24 : Persenjataan Tim

301 50 118
                                    

Pagi pagi sekali, kelompok Oze terlihat ikut berbaris bersama beberapa orang untuk memasuki ibukota Kerajaan Indirum. Hal ini dilakukan supaya para penjaga dapat mendata setiap orang yang masuk ke kota tersebut.

Saat giliran Oze tiba, seorang kesatria laki-laki berzirah lengkap datang menghampirinya. "Kau datang dari mana?"

"Dari Kerajaan Midruin dan juga aku seorang Petualang," jawab Oze cukup santai.

"Lalu mereka?" tunjuk kesatria itu pada Yozora dan yang lain.

"Ini istriku, Yozora, dan yang lainnya pelayanku."

Saat melihat Caroline, Irene dan Fina yang masih menggunakan pakaian budak, kesatria itu langsung memicingkan matanya. "Pelayan ...? Hmmm ...." Pikirannya pasti melayang ke imajinasi mesum.

"Tahan mereka!" seru seorang laki-laki yang tampak seperti penyihir karena mengenakan jubah terusan warna ungu kehitaman, bertopi lancip dan membawa sebuah tongkat kayu.

Setelah mendengar seruan tersebut, semua prajurit langsung keluar dan mengepung Oze beserta semua orang yang bersamanya. Ujung tombak dan pedang seketika terhunus ke arah kelompok kecil itu.

Ketegangan pun tercipta. Yozora bahkan bersiap akan mencabut dua pisaunya. Namun, Oze menahan tindakan itu dan ia mengangkat kedua tangannya. "Maaf, apa kami sudah melakukan kesalahan?" tanyanya tenang.

"Makhluk itu," tunjuk penyihir tadi agak tegas. "Darimana kau mendapatkannya!?"

Oze membuak inventory dan menyentuh kartu Undine. Semacam percikan cahaya biru muda muncul dan di tangan Oze dan bersatu menjadi sebuah kartu. Oze mengeluarkan kartu tersebut. "Aku mendapatkannya dari Tuan Gordon ...."

Penyihir itu mencoba ingin merampas kartu tersebut. Namun, dengan cepat Oze menarik tangannya dan langsung ia simpan kembali ke inventory. Kartu tersebut pecan menjadi percikan cahaya yang sama.

"Tidak mungkin. Tuan Gordon termasuk orang yang kikir," sahut penyihir tersebut.

"Mungkin kau tidak mempercayainya, tetapi istriku ini adalah keponakan Tuan Gordon. Dan juga," Oze kembali membuka inventory-nya dan mengeluarkan surat rekomendasi dari Taun Gordon, lalu ia berikan pada penyihir tersebut. "Itu bukti kalau kami memang kerabatnya."

Sombol yang tertera pada lilin penutup amplop menunjukkan keasliannya.

"Kau benar, ini asli," ujar penyihir itu dan mengembalikan surat tersebut. Setelah itu, ia turtekuk lutut menghadap Oze, atau lebih tepatnya, menghadap Undine. Tidak hanya dia, tetapi semua prajurit dan penyihir yang mengepungnya pun ikut tunduk.

"Selamat datang kembali, Nona Undine!" seru mereka semua serentak.

Oze terdiam sesaat. "Apa itu artinya kami boleh masuk?"

"Silahkan, Tuan." Penyihir itu mempersilahkan Oze dan kelompknya lewat seakan mereka tamu kehormatan. Beberapa prajurit bahkan ingin mendampingi mereka, tetapi Oze tidak mengizinkannya.

Semua NPC pedagang dan Player yang kebetulan melihat kejadian itu, tampak keheranan dengan apa yang mereka lihat. Semuanya penasaran dan saling berbisik-bisik. Beberapa Player bahkan ada yang terlihat sedang merekam.

Oze yang tidak ingin terlalu mencolok, segera melangkah masuk ke kota dan langsung meresap ke keramaian. Ia sengaja melakukan itu supaya jejaknya menghilang.

Setelah itu, sambil berjalan, Oze membuka peta untuk mencari toko pakaian. Beruntungnya, jalan yang mereka lewati sekarang mengarah ke sana. Bergegas mereka melesat untuk mempercepat langkah.

"Apa yang sedang terjadi, Undine. Kenapa mereka tunduk padamu?" tanya Oze dengan langkah yang tergesa-gesa.

"Aku juga tidak tahu, Tuan. Mungkin mereka salah orang," jawab Undine yang memang tidak mengerti apa yang sudah terjadi.

Sang PengoleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang