Dia berdiri di atas punggung Stonhead bersama Alma menuju pantai sisi tenggara Pulau Xiantan.

Jarak yang ditempuh cukup jauh. Sekarang saja mereka sudah tiga puluh menit terbang di angkasa. Jika menunggangi Ballatrix mungkin hanya hutuh lima sampai sepuluh menit. Namun, untuk sekarang dia lebih memilih bersantai. Lagi pula, dia tidak dikejar waktu.

Sisi lainnya adalah, Oze ingin memantau keadalah di bawahnya. Sambil tebang, dia bisa mencari di mana para bandit menyingkirkan gerobak curian mereka. Namun, sampai dia melewati hutan pun, gerobak itu tak terlihat. Mungkin sudah mereka hancurkan di suatu tempat.

Hingga, sisi pantai mulai terlihat. Dari sini, Oze meminta Stonhead untuk terbang pelan memantau situasi. Namun, sampai sejauh ini, tidak ada sesuatu yang mencurigakan terlihat. Hanya bentangan alam lautan, pantai, hutan, kemudian pegunungan.

"Tidak adakah petunjuk yang tertinggal," gumamnya lesu.

Akhirnya Oze menyuruh Stonhead untuk mendarat di salah satu bibir pantai. Wyvern tunggangannya itu melesat cepat dan mendarat dengan sangat mulus.

"Terima kasih," ujar Erix dan dia menyimpan kembali monster itu ke dalam kartu.

"Terima kasih," ujar Erix dan dia menyimpan kembali monster itu ke dalam kartu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang harus kita lakukan, Tuan?" tanya Alma.

Jujur saja Oze sendiri bingung mau menjawab apa. Namun, bukan berarti dia akan mengabaikan pertanyaan tersebut. Malah dia menggunakan pertanyaan itu ditanyai pada dirinya sendiri, langkah apa yang harus dia ambil.

Dia menoleh, menatap sekitar untuk meminta petujuk alam. Hanya ada pasir pantai yang berwarna putih, persis seperti tumpukan beras. Kemudian, kedua pupil hitamnya bergulir menatap lautan. Ingin sekali dia memancing sekarang, tetapi bukan saat yang tepat.

Oze menoleh lagi ke arah berbeda, ada hutan di sana. Tumbuh cukup lebat dan banyak pohon kelapa.

Oze jadi teringat sesuatu, sepertinya hutan di Belios tidak memiliki pohon kelapa. Mengingat wilayah negaranya sampai ke bibir Teluk Morella, dia berencana menanam hutan kelapa di bibir danau tersebut.

Sang PengoleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang