44 : Pegunungan Hambalda

269 42 77
                                    

Di ruang perpustakaan dengan beberapa rak buku yang tersusun rapi. Bersama Merga, Livedia dan sang istri, Yozora, Oze sekarang tampak serius mendiskusikan sesuatu mengenai tanah milik Merga yang ternyata sudah diduduki iblis. Kerajaan Indirum dan Kerajaan Nurasia akan bekerja sama untuk menumpas markas iblis itu. Namun, masalahnya adalah lokasi yang dijadikan markas. Tanah itu berada di tengah Hutan Belios yang merupakan milik Merga. Karena itulah kemungkinan besar kedua kerajaan itu menuduh Merga sebagai orang yang memberikan fasilitas pada para iblis.

Apa lagi setelah tahu wanita seksi yang sudah menjadi elder witch itu bangkit dari kematian, membuat para petinggi kedua kerajaan percaya kalau Merga sudah bersekutu dengan iblis.

Oze yang tidak terima, mau tidak mau harus berhadapan dengan dua kerajaan tersebut di masa depan kelak. Tidak mungkin dia membiarkan Merga menghadapinya seorang diri.

Namun, karena lawannya sekarang adalah dua kerajaan, Oze merasa dirinya masih sangat lemah. Dia masih memiliki kartu as yaitu Leviathan, tetapi hal itu akan berakibat fatal pada Partai Pancasona. Karena itulah, Oze memilih untuk memperkuat dirinya dan semua bawahannya.

Setelah mantap degan keputusan tersebut, dia segera memanggil Vesta. Salah satu deri Dewi Hestia Bersaudari yang sekarang merupakan bawahannya.

"Aku ingin menaikkan levelku. Apa kau tahu lokasi yang bagus?" tanya Oze.

"Itu mudah bagiku, Tuan," jawab Vesta.

"Liva, panggil Arlan dan para maid. Kita akan menaikkan level semua orang," perintah Oze lagi pada Livedia.

"Aku akan menggunakan skill-ku. Nona Liva cukup beritahukan pada mereka untuk menghentikan semua aktifitas mereka," sela Vesta. Dia merencanakan sesuatu.

"Baik, Tuan." Penyihir berambut putih sebahu itu mengalirkan mananya ke tangan membuat jerinya bercahaya dan ia sentuhkan udara di depannya. Muncul semacam riak air. "Hentikan semua aktifitas kalian. Tuan memanggil!"

Dengan kemampuan Maha Mengetahui, Vesta langsung tahu kalau para maid dan bawahan Oze langsung menghentikan aktifitas mereka. Apa pun yang mereka lakukan langsung berhenti. Di saat itulah, Vesta menggunakan skill-nya. "Come : Call All!"

Itulah kenapa Vesta meminta Livedia untuk memberitahukan semua NPC yang tersebar untuk menghentikan semua aktifitas karena akan berbahaya jika mereka sedang melakukan sesuatu ketika tiba-tiba dipanggil.

Selaian Tom Hold yang sedang latihan berpedang di barak prajurit Kerajaan, semua NPC yang menjadi bawahan Oze langsung muncul di ruangan itu.

"Kami memenuhi panggilan Anda, Tuan." Seru semua orang.

"Limpahkan semua perintah Anda." Vesta menundukkan kepala tanda memberi hormat secara formal.

"Kita akan menaikkan kekutaan kita. Jadi, kita akan sibuk." Oze mengeluarkan Telepolter Crystal dari inventory-nya dan diberikannya pada Vesta. "Antar kami ke tempat yang kau maksud!"

Vesta menerima kristla biru yang tampak indah itu. Ia memejamkan mata sambil memikirkan tempat yang dituju dan dalam waktu sekejap, semua orang di ruangan itu berubah menjadi garis-garis cahaya biru dan menghilang.

Yang awalnya berupa pemandangan dinding rumah yang dutempeli rak buku, sekarang berganti dengan hamparan perbukitan. Tidak terjal, tetapi seperti bukit yang lebat akan pohon-pohon hutan. Sedang di belakangnya terdapat hamparan laut lepas yang sangat luas. Garis horizon yang terbentang menunjukkan jarak yang tanpa batas.

"Di mana kita sekarang, Vesta?" tanya Yozora penasaran. Sepertinya ini pertama kalinya ia milhat pemandangan seperti ini.

"Lembah Stomford, Nyonya, di Pegunungan Hambalda" jawab Vesta. Matanya sekarang tertuju pada atas perbukitan. "Dan lawan kita ada di sana."

Sang PengoleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang